Minggu, 26 April 2009
Maha Besar Allah mengenai penciptaan Manusia
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa informasi di dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi orang yang hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai berikut:
1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya
(spermazoa).
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
Setetes Mani
Selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur'an :
"Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?" (QS Al Qiyamah:36-37)
Seperti yang telah kita amati, Al-Qur'an memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut berasal dari Ilahi.
Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai "zigot" dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi "segumpal daging". Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. (Moore, Keith L., E. Marshall Johnson, T. V. N. Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A. Ahmed, 1992, Human Development as Described in the Qur'an and Sunnah, Makkah, Commission on Scientific Signs of the Qur'an and Sunnah, s. 36)
Di sini, pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur'an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata "'alaq" dalam Al Qur'an:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari 'alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah." (QS Al 'Alaq:1-3)
Arti kata "'alaq" dalam bahasa Arab adalah "sesuatu yang menempel pada suatu tempat". Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.
Pembungkusan Tulang oleh Otot
Sisi penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur'an adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.
"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (QS Al Mu'minun:14)
Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur'an adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.
Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut:
Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore, Developing Human, 6. edition,1998.)
Tiga Tahapan Bayi Dalam Rahim
Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.
"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Al Qur'an, 39:6)
Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi yang dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:
"Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan sampai kelahiran." (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.)
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:
- Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.
- Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai "embrio". Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan- lapisan sel tersebut.
- Tahap fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.
Yang Menentukan Jenis Kelamin Bayi
"Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan." (QS An Najm:45-46)
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur'an ini. Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut "XY" pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.
Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria.
Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita.
Sabtu, 25 April 2009
Kisah Al -Ghazali
Seorang pemikir, bagaimanapun, tidak dapat dilepaskan dari konteks sosio-kulturalnya. Hasil-hasil pemikiran, dalam kenyataaannya, tidaklah lahir dengan sendirinya, tetapi senantiasa mempunyai kaitan historis dengan pemikiran yang berkembang sebelumnya dan mempunyai hubungan dengan pemikiran yang ada pada zamannya. Asumsi ini berlaku juga pada Al Ghazaly. Kaitan historis pemikirannya dengan pemikiran cara pendahulunya dinyatakan sendiri dalam Al Munqidz Min Al Dhalal dan diperoleh melalui isyaratnya didalam Tahafut al Falasifat. Untuk mengetahui hubungan pemikiran Alghazaly dengan pemikiran yang berkembang pada zamannya, perlu diketahui suasana pemikiran waktu itu dan sikapnya terhadap kenyataan itu.
Al Ghazaly hidup ketika pemikiran di dunia Islam berada pada tingkat perkembangannya yang tinggi. Pemikiran-pemikiran tidak berhenti sebagai hasil olah budi individual, tetapi berkembang menjadi aliran-aliran dengan metode dan sistemnya masing-masing. Tingkat perkembangan ini memperlihatkan wujudnya dalam tingkat keragaman yang tinggi. Al Syahrani (w.548 H), pemikir yang sejaman dengan Al Ghazaly, menggambar-kan betapa banyaknya aliran pemikiran di dunia Islam pada waktu itu. Setiap aliran, menurut Al Ghazaly, mengklaim kebenaran pada dirinya, yang dengan sendirinya menempatkan aliran yang lain pada kedudukan yang tidak benar.
Opini umum ketika itu tentang kebenaran, kelihatannya cenderung bersifat monolitik, yang sebenarnya mempunyai akar dalam sejarah pemikiran masa lampau. Opini umum ini di topang oleh pernyataan yang diyakini sebagai ucapan yang berasal dari nabi Muhammad Saw, yang menggambarkan bahwa ummat islam akan terpecah ke dalam tujuh puluh tiga golongan, seluruhnya sesat dari kebenaran, kecuali satu golongan. Golongan atau aliran yang satu inilah yang benar, dan akhirnya symbol untuk itu menjadi ajang rebutan. Setiap pendukung aliran menganggap bahwa alirannya-lah yang dimaksud oleh hadist tersebut sebagai aliran yang benar.
Usaha Al Ghazaly dalam hal ini menjelaskan bahwa Al qur'an telah mengandung ukuran-ukuran tentang kebenaran, dan manusia telah dianugerahi alat untuk berpikir, menggunakan ukuran-ukuran tersebut ... adalah untuk membuktikan bahwa manusia tidak memerlukan imam-imam yang ma'shum lagi sesudah Nabi, sebagai sumber kebenaran. Kesimpulan tentang bathiniyyat ialah bahwa sistem pemahaman ini tidak memenuhi harapannya, karena bathiniyyat mengesampingkan daya manusia untuk menemukan kebenaran. Disini taqlid menjadi hal yang sangat penting, namun taqlid membawa kerawanan dan pertentangan.
Pada ilmu kalam, ia melihat kemandulan metodologi, kalau yang hendak dicari adalah hakikat-hakikat, sebab ilmu ini tidak dipersiapkan untuk itu. Pada filsafat, ia melihat ketidaklengkapan metodologi sehingga melahirkan inkoherensi, sebab filsafat hanya mengandalkan akal semata. Pada bathiniyyat ia melihat kekeliruan, karena dengan konsep al ta'lim, peran pengalaman, pengamatan, dan akal manusia sebagai alat-alat menemukan sendiri kebenaran dengan kitab suci sebagai pedoman, diabaikan, sehingga pengetahuan tidak diperoleh manusia dengan sendirinya.
Dalam tasawuf, cara yang ditempuh untuk menemukan hakikat, menurut Al Ghazaly, terdiri atas dua tahap, yaitu: ilmu dan amal. Ilmu yang dimaksud disini adalah pengetahuan tentang kosep dan langkah-langkah yang harus ditempuh didalam tasawuf, seperti zuhd, faqr, tawakkul, mahabbat, makrifat, dan sebagainya. Selain itu diharuskan pula mengetahui syariat, ilmu `aqliyyat dan
keimanan yang kuat terhadap tiga dasar keimanan. yang dimaksud dengan amal adalah mengalami secara langsung konsep dan langkah yang harus di lalui tadi. Ilmu dan amal harus menyatu. Kelihatannya ,ia menganggap bahwa pada sistem pemahaman lainnya ada keterpisahan antara ilmu dan amal, khususnya pada filsafat dan ilmu kalam. Kesan ini terlihat pada penyataan Al Ghazaly bahwa para sufi adalah arbab al ahwal (orang-orang yang memilki pengalaman langsung) bukan ash hab al aqwal (orang-orang yang hanya berbicara). Dalam tasawuf pencarian hakikat tidak akan tercapai dengan pengetahuan saja, tetapi selain itu, harus dengan pengalaman langsung.
Dalam usahanya memasuki tahap amal, Al ghazaly dihadapkan kepada keharusan memilih salah satu dari dua kemungkinan : memasuki pengalaman tasawuf dengan konsekwensi meninggalkan kedudukan dan segala fasilitas kehidupan yang telah dimiliki, atau mempertahankan kedudukan dan fasilitas tersebut dengan konsekwensi tidak memasuki pengalaman tasawuf. Menurut
pengakuannya, ia mengalami kesulitan bahkan tidak dapat menentukan pilihan, sehingga ia menderita sakit selama enam bulan. Penyelesaian yang ditempuh dalam hal ini, sama dengan penyelesaian yang dilakukan ketika ia mengalami puncak kesangsian sebelumnya, yaitu pasrah dan mengakui kelemahannya. Jalan keluar datang dengan sedirinya. Tuhan memberi kemudahan
kepadanya untuk memilih kemudahan kepadanya, untuk memilih jalan tasawuf dan meninggalkan kedudukan dan fasilitas kehidupan yang dimilikinya. Iapun mengembara dengan cara hidup sufi selama lebih kurang sepuluh tahun, dari tahun 489 H sampai dengan tahun 499 H. Menurut pengakuannya, ... dalam pengalaman tasawuf itu, ia memperoleh secara langsung (Al kasyf) ilmu-ilmu yang tidak terhingga, meskipun ia tidak menunjukkan secara tegas ilmu yang diperoleh itu. Kesimpulannya, dengan cara tasawuflah pengalaman secara langsung tentang hakikat itu dapat dicapai. Sufilah yang lebih dekat kepada tuhan, akhlak merekalah yang lebih bersih, cara hidup merekalah yang lebih benar, gerak dan diam mereka lahir dari jiwa yang disinari nur al nubuwat.
Ketika ia menguji tasawuf, pada dasarnya ia tidak menghadapi persoalan tentang validitas sumber pengetahuan yang digunakan tasawuf, sebab sebelumnya ia telah yakin adanya intuisi (al dzauwq) sebagai sumber pengetahuan diatas akal. Yang menjadi persoalan adalah menyelesaikan konflik bathin antara memasuki pengalaman tasawuf dan mempertahankan kedudukan dan fasilitas kehidupan duniawinya. Yang menarik perhatian dari proses pencariannya adalah bahwa, ia kelihatannya mempunyai sikap dasar yang tetap, yaitu memandang segala sesuatu senantiasa dalam hubungannya dengan tuhan. Ketika ia mengalami puncak kesangsian akibat ketidak mampuannya membuktikan wujud sumber pengetahuan diatas akal, setelah ia meragukan indera dan akal, penyelesaian yang di tempuh nya adalah mengakui kelemahannya dan pasrah kepada Tuhan ….
Situasi ini juga pernah dialami Nabi Yusuf ketika nafsunya sudah mulai goyah oleh rayuan dan kecantikan wajah Siti Zulaiha, beliau mengakui ketidak mampuannya menerima godaan nafsunya " ('innan nafsa lammaratun bissu') dan situasi yang sangat mencekam bathinnya itu ditulis dalam QS. Yusuf: 24 " sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu, andaikata dia tidak melihat burhan dari tuhannya, demikian agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian, sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba kami yang ihlash (berserah diri)"
Yusuf terbebas dari konflik bathinnya dikarenakan Allah telah mencabut rasa nafsunya yang bergejolak ….dia mengaku tidak kuat melawan nafsunya kemudian ia berserah diri kepada Allah. Saat itulah tuhan memberikan ilmu kasyaf berupa burhan (hidayah) sehingga sifat keji dan mungkar lenyap dalam hatinya. Bukan karena usaha mencegah dari perbuatan itu … akan tetapi karena
tuntunan dan inayah dari Allah Swt.
Ihya' `ulumuddin , merupakan rangkaian pengalaman bathinnya Al Ghazaly, bukan hasil dari pemikiran dan gagasannya, oleh karena itu kita tidak bisa melakukan amalan seperti yang di tulis Al Ghazali kecuali turut memasuki jalan rohani secara benar, … apalagi hanya diseminarkan dan menjadi kajian-kajian ditempat-tempat mewah …
Seperti apa yang pernah saya sajikan pada setiap artikel, ialah menempuh jalan spiritual dengan sangat sederhana dan ikhlash. Kalau jalan ini ditempuh dengan rela maka semua yang tercantum dalam ajaran islam sedikit demi sedikit akan memasuki dunia bathin kita, … dan tuntunan itu akan terus mengalir, seperti : kesabaran ketawakalan, kekhusyu'an, dan keimanan yang sangat kuat.
Ternyata Alghazaly membuktikan sendiri, bahwa memang Allah-lah yang mampu mencabut kekejian dan kemungkaran didalam hati manusia (kalian tidak akan pernah bersih selama-lamanya, akan tetapi Allah-lah yang akan membersihkan hatimu dari pebuatan keji dan mungkar. (Lihat QS Maryam; 21)
Konsep Al qur'an ini sebenarnya sangat sederhana ... hanya dengan berserah diri kepada Allah maka Allah akan membuka hati kita memberikan kefahaman dengan jalan ilham, yaitu ilham kebaikan, ilham kekhusyu'an, dan ilham keimanan, serta perbuatan-perbuatan yang baik (demi jiwa ... dan kesempurnaanya..maka Allah mengilhamkan jalan kejahatan dan jalan kebaikan .. QS.Asy syams 7-8). Sampai kini kita masih mendapat ilham kejahatan karena ..kejahatan dan kekejian serta ketidak khkusyu'an mengalir dalam bathin kita tanpa ada yang mampu menghalaunya termasuk kita ... (mudah-mudahan tidak)
Perlu diketahui bahwa Al Ghazaly sebelum menjadi sufi, adalah seorang guru besar di universitas Nizamiyah, pemikir, filosof, ahli kalam, ahli fikih dan ilmu-ilmu yang lainnya, … justru karena ilmu-ilmu itu tidak memberikan manfaat terhadap bathinnya, maka beliau memutuskan mempraktekkannya dengan jalan meninggalkan seluruh aktivitasnya ... untuk beribadah kepada Allah ... (uzlah ). Setelah berhasil, beliau menulis kitab besar yang di beri nama Ihya' ulumuddin …… Al Ghazaly, pernah melakukan uzlah selama 120 hari … pada saat itulah beliau mendapatkan ilmu kasyf yang terkenal itu.
Demikian-lah kira-kira cerita Al ghazaly, agar menjadi perhatian, bahwa ilmu yang banyak belum tentu memberikan manfaat jika jiwa belum menggantungkan secara total hanya kepada Allah…..
Suatu ketika ada seorang jamaah saya (seorang ustadz yang telah mendalami ilmu agama di pesantren selama 17 tahun dan di LIPIA, Salemba), menghubungi saya melalui telepon mengabarkan putrinya sakit keras … sekaligus minta tolong untuk di do'akan agar sakitnya menjadi sembuh…kelihatannya ia panik dan cemas …saya hanya berkata singkat : "jauh mana antara jarak anda kerumah saya dengan Allah yang maha dekat lagi maha penyembuh ?" ….dia tampak terkejut dengan jawaban saya … kemudian dia sadar …dan tidak berselang lama sekitar dua jam … dia telepon lagi untuk mengabarkan bahwa anaknya sudah sembuh dari sakitnya … Rupanya ia mengadu kepada Allah atas sakit anaknya tersebut ia berdo'a sendiri dengan serius … dan Allah menjawab do'anya.
Demikianlah contoh bahwa agama itu bukan disandang untuk aksi akan tetapi untuk diamalkan...
Rahasia Ilmu Laduni
Ilmu ladunni diambil dari kalimat 'minladunna ilman', ... ilmu yang berasal dari sisi Kami (Allah) tercantum dalam QS. Al Kahfi : 65
" lalu mereka bertemu dengan seorang hamba diantara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami"
yaitu ilmu yang langsung berasal dari Allah berupa ilham atau wahyu. Menurut para mufassir hamba Allah di sini adalah nabi Khaidhir, dan yang dimaksud dengan rahmat ialah wahyu dan kenabian. Sedang yang dimaksud ilmu ialah ilmu tentang yang ghaib seperti yang tercantum dalam kisah nabi Musa dan nabi Khidhir berikut ini:
Musa berkata kepada Khidhir: bolehkah aku mengikutimu supaya mangajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu ? Dia menjawab: sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan saggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu ? Musa berkata: insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun. Dia berkata: kamu mengikutiku, maka janganlah kau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhir melobanginya, Musa berkata: mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya ? Sesungguhnya kamu telah berbuat kesalahan yang besar. Dia (Khidhir) berkata: bukankah aku telah berkata : sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku. Musa berkata : janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku. Maka berjalanlah keduanya: hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhir membunuhnya. Musa berkata: mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain ? sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar. Khidhir berkata: bukanlah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku ? Musa berkata: jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah ini maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku. Maka keduanya berjalan: hingga takala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhir menegakkan dinding itu. Musa berkata: jikalau kamu mau niscaya kamu mengambil upah untuk itu. Khidhir berkata: inilah perpisahan antara aku dengan kamu: aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya) Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shaleh, maka tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari tuhanmu. Dan bukanlah aku melakukannua itu menuruti kemauanku sendiri, demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. (QS. Al Kahfi:66-82)
Dari kisah tadi dapat disimpulkan bahwa ilmu ladunni adalah ilmu mukasyafah (mampu melihat dengan pandangan bathinnya) yang berasal dari ilham maupun dari wahyu.
Juga dapat disimpulkan bahwa ilmu mukasyafah banyak bertentangan dengan ilmu syariat yang ada, sehigga tidak bisa dijadikan landasan hukum agama. Karena itu Musa selalu membantah apa yang dilakukan oleh nabi Khaidhir. Maka dari itu ilmu mukasyafah itu hanya untuk diri sendiri dan bagi yang mengerti ilmu ini saja, bukan dijadikan dalil hukum-hukum agama. Kecuali yang tidak bertentangan dengan nash Alqur'an dan Al hadist .
Ilmu mukasyafah ini bukan hasil mempelajari suatu ilmu tetapi merupakan ilham yang diletakkan kedalam jiwa orang mukmin yang hatinya bersih. Jika hal ini terjadi kepada kita maka kita diberi kefahaman untuk menangkap suatu kejadian yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi. Karena jiwa yang bersih dapat melakukan komunikasi kepada sumber ilmu yaitu Allah yang maha mengetahui segala sesuatu.
Adapun manfaat ilmu mukasyafah ini adalah untuk menjaga dan mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi terhadap kita maupun terhadap lingkungan, sehingga kita bisa mengantisipasi sedini mungkin ... ittaquu firasatal mukmin ... percayalah kepada firasatnya orang-orang mukmin
Dikalangan ummat-ummat sebelum kalian telah ada muhaddatsun. Kalaupun ada seorang diantara ummat yang seperti itu maka dialah Umar bin khathab (mutthafaqun alaih )
Menurut Ibnu Atsir : penafsiran kata "muhaddatsun" pada hadist diatas adalah: mulhamun (orang-orang yang mendapat ilham) dan pengertian mulham (bentuk tunggal dari mulhamun) adalah orang yang disusupkan sesuatu kedalam jiwaanya, lalu dengan sesuatu tersebut dia mengabarkan dugaan dan firasat. Dan sesuatu tersebut merupakan salah satu jenis dari wahyu yang Allah istimewakan dengan siapa saja yang Dia kehendaki diantara hamba-hambaNya yang dipilih, seperti Umar bin khathab.
Bisakah jin menyakiti kita ?
Anda tidak akan bisa diganggu oleh makhluk jin jika anda meninggikan kesadaran anda menjadi jiwa yang selalu berserah diri kepada Allah, dengan demikian anda akan melihat alam-alam dibawah anda seperti jin dan syetan. Mengapa para wali dan nabi mengettahui keadaan alam dibawahnya, … karena mereka adalah orang-orang yang berserah diri. Dengan berserah diri kepada Allah seketika itu alam-alam tidak akan bisa mempengarui keadaan jiwa anda.
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka ditimpa was-was dari syetan. Mereka mengingat Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya (QS. Al A'raaf:201)
Iblis menjawab: Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan merteka semua kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlash (berserah diri) (QS. Shaad: 83)
Jika anda seorang ahli hukum atau insinyur sipil … anda akan lebih mengetahui terhadap orang yang bukan ahli dibidang itu ... anda akan faham isi fikiran orang tersebut sampai dimana kemampuan orang tersebut masalah hukum maupun bangunan, … anda tidak bisa dibohongi oleh tingkah pola orang-orang yang bukan ahli, ... walaupun mereka mengatakan dirinya adalah insyinyur atau sarjana hukum.
Karena orang yang ingat adalah mengingat kepada Tuhan yang maha tak terjangkau maka jiwa anda adalah menembus wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh makhluk-makhluk seperti jin dan syetan ... itulah jiwa orang yang mukhlasin /mukminin …
Apabila jiwa anda sampai pada taraf ini, insya Allah ucapan anda adalah berupa do'a yang dikabulkan (sabda pandita ratu) mengucap sesuatu langsung terjadi … Atau ketika anda ingin sesuatu misalnya ingin makan sate … tiba-tiba merasakan rasa sate didalam mulut anda padahal anda tidak makan sate … kemudian tidak terlalu lama ada orang yang datang mengantar sate kepada anda … juga setiap anda mendo'akan orang biasanya langsung terjadi tidak terlalu lama …
Mudah-mudahan saya berkata begini bukan karena kebohongan atau cerita dongeng, ... benar-benar dialami oleh rekan-rekan jamaah dzikrullah
| ||||||||
| ||||||||
| ||||||||
|