Jumat, 14 Agustus 2009

http://indonesia.faithfreedom.org/forum/akar-terorisme-,,


Tell A Friend

Akar Terorisme Islam (1-20)

Informasi tentang masa pra-Islam dan perkembangan Jihad di seluruh dunia

Moderator: Forum Watch

Akar Terorisme Islam (1-20)

Postby Adadeh » Fri Nov 18, 2005 9:39 am

Silakan download: AKAR TERORISME ISLAM
==========================
Akar Terorisme Islam

Bagian 1

Abul Kasem
e-mail: nirribilli@gmail.com

Peringatan: essay ini terbagi dalam 20 bagian; isinya mungkin dapat membuat sebagian pembaca tersinggung. Penulis tidak bertanggung jawab jika ada pembaca yang merasa marah, tersinggung, terganggu atau terhina setelah membaca serial ini. Anda telah diperingatkan. Silakan terus baca, resiko tanggung sendiri.

‘Mereka bilang kami teroris? Mereka betul — tentu saja kami teroris. Ini memang mata pencaharian kami’—Khalid Shaikh Muhammad

Garis Besar
Artikel ini menyelidiki penerapan taktik teror yang digunakan sekitar 1.400 tahun yang lalu oleh para Jihadis Islam pertama untuk merampas barang jarahan dan jadi cepat kaya melalui perampokan. Tujuan utama esay ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan langsung antara Modus Operandi para Jihadis (baca teroris Islam) di jaman Muhammad dan Jihadis jaman sekarang.

Ada 100 kasus pertempuran bersenjata yang diselidiki sebabnya, waktunya, tempatnya dan orang2 yang terlibat. Hasil detail penyelidikan ini ternyata sangat mengganggu perasaan, membuat orang jadi tercenung. Dari hasil ini tampak jelas, tanpa keraguan sedikit pun, kesamaan yang menggiriskan antara pejuang2 Islam di jaman Muhammad dan di jaman ini. Hampir semua kasus pertempuran, terkecuali dua atau tiga, terjadi karena serangan2 teroris agresif oleh prajurit2 Muslim. Jihadis Islamlah yang selalu memulai penyerangan, di banyak kasus tanpa ada alasan atau gangguan yang nyata. Serangan teror yang dilakukan prajurit Muslim dengan buas ini termasuk pembantaian, pemusnahan ras, pengusiran ras, pembunuhan atas balas dendam, pembunuhan karena alasan politik, dan di banyak kasus, semata-mata perampokan dan penjarahan belaka. Muhmmad melakukan serangkaian teror dan penjarahan untuk menghadiahi pengikut2nya dengan barang2 jarahan yang mudah dirampas seperti tanah, harta benda, wanita, budak. Kegiatan teror dan perampokan ini membuat para Jihadis itu kaya, dapat membiayai sendiri dan ini sangat penting bagi berdirinya kekuasaan Islam di seluruh Jazirah Arabia. Jangan salah mengerti akan hal ini.

Kebanyakan penulis biografi Muhammad menulis laporan panjang tentang perang2 yang terkenal antara prajurit Muslim dan prajurit2 non-Muslim. Perang2 besar ini berjumlah sekitar tiga belas dan semuanya ditulis dengan lengkap oleh ahli2 sejarah. Akan tetapi, justru pertempuran2 yang kecil yang merupakan kejadian2 yang paling penting untuk mengungkapkan seberapa besar kebuasan, kekejaman, sifat barbar, keserakahan tanpa batas, penjarahan, kelicikian dan nafsu seks yang tak terpuaskan dari orang2 Islam baru. Ini adalah penemuan yang mengejutkan dan tadinya dirahasiakan baik2 diantara orang2 Islam. Sebenarnya agak menyedihkan kalau diingat hanya sedikit sekali ahli sejarah yang berusaha menyelidiki detail dari kegiatan2 teror yang “kecil” dan “tak penting” ini.

Banyak hukum Sharia yang kejam ditulis berdasarkan contoh2 yang ditetapkan Muhammad dan pengikutnya selama melakukan serangkaian perang dan teror berdarah. Banyak ayat2 Qur’an yang berhubungan dengan kejadian2 perang ini. Sejak keberadaan hukum Sharia dan Qur’an adalah mutlak dan utuh untuk selamanya, maka tidak ada harapan isinya dirubah agar kelihatan lebih damai.

Artikel panjang ini berdasarkan keterangan yang dikumpulkan dari berbagai sumber informasi Islam yang sempurna. Tapi, pertama-tama, tentunya kiita musti sadar bahwa informasi “sempurna” ini telah disensor, disaring, dibersihkan, dicucihamakan dengan teliti dan segala elemen yang ‘jelek’ atau ‘mengerikan’, telah dibuang sebisa mungkin sebelum dipublikasikan untuk umum. Meskipun begitu, kita tetap saja menemukan informasi/kejadian yang mengejutkan, sukar dipercaya, dan barbarik yang tersembunyi dalam2 di buku2 Islam yang autentik. Jika kebebasan informasi diterapkan dan tidak ada sensor dalam terjemahan informasi Islam bahasa Inggris, bayangkan bagaimana isinya yang asli. Penemuan yang menyeramkan dalam penyelidikan ini ditemukan di kumpulan Hadis Sahih yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris yang membuat Islam benar2 tampak sebagai agama penuh teror dan orang2 Bedouin memang benar2 barbar. Untuk benar2 dapat informasi lengkap, orang harus baca Hadis Sahih dalam bahasa Arab asli dan dalam bahasa Inggris. Upaya2 bedah plastik di buku2 Islam yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris merupakan cara cerdik para ‘dokter’ Islam untuk menipu dunia tentang isi Islam yang sebenarnya karena semua orang sangat ragu untuk percaya bahwa Islam adalah agama damai.

Pada akhirnya, penelitian ini membawa penulis pada kesimpulan bahwa Islam dan terorisme tidak dapat dipisahkan. Akar teror a la Islam memang adalah inti ajaran Islam. Perintah ini tertanam dalam2 di khotbah, perintah, keputusan, inspirasi, praktek dan contoh2 yang dilakukan oleh Muhammad dan juga para pengikutnya jaman ini, yang hidup dengan pedang menyebar teror dan menggunakannya sebagai senjata yang paling manjur untuk menundukkan musuh yang merintangi usahanya. Jika seorang Muslim mengikuti “Islam Sejati”, yang tidak disensor, asli Islam yang dikhotbahkan dan dipraktekkan oleh Muhammad, orang itu tidak bisa tidak akan jadi teroris.


B I B L I O G R A P H Y

Tidak seperti tulisan lain yang umumnya meletakkan bibliografi di bagian belakang, aku ingin meletakkan bibliografi di depan esay ini. Ini untuk memudahkan para pembaca. Pembaca yang serius harus dapat melihat bibliografi dengan mudah untuk memeriksa langsung dan memastikan.

“The Holy Qur’an,” the internet version of three English translations can be read at: http://www.usc.edu/dept/MSA/quran/]
Ali, Abdullah, Yusuf, “The Holy Qur’an: Translation and Commentary,” Amana Corp., Brentwood, Maryland, 1983.
“The Holy Qur’an,” translated by Maulana Sher Ali, Islam International Publications Ltd., Telford, Surrey, U.K., 1997.
“The Koran, “ Penguin Classic (1956), translated by N.J. Dawood, Penguin Books, London reprint, 1999.
“The Koran,” translated by J.M. Rodwell; first published in 1909; reissued by Phoenix Press, London, 1994.
Pickthall, Mohammad Marmaduke, “The Meaning of the Glorious Koran, Translation and Explanation”; reprinted by Adam Publishers & Distributors, New Delhi, India, 1996.
al-Hilali, Muhammad Taqi-ud-Din(Dr.) and Dr. Muhammad Muhsin Khan, “The Noble Qur’an Transliteration in Roman Script And English Translation of the Meanings,” Darussalam Publishers, Riyadh, Saudi Arabia, 1996. [The internet version of the English translation by these two modern translators can be read at: [ http://www.witness-pioneer.org/vil/ ]
Makhlaf, Ash-Shaikh Hasnain Muhammad, “Kalimatul Qur’an,” translated by Duraid & Faiz Fatouhi, Kitab Bhavan, 1784 Kalam Mahal, Daraya Ganj, New Delhi, 2nd. ed. 2002.
Abu Dawud, Sulayman b. al-Ash’ath, “Al-Sunaan,” a collection of Hadith, translated in English by Prof. Ahmad Hasan: [http://www.luc.edu/orgs/msa/abudawud/index.htm ]
al-Bukhari, Muhammad b. Ismail b al-Mughira, “Sahi al-Bukhari,” translated in English by Dr. Muhammad Muhsin Khan: [http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/bukhari/ ]
Muslim, Abu al-Hussain b. al-Hajjaj al-Qushairi, “Sahi Muslim,” translated in English by Adul Hamid Siddiqui: [http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/muslim/ ]
Malik, ibn Anas ibn Malik, Abdullah al-Asbahi al-Himyari, “Muwatta,” translated in English by A’sha Abdurrahman at-Tarjumana and Ya’qub Johnson: [http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/muwatta/ ]
Ibn Ishaq, Muhammad b. Yasr, “Sirat Rasul Allah,” translated in English by A. Guillaume; first published by Oxford University Press, London in 1955; fifteenth reprint by Oxford University Press, Karachi, Pakistan, 2001.
al-Mubarakpuri, Saifur Sahman, ”The Sealed Nectar (Ar-Raheeq al-Makhtum),” revised edition; translated in English from Arabic by Mahir Abu Dhahab, Darussalam Publishers, Riyadh, Saudi Arabia, 2002. [An older edition of this book can be read online at: http://www.witness-pioneer.org/vil/Book ... /index.htm ]
Ibn Sa’d, Abu Abd Allah Muhammad, “Kitab al-Tabaqat,” vol ii, translated in English by S. Moinul Haq, Kitab Bhavan; 1784, Kalan Mahal, Daraya Ganj, New Delhi, India, 1972.
al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad b. Jarir, “Muhammad at Mecca,” vol. vi, translated and annotated by W. Montgomery Watt and M.V. McDonald, State University of New York Press, Albany, 1988.
al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad b. Jarir, “The Foundation of the Community, Muhammad at al-Medina,” vol. vii, translated and annotated by M.V. McDonald and W. Montgomery Watt, State University of New York Press, Albany, 1987.
al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad b. Jarir, “The Victory of Islam,” vol. viii, translated by Michael Fishbein, State University of New York Press, Albany, 1997.
al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad b. Jarir, “The Last Years of the Prophet,” vol. ix, translated by Ismail K. Poonwala, , State University of New York Press, Albany, 1990.
Rodinson, Maxine, “Muhammad,” translated from French by Anne Carter; first published in 1971; The New York Press publication, 2002,
Muir, William, “Life of Mahomet” in four volumes, Smith, Elater & Co. London, 1861: [http://www.answering-islam.org/Books/Muir/index.htm ]
22. Haykal, Muhammad Hussain, “The Life of Muhammad,” translated by Isma’il Razi A. al-Faruqi: [http://www.witness-pioneer.org/vil/Books/MH_LM/default.htm ]
Dashti, Ali, “23 Years: A Study in the Prophetic Career of Mohammad,” translated from Persian by F.R.C. Bagley, Mazda Publishers, Costa Masa, California, 1994.
Hamidullah, Muhammad, “The Battlefields of The Prophet Muhammad,” 3rd. ed., Kitab Bhavan; 1784, Kalan Mahal, Daraya Ganj, New Delhi, India, 4th., reprint, 1992.
Hughes, Patrick Thomas, “A Dictionary of Islam;” first published in 1886; latest reprint by Kazi Publications Inc,, Chicago, 1994.
Ibn al-Kalbi, Hisham, “The Book of Idols (Kitab Al-Asnam),” translated in English by Nabih Amin Faris, Princeton University Press, 1952. [http://www.answering-islam.org/Books/Al-Kalbi/index.htm ]
al-Misri, Ahmed ibn Naqib, “Raliance of the Traveller (‘Umdat al-Salik),” revised edition, translated by Nuh Ha Mim Keller, Amana Publications, Bettsville, Maryland, 1999.
Hamilton, Charles, “Hedaya,” translated in English in 1870 from the Persian version; reprinted by Kitab Bhavan, 1784 Kalan Mahal, Daraya Ganj, New Delhi, 1994.
29. Doi, Abdur Rahman I.,” Shari’ah: The Islamic Law;” first published in London, in1984; Malaysia reprint by A.S. Noordin, G.P.O. Box No. 10066, 50704, Kuala Lumpur, 1998.
Fouda, Yosri and Nick Fielding, “Masterminds of Teror,” Penguin Books, Australia, 2003.


KATA PEMBUKA

Dunia dengan cepat terbiasa dengan istilah ‘Teror Islam.’ Ini adalah jenis baru terorisme di seluruh dunia. Karena para Jihadis, bom bunuh diri, Hamas, Hezbollah, Al-Qaeda, Lashkar-e-Taiba, Jaishe Muhammad, Islamists, Mullahs, Maulanas, Pirs, Hijabi Women— Islam saat ini mendominasi setiap media berita di mana pun di dunia. Cepat atau lambat, kata ‘Teror Islam’ akan termasuk dalam benda hara perkataan Inggris. Dengan adanya kesadaran akan Islam ini , pertanyaan yang muncul adalah: Apakah teror gaya Islam adalah sesuatu yang baru atau apakah ini adalah hasil perjuangan Jihadis awal seperti yang diajarkan dan dipraktekkan oleh Muhammad? Tanyakan hal ini pada Islam apologis manapun dan jawabnya pasti adalah: Islam adalah agama damai, tidak pernah menganjurkan kekerasan, ‘terorisme’-lah yang menggunakan nama Islam; Osama bin Laden dan para Jihadisnya telah membajak Islam dan mereka bukanlah Muslim sejati, para pembom bunuh diri tidak mewakili ajaran Islam yang sebenarnya .. dan seterusnya dan seterusnya.

Di artikel yang rinci ini, dengan menampakan sifat ‘asli’ Islam yang sebenarnya, aku bermaksud menghancurkan konsep pemikiran para Islamis di atas. Karena Islam berakar kuat pada masa lampau, maka untuk mencari akar terjadinya ‘kekacauan’ yang banyak dilakukan para pejuang Islam saat ini, kita harus memeriksa kejadian2, perbuatan2, perilaku berdasarkan filosofi dan agama di masa lampau pula oleh para Jihadis awal di bawah pimpinan Muhammad, sang Rasul Allah. Saat kita terus menelaah, kita harus tahu bahwa tidak ada yang disebut sebagai ‘moderat Islam,’ ‘Islam masa kini’ atau ‘Islam masa depan.’ Kejadian2 1.400 tahun yang lalulah yang menggerakan semua Muslim waktu lampau, membayangi dan mendorong semua Muslim masa kini dan hal ini akan terus berlangsung di masa depan. Kita harus melihat ke belakang, dan bukannya ke depan, untuk mencari kebenaran tentang Islam. Sama seperti pohon yang hidup dan terus tumbuh karena akarnya dengan kuat tertanam di bawah tanah – dan akar ini tak tampak dari permukaan, begitu pula dengan Islam. Terorisme berakar kuat dalam doktrin yang sangat megah di dunia Islam yang dibayangkan Muhammad. Penggunaan taktik teror ini bukanlah hal yang baru dalam Islam, dan ini adalah sumber hidup yang digunakan Muhammad untuk memaksakan konsepnya akan terwujudnya satu dunia di bawah Islam yang hanya menyembah satu Tuhan, yakni Allah. Di laporan panjang ini, aku telah mencatat serentetan kejadian teror, pembunuhan, penipuan, kebohongan, dan perang yang digunakan untuk memelihara, memajukan dan mengembangkan intisari Islam: masuk Islam, bayar upeti (Jizya) atau mati. Banyak pembaca yang akan kaget dan tidak percaya. Kebanyakan Muslim akan merasa terganggu, marah, frustasi dan tentu akan menyangkal sekuat tenaga. Bagi semua pembaca aku ingin katakan bahwa aku pun mengalami semua tahapan perasaan ini. Waktu aku benar2 menelaah Islam dengan serius di tahun2 pertumbuhanku, aku mulai benar2 mengerti doktrinya dan kekuatan hidupnya. Sungguh sukar kupercaya orang yang mengaku sebagai utusan Allah dapat menuruti hawa nafsunya sendiri, dan juga memerintahkan pengikutnya untuk melakukan pembunuhan membabibuta, menjarah, merampok, menyiksa dan memperkosa. Pada saat Anda membaca episod demi episod terorisme Islam awal, Anda akan menemukan persamaan dengan terorisme global jaman modern yang dilakukan para Jihadis saat ini. Anda pasti akan menemukan semua unsur operasi teroris jaman sekarang yang sama seperti seribu tahun lalu. Unsur2 ini adalah:

Penyiksaan dan pembunuhan orang2 yang tak mau menganut (Islam)
Penjarahan dan pembersihan ras
Pembunuhan karena alasan politis dan pembunuhan karena balas dendam
Pembunuhan serampangan dan pembantaian rasial
Perampasan harta benda dan pemerkosaan
Pemaksaan untuk memeluk agama Islam atau bayar Jizya
Penindasan aliran lain (penghancuran mesjid2)

Mari kita sekarang menyelidiki sejarah Islam untuk mengetahui bagaimana dan mengapa para Jihadis awal berbuat begitu.

Benih teror a la gaya Islam ditanam ketika Muhammad menandatangani perjanjian dengan tujuh puluh lima (73 pria dan 2 wanita) Ansar (penduduk kota Medina) yang disebut sebagai sumpah kedua Aqaba. Aqaba adalah sebuah gua kecil di perbatasan Mekah. Perjanjian ini dibuat secara rahasia untuk melindungi nyawa Muhammad saat dia ingin hijrah ke Medina. Dalam proses tawar2an, Muhammad minta sumpah tulus dari para Ansar untuk melindungi kaum wanita dan anak2 Muslim. Ketika orang2 Ansar bersumpah setia pada Muhammad, sampai bersedia untuk mengorbankan nyawa mereka untuk melindunginya, Muhammad menjanjikan darah orang2 Mekah dan surga bagi orang2 Ansar. Seperti yang dikisahkan Ibn Ishak[ii], Muhammad berkata pada orang2 Ansar: “Tidak, darah adalah darah dan darah yang tak dibayarkan adalah darah yang tidak dibayarkan. Aku bagian dari kalian dan kalian adalah bagian dariku. Aku akan berperang melawan mereka yang berperang terhadapmu dan akan berdamai dengan mereka yang berdamai denganmu.”

Tabari[iii] menulis saat melakukan sumpah Aqaba, al-Abbas dan Ubadah b. Nadlah berkata bahwa sumpah setia pada Muhammad merupakan pernyataan perang terhadap dunia. Tak lama setelah sumpah kedua Aqaba, Allah merestui pernyataan perang terhadap orang2 yang tak percaya, pertama di ayat 22:40-42 dan lalu di ayat 2:198.
Dan seperti yang dia janjikan, hari2 Muhammad yang penuh darah dan teror mulai tak lama setelah dia meninggalkan Mekah dengan sejumlah pengikutnya tiba di Medina. Kecuali beberapa, para pengikut ini adalah orang2 yang para penjahat dan pengacau yang sangat miskin dan buta huruf tanpa kemampuan untuk mencari nafkah untuk bisa menghidupi dirinya. Banyak dari pengikutnya yang hidup dalam keadaan yang sangat kotor sampai2 kepala mereka berkutu dan badan mereka sangat bau. Ini Hadis dari Sunan Abu Dawud tentang bau badan aduhai para pengikut awal Muhammad:

Hadis dari Sunan Abu Dawud Buku 32, Nomer 4022:
Dikisahkan oleh AbuMusa al-Ash'ari:
Abu Burdah berkata: Ayahku berkata padaku: Anakku, jika kau melihat keadaan kami ketika bersama Rasul Allah dan hujuan lalu turun ke atas kami, kamu pasti menduga bau badan kami seperti bau domba.


Bahkan Muhammad, sang Rasul Allah juga berkutu di kepalanya! Sungguh sukar dipercaya, bukan? Bacalah di Hadis Sahih Bukhari

Hadis Sahih Bukhari Volume 4, Buku 52, Nomer 47:
Dikisahkan oleh Anas bin Malik:
Rasul Allah biasa mendatangi Um-Haram bint Milhan yang kemudian menawarkan makanan baginya. Um-Haram adalah istri Ubada bin As-Samit. Rasul Allah suatu waktu mengunjunginya dan dia menyediakan makanan baginya dan mulai mencari kutu di kepalanya. Lalu Rasul Allah tidur, dan lalu bangun sambil tersenyum. Um-Haram bertanya, “Apa yang membuatmu tersenyum, O Rasul Allah?” Dia berkata, “(Dalam mimpi) beberapa pengikutku tampak di hadapanku sebagai pejuang2 bagi Allah berada di atas kapal di tengah laut dan ini membuatku tersenyum, mereka bagaikan raja2 di atas singgasana.” Um-Haram berkata,”O, Rasul Allah! Mohonlah pada Allah agar aku termasuk salah satu dari para pejuang itu.” Rasul Allah memohon Allah baginya dan lalu tidur lagi dan bangun sambil tersenyum. Sekali lagi Um-Haram bertanya,”Apa yang membuatmu tersenyum, O Rasul Allah?” Dia menjawab,”Beberapa pengikutku tampak di hadapanku sebagai pejuang2 bagi Allah,’ katanya mengulangi mimpi yang sama. Um-Haram berkata,”O Rasul Allah! Mohonlah pada Allah agar aku termasuk salah satu dari para pejuang itu.” Rasul berkata,”Kau adalah diantara mereka yang pertama.” Lalu suatu saat Um-Haram berlayar di laut di masa Kalifah Mu'awlya bin Abi Sufyan, dan setelah dia turun dari kapal, dia terjatuh dari binatang tunggangannya dan lalu mati.


Dua hal penting dalam hidup Muhammad tampak jelas di Hadis di atas. Pertama, dia tidak hidup bersih, jarang mandi sehingga kutu2 bersarang di kepalanya. Kedua, dia akrab dengan istri orang. Bagaimana mungkin seorang wanita bisa menyentuh kepala seorang pria untuk mencari kutunya jika wanita itu tidak akrab dan hangat dengannya? Dalam hukum Islam melirik wanita asing saja sudah dianggap haram, apalagi disentuh wanita itu. Aku persilakan pembaca untuk merenungkan perilaku moral Muhammad terhadap istri orang dalam Hadis ini dan membandingkannya dengan hukum moral Islam yang dia sendiri tentukan.

Sekarang kembali pada para pengikut Muhammad. Yah, memang hampir semua pengikut2 Muhammad bau domba! Muhammad membawa mereka ke Medinah untuk mencarikan pekerjaan bagi mereka, tapi tidak ada yang mau memperkerjakan orang2 yang bau, miskin, dan tak berpendidikan ini. Bahkan pekerjaan sehari-hari pun hampir tidak ada bagi mereka. Beberapa dari mereka bekerja sebagai kuli untuk jangka waktu singkat dan setelah itu tidak punya kerjaan lagi. Parahnya kemiskinan mereka saat itu dikisahkan oleh Aisha, istri tersayang Muhammad di:

Hadith of Sahi Bukhari, Volume 2, Book 24, Number 499:
Dikisahkan oleh Aisha:
Seorang wanita bersama kedua anak perempuannya datang padaku minta sedekah, tapi aku tidak punya apapun kecuali sebuah kurma yang lalu kuberikan padanya. Dia membagi kurma itu untuk kedua anaknya, sedangkan dia tidak makan apapun, dan lalu dia bangkit dan pergi. Lalu sang Nabi datang dan aku beritahu dia tentang kisah ini. Dia berkata,”Siapapun yang kelak dihakimi atau kedua anak perempuan itu dan dia bermurah hati pada mereka, maka kedua anak ini akan jadi perisai baginya terhadap Api Neraka.” (Lihat Hadith No. 24, Vol. 8 ).


Kejutan besar yang nantinya terjadi adalah, para Muslim yang kotor dan miskin ini nantinya menjadi sangat kaya raya. Ini hadisnya yang menerangkan perubahan nasib dari miskin ke kaya raya:

Sahih Bukhari, Volume 2, Buku 24, Nomer 497:
Dikisahkan oleh Abu Masud Al-Ansar:
Apabila Rasul Allah memerintahkan kami untuk berderma, kami biasa pergi ke pasar dan bekerja sebagai buruh untuk bisa beli satu Mudd (takaran gandum) dan lalu mendermakannya. (Saat itu adalah saat penuh kemiskinan) dan sekarang beberapa dari kami punya seratus ribu.


Bagaimana Muhammad dapat menciptakan muzizat seperti itu? Apakah perubahan dari kemiskinan yang sangat ke kekayaan yang melimpah dicapai melalui kealiman, sembahyang, puasa dan anugrah dari Allah? Atau ini dicapai melalui ‘terorisme’? Untuk tahu jawabnya, silakan baca terus.

Saat tidak punya kerjaan atau hanya punya kerjaan kasar saja, kehidupan para pengikut Muhammad menjadi semakin tidak menyenangkan di Medina. Muhammad harus berbuat sesuatu agar mereka dapat terus hidup, dan dia harus melakukannya dengan cepat sebelum mereka semua jadi tidak percaya dengan janjinya untuk dapat harta kekayaan milik Khusroo (Kaisar Persia) dan Raja Bizantium. Rodinson (iv) menulis bahwa orang2 Muslim awal ini tidak punya mata pencarian tetapi dan kala semua cara untuk hidup layak sudah gagal semua, pilihan terakhir adalah merampok.

Mata pencaharian utama orang Muslim di Medina adalah dari perampokan dan pemaksaan pungutan pajak Jizya bagi non-Muslim. Ini bisa dilihat di Hadis berikut:

Hadith in Sahih Bukhari, Volume 4, Book 53, Number 388:
Dikisahkan oleh Juwairiya bin Qudama At-Tamimi:
Kami berkata pada,”'Umar bin Al-Khattab, O ketua kaum yang beriman! Nasihatilah kami.” Dia berkata,”Aku menasihatimu untuk memenuhi Hukum Allah (yang dibuat dengan kaum Dhimmi) karena itulah hukum Nabimu dan sumber mata pencaharianmu (yakni pajak dari kaum Dhimmi).


[catatan: Hadis ini dihilangkan dari terjemahan kumpulan Hadis Sahih Bukhari oleh Dr. Muhammad Muhsin Khan. Akan tetapi Hadis ini masih ada di versi Internet terjemahan Sahih Bukhari]

Jadi bagaimana Muhammad mendapatkan mata pencaharian di Medina? Pekerjaan apa sih yang dilakukannya? Bidang apa yang dikerjakannya? Bisnis apa yang dia lakukan? Pertanyaan2 ini tetap tidak terjawab. Semua kumpulan Hadis, Sunna, Sirah (biografi Nabi) tidak memberikan keterangan apapun tentang pekerjaan/profesi Muhammad yang terhormat untuk menafkahi dirinya dan istri2 dan gundik2nya yang terus semakin bertambah. Keterangan tentang pekerjaan Muhammad ada di sini:

Hadis Sahih Bukhari, Vol. IV, bab 88:
Dikisahkan oleh Ibn ‘Umar bahwa sang Nabi berkata,”Mata pencaharianku ada di bawah bayangan tombakku, (1) dan dia yang tidak menaati perintahku akan dihinakan dengan membayar Jizya.”
Catatan: (1) “Di bawah bayangan tombakku” berarti “dari jarahan perang”.

Yah, memang begitulah. Muhammad, sang Rasul Allah, menafkahi dirinya dengan cara merampok, dan Hadis di atas dengan jelas menyatakannya. Juga patut diperhatikan bahwa Hadis ini telah dihilangkan dalam versi Internet Sahih Bukhari. Hadis yang sukar dipercaya ini hanya dapat ditemukan di terjemahan cetak asli “The Translation of Sahi Bukhari” oleh Dr. Muhammad Muhsin Khan. [Ref: The Translation of the Meanings of Sahih Al-Bukhari, Arabic-English, Vol.IV (page 104) by Dr. Muhammad Muhsin Khan, Islamic University—Al-Medina Al-Munauwara]. Silakan periksa sendiri referensi itu kalau kau tak percaya. Menarik untuk diperhatikan catatan kaki oleh penerjemah yang menerangkan bahwa ‘tombak’ adalah ‘barang jarahan’, sungguh pintar.

Kalau kau pikir ini sukar dipercaya – bahwa seorang utusan Allah, ciptaan Allah yang terbaik ternyata memakai pedangnya (baca: terorisme) untuk cari nafkah – maka teruslah baca karena banyak hal lain yang bahkan lebih mengejutkan. Di Hadis Sahih Muslim ditulis jelas tanpa ragu bahwa Muhammad dan pengikutnya memang menggunakan pedang untuk melakukan terorisme (komentar dalam kurung adalah dari penerjemah Hadis ini):

Hadis Sahih Muslim, Book 004, Number 1066:
Abu Huraira melaporkan: Rasul Allah berkata aku telah dibantu teror (dalam hati musuhnya); aku telah menerima firman2 yang pendek tapi jelas artinya, dan ketika aku tidur aku diberikan kunci2 harta benda dunia yang diletakkan di tanganku.


Jika Hadis2 yang sangat jelas itu belum juga terasa cukup meyakinkan untuk membuktikan Muhammad menggunakan terorisme untuk memperkaya para pengikutnya, ini ada satu lagi:

Hadith from Sahih Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 220:
Dikisahkan oleh Abu Huraira:
Rasul Allah berkata,”Aku telah diberi perintah2 yang sangat pendek dengan arti yang sangat luas, dan aku telah dibuat menang melalui teror (yang ditaruh di hati musuh), dan ketika aku tidur, kunci2 harta benda dunia diberikan padaku dan diletakkan ke dalam tanganku.” Abu Huraira menambahkan: Rasul Allah telah meninggalkan dunia dan sekarang kau, orang2, membawa ke luar harta benda itu (yang tidak dinikmati oleh Nabi).


Untuk mewujudkan perkataannya, Muhammad bahkan mengumumkan bahwa barang jarahan atau hasil rampokan adalah halal baginya, dan ini ditegaskan di sini:

Hadis Sahih Bukhari Volume 4, Book 53, Number 351:
Dikisahkan oleh Jabir bin Abdullah:
Rasul Allah berkata,”Barang jarahan adalah halal bagiku.”


Hadis berikut menerangkan bahwa Muhammad mendirikan mesjid2 dengan biaya dari hasil rampokan, jarahan dan pungutan pajak paksa Jizya terhadap non-Muslim. Bacalah Hadis ini dengan teliti dan kau akan mengerti mengapa banyak orang tertarik untuk bergabung dengan Muhammad dan Islamnya. Ya, alasannya hanyalah keserakahan dan nafsu akan uang dan kekayaan semata-mata. Muhammad melanggar semua hukum dan aturan masyarakat mapan yang beradab hanya untuk memuaskan keserakahan pengikut2nya. Ini hadisnya:

Hadith Sahih Bukhari, Volume 4, Book 53, Number 390:
Dikisahkan oleh Jabir bin 'Abdullah:
Rasul Allah suatu saat berkata padaku,”Jika uang masukan dari Bahrain tiba, aku akan beri kamu segini banyak dan segitu banyak.” Ketika Rasul Allah telah mati, uang dari Bahrain tiba, dan Abu Bakr mengumumkan,”Bagi yang telah dijanjikan oleh Rasul Allah, silakan datang padaku.” Lalu aku menghadap Abu Bakr dan berkata,”Rasul Allah berkata padaku,”Jika uang masukan dari Bahrain tiba, aku akan beri kamu segini banyak dan segitu banyak.” Setelah mendengar itu Abu Bakr berkata padaku, “Ciduklah (uang) dengan kedua tanganmu.” Aku ciduk uang dengan kedua tanganku dan Abu Bakr memintaku menghitungnya. Aku menghitung dan jumlahnya adalah lima ratus (keping emas). Jumlah seluruhnya yang dia berikan padaku adalah seribu lima ratus (keping emas).


Dikisahkan oleh Anas: Uang dari Bahrain dibawa kepada Nabi. Dia berkata,”Sebarkan uang itu di Mesjid.” Inilah jumlah uang terbesar yang pernah diserahkan kepada Rasul Allah. Saat itu Al-‘Abbas datang padanya dan berkata,”O Rasul Allah! Berilah aku uang karena aku memberikan uang tebusan diriku dan Aqil.” Sang Nabi berkata padanya,”Ambillah.” Dia menciduk uang dengan kedua tangannya dan menuangkannya di atas bajunya dan mencoba mengangkatnya tapi tidak bisa dan dia minta pada sang Nabi,”Maukah kau meminta seseorang untuk menolongku mengangkat ini?” Nabi berkata,”Tidak.” Lalu Al-‘Abbas berkata,”Kalau begitu, maukah kau membantuku mengangkatnya?” Nabi berkata,”Tidak.” Lalu Al-‘Abbas membuang sebagian uang, tapi tetap saja dia tidak kuat mengangkutnya, dan dia sekali lagi meminta pada Nabi,” Maukah kau meminta seseorang untuk menolongku mengangkat ini?” Nabi berkata,”Tidak.” Lalu, Al-‘abbas membuang sebagian lagi uang dan memikulnya di pundaknya dan lalu pergi. Sang Nabi terus melihatnya terpesona akan keserakahannya sampai dia menghilang dari penglihatan. Rasul Allah tidak beranjak dari tempat itu sampai tidak ada satu Dirham pun tersisa dari uang itu.

Sekarang mari kita lihat bagaimana Jihadis Muslim awal memilih korban teror mereka. Setelah cari2 mangsa, Muhammad mengetahui bahwa dia hanya punya dua pilihn: merampok orang2 Medina atau merampok kafilah2 orang Mekah yang kaya raya di jalur dagang Mekah – Medina. Tidak tidak bisa merampok sekutunya sendiri orang Medina (orang Ansar) karena ini sama dengan bunuh diri. Pilihan lain yang sisa adalah merampok orang2 Yahudi dan musuh bebuyutannya orang2 Mekah Quraysh yang pada umumnya menolak ajaran agamanya. Dia tidak bisa mengganggu orang2 Yahudi terlalu awal karena dia telah bikin perjanjian damai dengan mereka. Dia tidak punya alasan sah untuk menyerang dan merampas tanah dan harta benda mereka. Perlu diingat bahwa di kegiatan2 perampokan awal, Muhammad tidak mau orang2 Ansar terlibat di dalamnya. Ini karena dia tidak mau mengecewakan orang2 Medina dengan menampakkan belangnya yang asli. Dia juga taku jika usaha perampokannya gagal, maka kaum Ansar tidak lagi kagum dan hormat padanya. Karena itu, pada mulanya, dia tidak mengundang kaum Ansar untuk ikut bagian dalam kegiatan terornya. Dia perlu menunjukkan pada tuan tanah tempat tinggalnya bahwa terorisme memang adalah usaha yang menguntungkan!

Karena tidak mungkin untuk menjarah orang2 Yahudi, maka pilihan satu2nya yang sisa adalah menyerang dan menjarah kafilah2 Quraysh. Meskipun demikian, saat itu dia hanya punya segelintir prajurit. Dia tidak akan mampu melancarkan serangan telak terhadap tentara Quraysh yang perkasa, dan memang perkiraannya tepat. Sebenarnya karena alasan takut akan tentara Quraysh itulah dia meninggalkan Mekah.

Dia lalu dapat gagasan cemerlang. Rencananya adalah untuk menyergap pedagang2 Quraysh pada saat mereka sedang lengah, yakni pada saat mereka sedang sendirian, tidak banyak tentara, atau jauh dari tempat aman di Mekah. Ini berarti menyerang kafilah2 pedagang Quraysh, meneror dan merampok mereka di perjalanan dagang dengan Syria atau saat mau balik ke Mekah. Tapi Muhammad juga penuh perhitungan dan tidak terburu-buru. Dia sabar menunggu kesempatan baik untuk menyerang kafilah2 Quraysh yang sedang lengah. Rencana ini memang sangat cerdik dan licik. Tidak dapat disangkal bahwa dengan penjarahan ini Muhammad dapat mengompori pengikutnya, para Jihadis, untuk membalas dendam pada “penyiksa” mereka dan di waktu yang sama mereka juga dapat banyak harta jarahan yang sebelumnya tidak dapat disediakan Muhammad pada para Muhajirs (pengikut Nabi yang setia yang pindah dari Mekah ke Medina) yang miskin dan kelaparan ini.

Dengan pemikiran ini, Muhammad mulai bergerak. Dia mengirim beberapa mata2 untuk mencari tahu kegiatan2 kafilah Mekah. Akan tetapi, kafilah2 Quraysh selalu dilindungi dan dijaga baik2 oleh para tentara penjaga keamanan untuk mencegah dirampok di jalan. Meskipun begitu, Muhammad tetap mencoba keberuntungannya karena kafilah2 Mekah itu penuh dengan harta benda yang sangat berharga. Biografer (penulis kisah hidup) Nabi apologis (= berusaha menutupi kejelekan Islam) seperti Hussein Haykal, [v] tentu mencoba mencari pembenaran dengan mengatakan bahwa para Muhajir dari Mekah rindu pulang kampung dan sedang cari kesempatan untuk balas dendam. Memang merasa rindu kampung halaman sih wajar saja, tapi alasan yang sangat jelas untuk merampok kafilah Quraysh adalah karena ingin menjarah dan merampas harta benda. Sederhana saja dan sudah jelas. Alasan Haykal ini pupus karena setelah Muhammad menaklukkan Mekah, tidak ada satu pun Muhajir yang katanya tadi ‘rindu kampung halaman’ yang mau balik pulang ke Mekah.

Mari kita bahas secara singkat penyergapan atau serangan teror atas kafilah Quraysh. Ada pertentangan mana perampokan atas kafilah Quraysh yang pertama dilakukan Muhammad. Ibn Ishak menulis bahwa Muhammad sendiri melaksanakan serangan pertama, dan ini adalah terhadap kafilah di Waddan. Buku Ibn Ishak tidak cukup memberi keterangan kapan hal ini terjadi. Waqidi menulis bahwa serangan pertama dipimipin oleh Hamzah. Biografer2 lain setuju dengan versi Waqidi tentang tanggal2 penyerangan2 Muhammad. Aku juga akan menggunakan keterangan Waqidi.

Catatan: Tanggal2 adalah perkiraan saja.

Teror Satu
Serangan atas Kafilah Quraysh di al-Is, atau Ekspedisi Sif al-Bahr oleh Hamzah ibn al-Muttalib--March, 623CE

Ekspedisi / Perampokan pertama terhadap kafilah Quraysh terjadi sekitar tujuh atau sembilan bulan setelah Hijrah. Ekspedisi ini dipimpin oleh Hamzah ibn ‘Abd al-Muttalib (paman Muhammad), dengan 30 atau 40 orang emigran (yang pindah dari Mekah ke Medina). Tujuan ekspedisi, seperti yang telah diterangkan sebelumnya, adalah untuk merampok kafilah Quraysh. Gerombolan perampok yang dipimpin Hamzah ini berkumpul di tepi pantai deka al-Is, diantara Mekah dan Medina, di mana pemimpin kafilah Abu Jahl ibn Hashim berkemah bersama 300 orang Mekah. Hamza dengan beberapa orang bertemu Abu Jahl di sana untuk menyerang kafilah, tapi Majdi b. Amr al-Juhani, seorang Quraysh yang tidak ada permusuhan dengan kedua pihak melerai keduanya sehingga mereka semua berpisah tanpa pertempuran.

Petualangan Muhammad pertama dalam perang dan perampokan ternyata gagal. Hamzah kembali ke Medina dan Abu Jahl melanjutkan perjalanan ke Mekah. Usaha perampokan gagal karena para Muslim takut menghadapi konvoi Quraysh yang kuat, dan mereka kembali ke Medina dengan tangan kosong.

Teror Dua
Serangan atas Kafilah Mekkah di Buwat oleh Ubaydah b. al-Harith---April, 623CE

Serangan ini terjadi sembilan bulan setelah hijrah, beberapa minggu setelah serangan pertama di al-Is gagal.

Kira2 sebulan setelah kegagalan Hamzah untuk merampok, Muhammad mengirim 60 Jihadis dipimpin oleh Ubaydah b. al-Harith (saudara sepupunya) untuk melakukan operasi teror terhadap kafilah Quraysh yang kembali dari Syria dan dikawal oleh 200 pasukan keamanan bersenjata. Ketua kafilah adalah Abu Sufyan ibn Harb atau Ikrima b. Abu Jahl. Gerombolan Muslim pergi sampai jauh ke Thanyatul-Murra, tempat mata air di Hejaz. Tidak ada pertempuran yang terjadi karena orang2 Quraysh ternyata berada terlalu jauh dari para Muslim. Meskipun demikian, Sa’d b. Abi Waqqas, seorang Jihadis sejati, menembakkan sebuah panah ke orang2 Quraysh. Ini adalah panah pertama Islam. Panah2 yang kemudian ditembakkan mengejutkan orang2 Quraysh. Ini merupakan serangan mendadak dan memperingatkan mereka akan bahaya yang timbul kemudian. Akan tetapi, tidak ada pertempuran yang terjadi dan orang2 Muslim kembali dengan tangan kosong. Beberapa orang berpendapat bahwa Ubaydah adalah Jihadis yang pertama yang membawa bendera Islam, tapi orang lain berkata bahwa Hamzah lah yang pertama.

Beberapa berpendapat Muhammad memerintah Ubaydah untuk melakukan penyerangan ketika Muhammad sedang kembali dari perampokan al-Abwa (lihat Teror Empat).

Teror Tiga
Serangan atas Kafilah Mekah di Kharar, oleh Sa’d ibn Waqqas -- April, 623CE

Usaha berani Sa’d ibn Waqqas yang menembakkan panah2 pada orang2 Quraysh (lihat Teror Dua) tentunya telah membuat Muhammad kagum. Saat itu Sa’d berusia 20 – 25 tahun. Meskipun begitu, usia mudanya tidak jadi penghalang bagi Muhammad untuk menunjuknya sebagai ketua gerombolan perampok yang berjumlah 20 orang (sumber lain mengatakan 8 orang saja) terhadap kafilah Mekkah. Semuanya adalah kaum Muhajir. Jadi satu bulan kemudian, operasi teroris ketiga dilaksanakan di bawah pimpinan Sa’d yang masih muda. Sa’d dan gerombolannya menyusun siasat untuk menyergap di lembah Kharrar di jalan menuju Mekkah dan menunggu untuk menyerang kafilah Mekkah yang kembali dari Syria.

Mereka mau menyergap diam2. Meskipun begitu, dengan kecewa berat mereka akhirnya menyadari bahwa kafilah Mekkah telah berhasil mengelabui mereka dan telah berlalu dari tempat itu sehari sebelumnya. Orang2 Muslim kebali ke Medina dengan tangan hampa.

Bersambung

[i] Masterminds of Teror, p.88; Khalid was the Chief Al-Qaeda Planner of 9/11
[ii] Ibn Ishak, pp.204-205
[iii] Tabari, vol. vi, p.134
[iv] Rodinson, p.162
[v] Haykal, Ch. The First Raids and Skirmishes
Last edited by Adadeh on Sat Feb 25, 2006 1:58 pm, edited 17 times in total.
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Tue Dec 06, 2005 3:45 pm

Bagian Two

Jika terorisme adalah untuk membangkitkan rasa teror dalam hati musuhmu dan musuh Allah make kami berterima kasih kepadaNya, yang Maha Pengampun, Maha Penyayang, yang memungkinkan kami jadi teroris2’Ramzi BinalShibh (6)


Teror Empat
Penyerangan terhadap Kafilah Mekah dan terhadap B. Damrah di al-Abwa/ Waddan oleh Muhammad—August, 623CE


Muhammad jadi sangat frustasi dengan kegagalan2 tiga usaha penyerangan untuk menggarong kafilah2 pedagang Quaish. Waktunya semakin mendesak, dan dia merasakan tekanan untuk mengahasilkan duit/harta benda bagi para pengikutnya. Dengan beban tekanan ini dalam pikirannya, dia sendiri lalu memimpin para pengikutnya untuk merampok. Usaha ini dikenal sebagai serangan di al-Abwa, yang juga dikenal sebagai Ghazwah dari Waddan. Telah dikatakan sebelumnya, dia sendiri kali ini yang memimpin penyerangan yang diarahkan ke Abwa, daerah tempat ibunya dikuburkan. Kaget sekali dia sewaktu tiba di tempat itu dan mendapatkan kafilah Quraish ternyata telah berlalu. Karena kecewa, dia lalu menyerang suku B. Damra berada dekat di situ dan memaksa mereka untuk membuat perjanjian tidak menyerang (oleh B. Damra). Perjanjian inilah yang pertama ditulis oleh Muhammad dengan suku asing. Perjanjian ini memberi keutungan baginya karena mencegah B. Damra menyerangnya atau membantu musuh Muhammad yakni orang2 Quraish. Sebagai gantinya, Muhammad tidak akan memerangi suku B. Damra. Lalu Muhammad pergi sampai ke Waddan untuk mengejar kafilah Quraish, tapi mereka berhasil menghindarinya. Meskipun dia gagal menjarah harta orang2 Quraish, tapi di cukup pintar untuk membuat perjanjian dengan suku B. Damra yang merupakan suku nomad. Perjanjian ini memberinya sekutu untuk menyerang kafilah2 Quraish. Setelah itu, dia balik ke Medina.

[Catatan: Ghazwa berarti gerakan militer yang dipimpin sang Rasul atau seoramg Imam.7 Ini juga berarti serangan mendadak sebuah kafilah atau suku lain untuk merampas harta benda dan wanita.8

Sariyah atau brigade berarti kekuaan militer kecil yang dikomando oleh seorang dari letnan2 di bawah Imam. Ada referensi di Sahih Bukhari tetang usaha terorisme pertama yang dilakukan oleh Muhammad secara pribadi:

Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 256:
Dikisahkan oleh As-Sab bin Jaththama:
Sang Nabi melaluiku di tempat yang bernama Al-Abwa atau Waddan, dan ditanyai apakah boleh menyerang pasukan pagan pada malam hari dengan kemungkinan membahayakan kaum wanita dan anak2 mereka. Sang Nabi berkata,”Mereka (yakni para wanita dan anak2) berasala dari mereka (kaum pagan).” Aku juga mendengar Sang Nabi berkata,”Pembentukan Hima tidak layak kecuali bagi Allah dan RasulNya.”

Hadis ini dengan jelas mengatakan bahwa dalam operasi terornya, Muhammad bahkan tidak mengasihani para wanita dan anak2 kaum pagan.

6 Master Minds of Terror, p.36
7 Hughes Dictionary of Islam, p.139
8 Dashti, p.86
9Hughes Dictionary of Islam, p.139

Teror Lima
Penyerangan terhadap Kafilah Mekah yang Banyak Harta di Bawat oleh Muhammad—October, 623 M


Sebulan setelah dia menyerang al-Abwa, Muhammad sendiri memimpin dua ratu orang termasuk beberapa penduduk Medina menuju Bawat, tempat dalam jalur perjalanan kafilah pedagang Quraish. Waktu itu kafilah Quraish berjumlah 1.500 sampai 2.500 unta, dijaga oleh 100 pengawal, di bawah pimpinan Umayyah ibn Khalaf, yang juga orang Quraish. Tujuan penyerangan ini sudah jelas, yakni untuk merampok kafilah Quraish yang memuat sangat banyak harta ini.

Tidak ada pertempuran yang terjadi dan penyerangan tidak menghasilkan barang jarahan apapun. Muhammad lalu pergi ke Dhat al-Saq, di padang pasir al-Khabar. Dia sembahyang di sana dan sebuah mesjid didirikan di tempat itu. Ini adalah untuk pertamakalinya orang2 Ansar al-Usharayh mengambil bagian dalam usaha perampokan. Mereka tertarik untuk ikut merampok karena kemungkinan bisa kaya dari penjarahan.


Teror Enam
Penyerangan terhadap Kafilah Mekah di al-Ushayrah, di daerah Yanbo oleh Muhammad—November, 623M


Ini adalah usaha perampokan ketiga yang dipimpin Muhammad sendiri. Sekitar 150 sampai 200 orang (perhatikan jumlah Jihadis yang bertambah dalam usaha perampokan) ikut dalam operasi teror ini. Mereka punya 30 unta yang mereka kendarai secara bergiliran. Ketika mereka tiba di al-Usharayh di daerah Yanbo, mereka berharap bisa menyergap kafilah Mekah yang kaya raya yang menuju ke Syria dipimpin oleh Abu Sufyan. Muhammad sudah mendengar dari mata2nya bahwa kafilah ini berangkat dari Mekah. Dia menunggu selama lebih dari sebulan untuk menyergap kafilah ini. Sayangnya, dia terlambat karena sewaktu Muhammad tiba, kafilah Mekah sudah lewat. Para pembaca harus ingat akan penyerangan ini, sebab kafilah yang sama inilah yang nantinya dijarah dalam perampokan Badr yang terkenal itu saat kafilah kembali dari Syrian ke Mekah. Dalam operasi ini, Muhammad bersekutu dengan Bani Mudlij, sebuah suku yang tinggal di daerah al-Usharayh. Dia juga membuat perjanjian dengan Bani Damra. Semua perjanjian2 itu membentuk hubungan politik yang baik baginya.


Teror Tujuh
Penyerangan terhadap Unta2 Perah Muhammad di Badr (Badr I) oleh Kurz ibn Jabir al-Fihri—December, 623M


Setelah enam usaha penyerangan terhadap kafilah2 Quraish, akhirnya orang Quraish jadi marah. Sekarang saatnya bagi mereka untuk membalas dan menyampaikan pesan keras pada Muhammad bahwa usaha perampokan jalanannya tidak bisa dibiarkan untuk selamanya. Dengan alasan ini, Kurz ibn Jabir al-Fihri dari suku Quraish menyerang daerah Medina di mana unta2 perah Muhammad sedang merumput. Ini terjadi 10 hari setelah Muhammad kembali ke Medina dari usaha perampokannya yang tidak berhasil terhadap kafilah Quraish di al-Usharayh. Setelah mendengar serangan ini, Muhammad dengan cepat mencari Kurz sampai dia mencapai lembah Safwa, dekat Badr. Ini adalah serangan Badr pertama. Kurz berhasil melarikan diri; Muhammad kembali ke Medina dan diam di sana sampai tiga bulan kemudian. Dikatakan kemudian bahwa Muhammad akhirnya berhasil menangkap Kurz dan Kurz lalu memeluk Islam.


Teror Delapan
Penyerangan Kafilah Mekah di Nakhla oleh Abd Allah ibn Jahsh, Perampokan Pertama yang Berhasil —December, 623M


Setealh dia kembali dari Badr, Muhammad mengirim Abd Allah b. Jahsh di Rajab dengan delapan orang emigran (yang ikut hijrah) dan tanpa orang2 Ansar untuk melakukan operasi teror lagi. Abd Allah b. Jahsh adalah saudara sepupu Muhammad. Orang2 yang ikut dalam operasi ini adalah: 1. Abu Haudhayfa 2. Abd Allah b Jahsh 3. Ukkash b. Mihsan 4. Utba b. Ghazwan 5. Sa’d b. Abi Waqqas 6. Amir b.Rabia 7. Waqid b. Abd Allah and 8. Khalid b. al-Bukayr. Beberapa ahli sejarah berkata mereka berjumlah sekitar 7 sampai 12 orang. Nama2 ini layak untuk diingat karena nama2 ini akan muncul lagi di banyak operasi2 teror lainnya. Muhammad memberi sebuah surat kepada Abd Allah b. Jahsh, tapi tidak boleh dibaca sampai dia telah pergi dua hari kemudian di perjalanan dan dia lalu harus melakukan apa yang diperintahkan di surat itu tanpa memberi beban pada kelompoknya. Abd Allah pergi sampai hari kedua dan dia kemudian membaca surat itu yang memerintahkan agar dia bergerak sampai mencapai Nakhla, yang terletak diantara Mekah dan Taif. Dia harus bertiarap menunggu orang2 Quraish dan mengamati apa yang mereka lakukan. Abd Allah b. Jahsh mengatakan kepada kelompoknya bahwa siapa yang mau memilih martirdom (baca:terorisme) boleh bergabung dengannya, dan siapa yang tidak mau, dipersilakan pulang. Semua anggota kelompok setuju untuk ikut dengannya (beberapa penulis biografi menulis bahwa dua Muslim memilih untuk tidak jadi martir dan pulang ke Medina). Sa’d b. Abi Waqqas dan Utbah b. Ghazwan kehilangan seekor unta yang mereka kendarai secara bergiliran. Unta ini nyasar dan pergi ke Buhran. Maka mereka pun pergi mencari unta yang melarikan diri itu ke Buhran dan mereka ketinggalan kelompoknya.

Seperti yang diperintahkan oleh sang Nabi, Abd Allah dan kelompoknya lalu bergerak maju dan sebentar kemudian tiba di Nakhla. Nakhla adalah sebuah lembah di bagian timur Mekah, separuh perjalanan ke Taif. Ini adalah jalur umum ke Syria yang digunakan kafilah2 Mekah. Muhammad dengar dari pengintainya bahwa kafilah Mekah yang memuat banyak harta dan dikawal sedikit penjaga, membawa kismis2 kering, anggur, kulit dan berbagai harta benda sebentar lagi akan lewat melalui jalur ini.

Empat penjaga Quraish mengawal kafilah keledai ini. Mereka adalah:
Amr b. al-Hadrami. Dia adalah pemimpin kafilah.
Uthman b. Abd Allah b. al-Mughirah.
Nawfal b. Abd Allah b. al-Mughirah, saudara laki Uthman.
Al-Hakam b. Kaysan, budak yang dimerdekakan (Mawla) oleh Hisham b. al-Mughirah.

Tak lama kemudian, kafilah Mekah tiba di Nakhla dijaga oleh empat orang Quraish. Ketika mereka melihat orang2 Muslim, mereka jadi waspada. Satu dari orang2 Abd Allah b. Jahsh, yakni Ukkash b Mihsan menggunduli rambut kepalanya untuk menutupi maksud mereka yang sebenarnya dan untuk membuat orang Quraish mengira mereka baru saja naik Haji (Umra), karena memang pada saat itu adalah bulan suci (Rajab) di mana tidak diperbolehkan melakukan perang. Ketika orang Quraish melihat kepala botak Ukkash, mereka mengira orang2 Muslim ini baru kembali dari naik haji dan mereka merasa lega dan mulai menyiapkan makanan bagi mereka sendiri. Ini adalah cara bagaimana Jihadis Muslim mengelabui korban2nya. Adalah kebiasaan/tradisi yang kuat bahwa pada bulan suci, yaitu di awal atau akhir bulan Rajab (pendapat para ahli sejarah berbeda-beda), Rajab adalah salah satu dari empat bulan suci di mana tidak diperbolehkan sama sekali untuk mengadakan perang atau pertumpahan darah di Jazirah Arabia. Abd Allah b. Jahsh juga tahu akan tradisi ini dan dia merasa ragu untuk menyrang. Meskipun begitu, setelah berkali-kali gagal, orang2 Muslim ini tidak mau membiarkan kafilah yang banyak harta ini lewat begitu saja. Karenanya, mereka memutuskan untuk membunuh orang2 Quraish sebanyak mungkin dan mengambil hasil jarahan sebanyak-banyaknya. Mereka menyerang orang2 Quraish pada saat mereka sedang sibuk menyiapkan makanan. Dalam pertempuran itu, Waqid b. Abd Allah membunuh Amr b. Hadrami, ketua kafilah Quraish. Nawfal b.Abd Allah melarikan diri. Orang2 Muslim menangkap Uthman b. Abd Allah dan al-Hakam b. Kaysan.

Abd Allah b. Jahsh kembali ke Medina dengan barang jarahan dan dua tawanan Quraish. Dia sudah mengambil keputusan untuk memberikan seperlima barang jarahan kepada Muhammad, dan membagi sisanya diantara mereka. Pembagian yang umum bagi pemimpin kelompok perampok saat itu adalah seperempat barang jarahan. Tidak jelas mengapa Abd Allah b. Jahsh memberi seperlima barang jarahan, karena Allah sendiri sebenarnya belum menentukan pembagian Khumus (jatah jarahan buat kepala perampok) untuk Muhammad di Q 8:41. Ayat ini dikeluarkan setelah perang Badr, yang terjadi setelah perampokan di Nakhla.
.
Q 8:041
Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Karena pertumpahan darah ini terjadi di bulan suci, Muhammad tidak mau untuk memulai pembunuhan balas dendam yang tak kunjung selesai. Orang2 Quraish juga menyebarkan berita ke mana2 tentang perampokan dan pembunuhan yang dilakukan Muhammad id bulan suci. Karena itu, dia menegur orang2 Muslim yang berperang di bulan suci dan dia tidak mau menerima jatah jarahan perampokan. Lalu ayat Q 2:217 tentang perang di bulan suci pun muncul.

Q 2:217
Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

Ayat ini mengijinkan Muhammad untuk melaksanakan perang selama bulan2 suci. Setelah itu Abd Allah b. Jahsh membagi-bagi barang jarahan, seperlima bagi Muhammad. Muhammad juga ingin mendapat uang lebih dengan meminta uang tebusan bagi dua tawanan. Akan tetapi, Muhammad tidak mau menerima uang tebusan dari orang2 Quraish sebelum dua orangnya, yakni Sa’d b. Abi Waqqas and Utbah b. Ghazwan kembali dari mencari unta mereka. Dia takut orang2 Quraish membunuh mereka berdua jika menemukan mereka. Ketika Sa’d dan Utbah kembali tanpa luka, Muhammad membebaskan dua tawanan Quraish dengan bayaran 1.600 Dirham (1 Dirham = 1/10 Dinar; 1 Dinar adalah 4.235 gram emas) per kepala. Dilaporkan kemudian bahwa setelah dibebaskan, Hakam b. Kaysan jadi Muslim, mungkin karena melihat sendiri betapa mudah jadi kaya melalui terorisme a la gaya Islam. Nantinya dia lalu mati di pertempuran Bir Mauna. Tawanan lain, Uthman b. Abd Allah kembali ke Mekah dan mati sebagai non-Muslim.

Nama Islam yang bagi perampokan yang berhasil ini adalah ‘Serangan Nakhla.’ Ini adalah serangan pertama di mana orang2 Muslim menangkap tawanan, dan pertama kali mereka mengambil nyawa. Karena sukses ini, Abd Allah digelari Amir al-Mominun, yakni pemimpin yang beriman. Setelah sukses merampok di Nakhla, Muhammad merasa kuat secara militer dan menegakkan aturan yang mengesahkan pembagian jarahan perang. Dia sebenarnya melegalkan dan mengesahkan perampokan.

Keberhasilan merampok ini membuat orang2 Mekah jadi sangat waspada, sebab kemakmuran mereka bergantung sepenuhnya atas perdagangan rutin dan tidak terputus dengan Syria. Perdagangan dengan Abyssinia dan Yemen kurang penting. Bahkan kafilah pedagang menuju Abyssinia dan Yemen tidak aman pula dari serangan tentara Muhammad. Serangan Nakhla itu muga membuat jengkel orang2 Mekah. Mereka sekarang percaya bahwa Muhammad tidak menghormati nyawa orang dan sama sekali tidak mengindahkan peraturan damai di bulan2 suci. Karenanya, orang2 Mekah ingin membalas dendam dengan pertumpahan darah. Akan tetapi, orang Quraish menahan kemarahan mereka. Muhammad masih punya beberapa pengikut yang tinggal di Mekah, termasuk anak perempuannya sendiri yakni Zaynab. Orang2 Quraish tidak membalas dendam atas pengikut2 Muhammad dan anaknya di Mekah dan tidak pula berusaha menyakiti Zaynab.

Sebaliknya dengan Muhammad. Setelah sukses di Nakhla, dia merencanakan untuk melakukan serangan yang lebih hebat lagi terhadap orang2 Quraish. Allah sekarang memberinya ijin untuk berperang melawan non-Muslim di ayat2 22:39-42, 2:190-194. Serangan di Nakhla dianggap sah karena orang Mekah dianggap mengusir keluar orang2 Muslim. Akan tetapi, alasan sebenarnya adalah “sampai agama yang ada hanyalah agama Allah”. Ini berarti, sampai semua orang Mekah (atau seluruh dunia) memeluk Islam.

Q 22:39
Telah diizinkan berperang bagi orang2 yang diperangi karena sesungguhnya mereka telah dianiaya dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa menolong mereka.

Q 22.40
(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,

Q 22:41
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

Q 22.42
Dan jika mereka (orang-orang musyrik) mendustakan kamu, maka sesungguhnya telah mendustakan juga sebelum mereka kaum Nuh, 'Aad dan Tsamud,

Q 2.190
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Q 2:191
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.

Q 2:192
Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Q 2:193
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.

Q 2.194
Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

Bagi mereka yang ragu2 untuk ikut perampokan akan dimarahi. Wahyu Allah bagi hal ini datang di ayat Q 47:20-21. Ayat2 ini memberi garansi surga bagi mereka yang berperang (atau menteror dan merampok) bagi Islam, yakni Jihad, dan mereka mati terbunuh.

Q 47:20
Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka.

Q 47.21
Ta'at dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.

Allah kemudian menyuruh para teroris ini untuk “pancunglah batang leher mereka yang tak beriman, kalahkan mereka semua, dan ikat mereka erat2” di ayat Q 47:3-4.

Q 47: 3
Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mu'min mengikuti yang haq dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka.

Q 47: 4
Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka semua maka ikatlah mereka kuat2 dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.

Lebih jauh lagi, para Muslim diharapkan untuk tidak hanya berperang, tapi juga menyumbang secara material untuk menutupi biaya perang (Q 4:66-67, 9:88, 9:111), untuk membunuh dan dibunuh. Siapa saja yang mau melakukan hal ini dijanjikan kedudukan tinggi di surga (Q 4:74, 4:95). Para Muslim diminta untuk mempersiapkan kemampuan apapun yang mereka miliki, tentara2, kuda2, dll. untuk mewujudkan teror di dalam hati non-Muslim (ingat kata2 Dr. Mahathir yang terkenal tentang orang Yahudi di konferensi OIC di akhir 2003?) (Q 9:73, 123, 8:60).

Q 4:66
Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka : "Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka),

Q 4:67
dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami,

Q 9:88
Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Q 9:111
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.

Q 4: 74
Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.

Q 4:95
Tidaklah sama antara mu'min yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar,

Q 9:73
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.

Q 9:123
Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.

Q 8:60
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

Pesan2 ini disebarluaskan dalam waktu dua atau tiga tahu setelah Muhammad hijrah ke Medina. Pesan2 ini tidak hanya untuk para Muhajir (yang hijrah dari Mekah ke Medinah) tapi juga bagi semua lelaki di Medina.
(Catatan: Mulai sekarang, untuk menghemat tempat, yang akan saya sebut hanyalah nomer ayat saja)

Bersambung ke Bagian Tiga.
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Fri Dec 09, 2005 8:24 am

http://www.mukto-mona.com/Articles/kasem/
Bagian Tiga (Perang Badr)
Oleh Abul Kasem
‘Kekejaman adalah sifat pertama Tuhan'—Andre Gide (1869-1951)[10]

Teror Sembilan
Perang Badr II Dipimpin oleh Muhammad—March, 624M


Telah disebutkan sebelumnya (Teror 6, Bagian 2) bahwa Muhammad dan gerombolannya meleset sedikit dalam usaha merampok kafilah Quraish pimpinan Abu Sufyan. Seperti yang telah ditulis sebelumnya, ketika Muhammad tiba di al-Ushayra untuk menyerang kafilah ini, dia tertegun waktu tahu bahwa rombongan kafilah banyak harta ini sudah berlalu dua hari sebelum dia sampai di sana. Tentu saja, gerombolannya yang haus jarahan perang merasa kecewa dengan kegagalan ini. Akan tetapi Muhammad sudah memperkirakan bahwa kafilah yang sama mungkin dapat diserang sewaktu kembali dari al-Sham (Syria). Yang dibutuhkan sekarang adalah kesabaran menunggu selama tiga bulan untuk menyerang kafilah itu waktu kembali. Dengan kemungkinan ini, Muhammad mulai merekrut anggota Jihadis baru untuk perampokannya yang berikut.

Di mesjidnya, dia memanggil orang2 Muslim dan meng-iming2i mereka untuk menyerang kafilah Quraish yang memuat banyak harta benda. Dia berkata pada kelompoknya,”Kafilah Quraish ini memuat harta kekayaan kita. Pergilah dan seranglah mereka, mungkin Tuhan akan memberikan mereka sebagai mangsa kita.” Meskipun begitu, dia tidak pernah sekalipun menyebutkan hal ini kepada penduduk lokal Medina tentang usaha perampokan untuk dapat barang jarahan. Mereka selalu mengira dia itu Nabi yang rendah hati, sangat suci, terhormat, cinta damai, tak suka berperang, penuh kasih sayang dan belas kasihan. Banyak Muslim yang sangat kaget dengan apa yang dikatakan Muhammad saat berkumpul di mesjid itu dan mereka tidak percaya ketika dia mengajak mereka untuk bergabung dengannya dalam usaha merampok. Mereka benar2 kaget. Akan tetapi, angan2 dapat harta jarahan lalu menguasai pikiran mereka dan akhirnya banyak yang bergabung untuk dapat kesempatan memperbaiki kondisi ekonomi mereka dengan cara merampas harta orang lain.

Tentang kekayaan hasil curian ini, Rodinson menulis (Rodinson, hal. 162):
“Ketika usaha perampokan mulai menghasilkan kekayaan, banyak orang Medina yang bergabung meskipun pada kenyataannya persetujuan antara pihak mereka dan Muhammad tidak mengharuskan mereka untuk ikut serta dalam usaha perampokannya.”

Reaksi dari ajakan Muhammad berbeda-beda. Banyak orang yang mau ikut kelompoknya, tapi banyak pula yang harus dipaksa dan ditekan untuk jadi bandit Muslim. Muhammad mengatur sedemikian rupa sehingga hanya orang2 Muslim saja yang diperbolehkan bergabung dalam kampanye teror ini. Banyak non-Muslim yang mencoba bergabung, tapi Muhammad bersikeras bahwa yang bukan Islam tidak akan kebagian barang jarahan. Dengan in pula, kampanyenya berlangsung dengan sukses diantara orang2 lokal Muslim Medina (Ansar). Sampai saat ini, tiada orang Ansar yang bergabung dengan Muhammad dalam usaha perampokan jalanan sebelumnya. Kesuksesan Abdullah ibn Jahsh di Nakhla telah menambah hasrat untuk dapat barang rampokan dalam pikiran banyak orang Ansar. Keinginan dan keserakahan untuk menjarah barang2 berharga milik orang Quraish begitu besar sehingga banyak orang2 Medina yang mau bergabung menjadi Jihadis. Jumlah semuanya adalah 313 orang, terdiri dari 77 Muhajirs (yang hijrah) dan 236 orang2 Ansar. Sekarang orang2 Ansar adalah sebagian besar dari gerombolan perampok Jihadis.
10 The Counterfeiters
11 Ibn Ishaq, p.293

Beberapa minggu sebelum keberangkatannya ke Badr, dan ketika kafilah Quraish datang ke daerah Medina, Muhammad mengirim dua pengintai, yakni Talhah ibn Ubaydullah dan Said ibn Zayd untuk mencari tahu di manakah kafilah tsb. Kedua orang ini tiba di perkemahan Kashd al-Juhany dan bersembunyi di sana sampai kafilah berlalu. 40 orang menjaga kafilah Mekah itu.[12] Kedua orang Muslim itu mengintai dan memperkirakan harta benda bawaan kafilah berharga sekita 50.000 Dinar (ingat bahwa 1 Dinar berharga 4,235 gram emas. Dalam harga emas saat ini, harta benda kafilah itu berharga US$ 2.725.000, belum termasuk harga2 para tawanan, unta2 dan barang2 lain). Sungguh suatu sasaran perampokan yang menggiurkan. Kedua pengintai itu bergegas kembali untuk menyampaikan kabar baik ini kepada Muhammad. Tapi Muhammad sudah meninggalkan Badr sehari sebelum kedua pengintai kembali ke Medina. Dia sudah tidak sabar lagi untuk cepat2 dapat menjarah, sehingga dia tidak menunggu kedua pengintai itu kembali. Lalu Talhah ibn Ubaydullah dan Said ibn Zayd harus tinggal di Medina dan tidak sempat ikut tentara Muslim pergi. Meskipun demikian, Muhammad tidak mengecewakan keduanya karena telah menjalankan tugas pengintaian dengan baik. Keduanya nantinya dapat jatah jarahan ketika Muhammad kembali ke Medina. Yang juga tinggal di Medina adalah menantu Muhammad yang bernama Uthman b. Affan. Istri Uthman, yakni Ruqayyah (anak perempuan Muhammad) sakit pada saat itu dan Uthman mengurusnya. Muhammad memberi jatah jarahan padanya pula. Betul2 murah hati sang Nabi ini! Sahih Bukhari menulis janji Muhammad pada menantunya seperti ini:

Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Buku 53, Nomer 359:
Dikisahkan oleh Ibn 'Umar:
'Uthman tidak ikut perang Badr karena dia menikah dengan salah satu anak perempuan Rasul Allah dan dia (Ruqayyah) sedang sakit. Karena itu, sang Nabi berkata kepadanya: “Kamu akan dapat upah dan bagian (barang jarahan) sama dengan upah dan bagian orang yang ikut ambil bagian dalam perang Badr.”


Di lain pihak, melalui mata2 dan sumber2 yang dapat dipercaya, kabar tentang persiapan Muhammad untuk menyerang kafilah Quraish sampai di telinga Abu Sufyan. Dia jadi sangat waspada. Dia tahu tentang perjanjian2 yang dibuat Muhammad dengan banyak suku di jalur perjalanan kafilah, jadi ada kemungkinan besar suku2 itu menyerang mereka tiba2 pula. Dia segera mengirim Damdam b. Amr al-Ghifari ke Mekah untuk meminta bantuan. Ketika Damdam sampai di Mekkah, dia segera mengumumkan rencana Muhammad untuk menyerang kafilah Abu Sufyan. Mendengar ini, Abu Jahl memanggil semua orang2 Mekah untuk ikut operasi penyelamatan kafilah Quraish. Saat itu, suku2 Banu Kinanah dan Banu Bakr sedang bermusuhan dengan Quraish. Karenya, mereka tidak mempedulikan ajakan Abu Jahl. Tadinya suku2 ini mau mengambil kesempatan dari kesusahan orang2 Quraish dan menyerang mereka dari belakang, tapi akhirnya ketua suku Quraish yakni Suraqa b. Malik mengambil keputusan untuk tidak mengkhianati orang2 Quraish. Penulis biografi Muslim seperti Ibn Ishaq menyebut Suraqa sebagai Iblis.[13]
12 Mubarakpouri, p.251
13 Ibn Ishaq, p.292

Setelah yakin tidak akan ada serangan dari kedua suku ini, Abu Jahl dan Amir ibn al-Hadrami (saudara laki Amr ibn Hadrami; ingat? Amr dibunuh orang2 Muslim di Nakhla) meyakinkan orang2 Mekah bahwa mereka akan menang melawan Muhammad. Jadi, setiap orang yang bisa bertempur ikut bergabung, kecuali Abu Lahab. Dia menggantikan posisinya dengan al-As b. Hisham (paman Umar b. Khattab) yang berhutang padanya 4.000 Dirham dan tidak bisa bayar utang kembali. Abu Lahab menyewanya untuk perang atas nama dirinya supaya utangnya lunas. [14]

Ketika orang2 Quraish sedang siap2 perang, Muhammad tidak tahu akan persiapan orang2 Mekah untuk melawan dia secara militer. Dia yakin sekali bahwa dia akan menang dan akan berhasil merampas harta benda Quraish.

Dengan banyak harapan dan penuh percaya diri, hari Minggu, tanggal 10 Mare, 624 M (12 Ramadan, AH2), Muhammad beserta 313 orang (jumlahnya berkisar antara 307 sampai 318) Jihadis, pergi ke luar Medina menuju Badr. Di barisan depan orang2 Muslim dipegang dua bendera hitam, satu dibawa oleh Ali ibn Talib dan yang satu lagi dibawa orang Ansar. 70 unta berbaris bersama mereka dan 300 lebih tentara Muslim bergiliran menaikinya. Mereka hanya punya dua kuda. Muhammad meminta Abu Lababa berjaga-jaga di Medina. Untuk menghindari pengamatan musuh, Muhammad tidak langsung pergi ke Mekah, tapi dia memakai jalur jalan yang tidak lazim yang dilalui oleh Irqul Zabya, Saffra and Dhafiran. [15]

Pada hari Senin, tanggal 11 Maret, Muhammad tiba di Saffra. Dia lalu mengirim dua pengintai, yakni Basbas b. Amr al-Juhani and Adi b. Abu Zaghba ke Badr untuk mengetahui posisi kafilah Quraish. Sebenarnya di sinilah Muhammad berharap untuk bertemu dengan kafilah itu dan melakukan serangan mendadak. Ketika berada di sana, kedua pengintai mendengar percakapan dua wanita dekat sumur bahwa kafilah Quraish akan datang dalam waktu satu atau dua hari. Mereka cepat2 kembali ke Muhammad dan memberitahu tentang berita ini.

Di waktu subuh hari Selasa, tanggal 12 Maret [16], Abu Sufyan datang lebih dahulu dari kafilah dan berhenti di sumur tempat ambil air dan dia tahu tentang orang2 Muhammad dari memeriksa kotorang unta milik Basbas dan Adi yang berisi biji kurma, khas makanan unta dariYathrib (Medina). Abu Sufyan jadi sangat khawatir dan cepat2 kembali ke rombongan kafilahnya, balik ke arah jalur pantai sehingga menghindari serangan tentara2 Muhammad. Memang setelah itu Muhammad luput berjumpa dengan kafilah itu dalam beda waktu beberapa jam saja.[17] Abu Sufyan sendiri terus mengawal kafilah agar bisa sampai ke Mekah dengan selamat. Dia mengirim utusan kedua, yakni Qays b. Imea al-Qays [18] untuk memberitahu pasukan Mekah yang makin mendekat tentang keputusannya mengambil jalur jalan lain dan menyampaikan pesan bahwa bahaya telah lewat. Saat itu, Muhammad tiba di Rooha dan minum dari sumur yang ada di sana.

Pada hari Rabu, tanggal 13 Maret, utusan kedua Abu Sufyan bertemu dengan pemimpin tentara Mekah yakni Abu Jahl di Johfa. Abu Jahl siap memberikan bantuan menjaga kafilah Quraish yang terancam perampokan. Utusan datang padanya dan mengatakan bahwa Abu Sufyan tidak merasa perlu mengadakan pertumpahan darah karena kafilah berhasil diselamatkan. Dia minta Abu Jahl dan orang2nya untuk kembali ke Mekah.
14 Ibn Ishaq, p.291
15 Hamidul, p.30
16 Ibid
17 Ibid
18 Ibn Sa’d, vol.ii, p.11

Tapi Abu Jahl memaksa terus bergerak ke Badr karena ingin melakukan suatu perdagangan dan juga bersenang-senang makan minum di sana. Gadis2 penyanyi yang ikut dalam rombongan ini dikirim balik ke Mekah.[19] Dua suku Quraish yakni suku Z. Zohra (suku ibu Muhammad) dan suku B. Adi (suku Umar) juga mengambil keputusan untuk balik ke Mekah. Sisa tentara Mekan terus bergerak dan tiba di Badr malam hari Kamis, tanggal 14 Maret. Mereka berkemah di daerah luar sumur Badr dan di belakang gunung.

Pada saat itu, Muhammad bergerak mendekat. Di pagi hari Kamis, tanggal 14 Maret, dia tiba di Dhafiran, tak jauh dari Badr. Dia tertegun waktu mendengar berita tentara Quraish maju untuk melindungi kafilah mereka yang banyak harta. Dia sangat frustasi dengan kemungkinan adanya pertumpahan darah dan bukannya perampokan mudah dengan banyak jarahan. Para Jihadis juga mendengar kabar buruk bahwa kafilah yang kaya raya itu telah lewat. Kabar datangnya tentara Mekah juga benar2 tak diduga orang2 Muslim. Muhammad sendiri tidak yakin apakah dia harus maju terus atau tidak karena barang jarahan ternyata sudah berlalu. Dengan dilema bahwa melakukan serangan terhadap orang Quraish bisa melanggar perjanjian perlindungan dengan orang2 Ansar (perjanjian ini berisi persetujuan bahwa orang2 Ansar akan melindungi Muhammad jika dia diserang di Medina dan daerah sekitarnya – lihat Bagian 1), Muhammad lalu mengadakan rapat dengan panglima2 perangnya dan minta pendapat dari semua orang Muslim, terutama orang2 Ansar. Dia takut orang2 Ansar tidak akan melindunginya di luar Medina. Abu Bakr dan Umar dipanggil untuk mengadakan pertemuan umum. Ternyata orang2 Ansar bersumpah untuk mendukung pasukan Muhammad. Ketua orang2 Ansar, yakni Sa’d b. Muadh (dari Bani al-Aws) menjanjikan bahwa jika Muhammad memimpin mereka terjun ke laut sekalipun, mereka akan ikut terjun dan tenggelam. Setelah itu, semua orang Ansar bersumpah untuk berperang bersama Muhammad. Dengan rasa sangat puas, Muhammad meminta orang2nya untuk terus maju. Dia menjanjikan pembantaian para musuh. Untuk menyenangkan hati para Jihadis yang haus barang jarahan, dia mengatkan bahwa Allah telah menjanjikan mereka tentara Quraish atau kafilah seperti tercantum di Q 8:7.

Akhirnya Muhammad dan gerombolannya tiba di Badr di pagi hari Kamis, lebih dahulu daripada tentara Mekah dan berkemah di situ. Tenda darurat dari dahan2 pohon palm didirikan baginya. Dia yang duluan minum air sumur di situ. Sesuai nasihat veteran perang bernama al-Hubab, Muhammad menimbuni semua sumur di daerah sekitar kecuali satu sumur terdekat baginya. Para Muslim lalu membuat tempat penampungan dan mengisi penuh dengan air. Dengan ini, para Muslim mengontrol penuh persediaan air di daerah itu. Musuh tidak bisa mengambil air tanpa melalui Muhammad. Dan tentara2 Muhammad sudah siap membunuh orang Mekah mana pun yang berani mendekat ke tempat penampungan air untuk minum.
19 Ibid, p.11
20 Mubarakpouri, p.257

Segera setelah tiba pada pagi hari di Badr, Muhammad berusaha mencari tahu keadaan tentara Mekah. Dia pergi bersama Abu Bakr untuk mengintai.[30] Mereka bertemu dengan seseorang di jalanan dan berusaha menanyakan keadaan di situ. Orang itu tidak mau menjawab sampai Muhammad memberitahu siapa dirinya. Keterangan yang didapat ternyata tidak banyak membantu. Pada petang harinya, dia mengirim Ali dan beberapa orang lain untuk menelaah keadaan di sekitar sumber mata air. Di sana mereka melihat dua budak Quraish pembawa air. Ali dan kawan2nya menculik kedua budak ini dan membawa mereka menghadap Muhammad. Budak2 memberitahu orang2 Muslim bahwa mereka adalah pengangkut air untuk tentara Quraish. Ini bukan berita baik bagi orang Muslim karena mereka berharap para budak ini datang dari perkemahan Abu Sufyan. Setelah disiksa, akhirnya kedua budak memberitahu tempat dan kekuatan tentara Quraish. Dari informasi ini, juga dengan kenyataan bahwa orang2 Quraish telah menyembelih 9 unta di hari pertama dan 10 unta di hari kedua, Muhammad tahu kira2 berapa besar tentara Quraish. Dia memperkirakan mereka berjumlah 900 sampai 1.000 orang. Dugaan ini tepat, karena jumlah tentara Quraish sebenarnya adalah 950 orang. Mereka menunggangi 700 unta dan 100 kuda. Ketika Muhammad mengetahui banyak orang terkemuka Quraish yang ikut dalam kekuatan tentara ini, dia berkata, “Mekah rupanya telah melemparkan daging dan darah mereka yang paling berharga bagimu.’ [21]

Pada malam hari, Muhammad dan Abu Bakr kembali ke perkemahan mereka dan mulai sembahyang minta syukur dari Allah. Sa’d b. Muadh berjaga-jaga di pintu muka. Orang2 Muslim merasa lelah karena lama dan beratnya perjalanan yang mereka lakukan beberapa hari ini. Rasa lelah dan kantuk melanda mereka sehingga akhirnya mereka terlelap. Malam itu turun hujan tapi lebih lebat di daerah tentara Mekah. Karena air hujan, alas Wadi jadi empuk tapi tidak becek dan ini memberi keuntungan pada pihak Muslim. Air hujan ini disinggung dalam Qur’an ayat 8:11 sebagai pemurnian dari Allah. Malam harinya, sebagaimana yang disebut di Q 8:45, Muhammad membayangkan tentara Quraish lemah.

Kedua pihak gelisah sampai pagi hari. Menjelang subuh, ketika Muhammad sedang mengatur orang2nya sesuai tingkatan, beberapa orang Quraish yang merasa haus mendekati sumur air. Muhammad berdoa pada Allah untuk kematian mereka.

Orang2 Muslim mengangkat tiga panji2, satu untuk para pengungsi (yang ikut hijrah), dipegang oleh Musab, satu untuk orang2 Khazarite, dipegang oleh al-Hobab dan satu lagi untuk Bani Aw, dipegang oleh Sad ibn Muadh.

Para Quraish juga membuat batas mereka dan mulai bergerak maju. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat tentang aturan berperang melawan orang2 dari kalangan mereka sendiri. Shayba dan Utba, dua ketua kelompok Quraish mendesak keras agar tidak menyerang. Perlu diingat bahwa Utba adalah ayah Hind, yakni istri Abu Sufyan b. Harb dan Shayba adalah kakak laki Utba (yakni paman Hind). Mereka menyediakan tempat [21] berteduh bagi Muhammad ketika dia diusir dari Taif oleh anak2 jalanan yang melemparinya dengan batu. Utba dan Shayba hanya menginginkan uang darah karena pembunuhan yang dilakukan orang Muslim atas Amr b. al-Hadrami. Maka Utbah mengirim pesan pada Abu Jahl untuk mundur dan tidak memerangi saudara sepupu Abu Jahl, yakni Muhammad.
Tabari, vol.vii, p.44

Salah satu anak2 laki Utba, yakni Abu Hudhayfah adalah Jihadis baru dan berada bersama pihak Muhammad. Karena inilah Utbah tidak mau melawan Muhammad – Abu Jahl menyebarkan hal ini dan mencela Utba pengecut karena tidak mau berperang melawan tentara Muslim. Saudara laki Amr b. Hadrami yang bernama Amir b. al-Hadrami membujuk orang2 untuk membalaskan dendam kematian saudaranya. Meskipun sangat ragu, akhirnya Utba bersedia maju perang, tapi dia berkata tidak ingin membunuh Muhammad meskipun adanya kebencian yang besar di kedua pihak Quraish dan Muslim. Pada saat itu pula Omayr, pemanah Quraish, datang membawa berita bahwa tentara2 Muslim ber-siap2 untuk perang. Dia mengajukan ajakan damai dengan kaum Muslim tapi Abu Jahl menolaknya. Jadi, tentara Quraish juga bersiap untuk perang. Mereka bergerak maju perlahan di atas bukit2 pasir yang susah dilalui karena hujan tadi malam. Akan tetapi, seperti yang telah disebut sebelumnya, hujan mendatangkan keuntungan bagi Muhammad karena tanahdi tempatnya jadi empuk tapi enak untuk dijalani. Yang juga jelek buat pihak Quraish adalah mereka bergerak melawan sinar matahari, sedangkan pihak Muhammad bergerak ke arah Barat, membelakangi matahari

Segera setelah Muhammad selesai mengatur pasukannya, dia melihat barisan orang Quraish muncul dari gundukan pasir di depan. Ketika sembahyang pada Allah minta bantuanNya agar tentaranya yang kecil tidak punah, dia sangat khawatir dan pergi masuk tendanya yang kecil untuk berkonsultasi dengan Abu Bakr. Untuk menunjukkan tuntunanNya yang kokoh, Allah menyatakan Q 8:46. Ayat ini menambah semangat tentara2 Muslim untuk maju menang. Ayat lain Q 2:42-44 juga ke luar. Ayat2 lain yang juga penting yang berhubungan dengan perang Badr adalah melipatduakan tentara Medina di Q 3:18, dll.

Tentara Quraish sekarang bergerak maju, tapi tentara Muslim tidak beranjak dari posisinya di mana mereka berada di tempat yang lebih tinggi dari tentara Quraish dan karenanya memberi lebih banyak keuntungan untuk melepaskan anak panah dan tombak pada pihak musuh. Muhammad mengamati kekuatan musuh dan jadi panik dan mulai sembahyang dengan penuh semangat. Kali ini, Allah mengirim dia jaminan: seperti 20 jadi 200 … dll melalui ayat2 Q 8:65, 66. Allah juga melarang para Jihadis di ayat Q 8:15-16, untuk lari dari medan perang. Sejak perang Badr, ayat ini jadi bagian dari hukum Sharia dalam perang (Reliance of The Traveller, p.659).

Sewaktu persiapan ini berlangsung, Hakim b. Hizam, diikuti beberapa orang Quraish pergi untuk minum air dari tempat penampungan air yang dibuat orang2 Muhammad. Setiap orang Quraish yang datang untuk minum dibunuh pada hari itu, kecuali Hakim b. Hizam. Tidak diketahui mengapa Muhammad tidak membunuhnya. Tidak ada satu pun keterangan dari para penulis biografi tentang alasan Muhammad mengampuni nyawanya. Akan tetapi nanti kita ketahui bahwa Hakim b. Hizam jadi Muslim. Setelah tahu nasib 30 orang Quraish yang haus, Abd al-Aswad Makhzami dari Quraish mencoba menghancurkan tempat penampungan air itu dan bersumpah untuk minum air dari situ. Ketika ia pergi menuju tempat penampungan itu, Hamzah menyerangnya dan menebas putus pergelangan kakinya dan membabat putus setengah kakinya yang lain. Abd al-Aswad Makhzami merangkak dengan badannya yang penuh darah ke tempat air dan menjebur ke dalam lalu minum airnya. Hamzah memukul dia sampai mati di tempat itu juga. Sekarang perang dimulai. Hari itu adalah hari Jum’at, tanggal 15 Maret, 624 M (17 Ramadan, AH2). Meskipun saat itu bulan puasa, tidak ada satu pun orang Jihadis termasuk Rasul Allah yang puasa saat itu.[22]
22 Ibn Sa’d, vol ii, p.22

Pada awalnya, tiga orang Quraish, yakni Utbah b. Rabiah, saudara lakinya yang bernama Shaybah b. Rabiah dan anak Utba yang bernama al-Walid menantang orang2 Muslim untuk bertempur dengan mereka. Utbah b. Rabiah tidak mau bertempur dengan orang2 Ansar dan menantang orang2 Quraish yang bergabung dengan tentara Muhammad (yang dulu ikat Muh hijrah ke Medina) untuk berkelahi melawannya satu lawan satu. Mereka ingin melawan orang sesama suku saja, yang adalah saudara2 sepupunya, dari anak2 al-Muttalib. Ketika tiga orang Medina maju ke muka, Muhammad memanggil mereka mundur dan menggantinya dengan orang2 sesukunya yakni anak2 Hashim untuk bangun dan berkelahi. Hamzah, Ali dan Obaydah (paman dan saudara sepupu Muhammad) menuruti perintah Muhammad, bangkit dan maju. Hamzah mengenakan bulu2 burung unta di dadanya, dan Ali mengenakan rambut kuda di topinya.

Lalu Utba memanggil anaknya, Walid, untuk bangkit dan berkelahi. Dia lalu melawan Ali. Pertarungan singkat terjadi. Ali melukai parah Walid dengan pedangnya. Ketika Utba maju, Hamzah pun maju dan membunuhnya. Shayba lalu melawan Obaydah. Keduanya sangat tua. Mereka berkelahi untuk sesaat dan akhirnya Shayba berhasil membabat kaki Obaydah sampai hampir putus. Melihat ini Hamzah dan Ali maju serentak dan membunuh Shayba. Obaydah masih bisa hidup beberapa hari setelah itu sebelum akhirnya mati.

Pertempuran sekarang berlangsung umum dan bebas. Orang Muslim pertama yang mati adalah budak Umar yang telah dimerdekakan yang bernama Mihja. Mihja dibunuh oleh Amir ibn al-Hadrami [23]. Lalu Haritha b. Suraqah dibunuh. Untuk menyemangati pengikutnya, Muhammad mengiming-imingi surga bagi mereka yang mati. Ini memberi semangat bahkan untuk anak remaja berusia 16 tahun yang bernama Umayr b. al-Humam [24] yang saat itu sedang makan kurma. Dia melempar kurmanya dan bergabung dalam perang. Anak ini kaget waktu mendengar Muhammad bahwa yang harus dilakukannya untuk bisa ke surga adalah ikut berjihad dan mati terbunuh. Tak lama kemudian, dia pun mati terbunuh. Muhammad sekarang menyerukan bahwa Allah mencintai para Jihadis fanatik. Mendengar ini, seorang ekstremis Jihadis bernama Auf b. Harith bertanya pada Muhammad,“O Rasul Allah, apakah yang membuat Tuhan tertawa bahagia bagi hambaNya?” Dia menjawab,”Ketika hamba itu masuk dalam pertempuran dengan musuh tanpa baju perang.” Auf membuang baju pelindung tubuhnya, mengambil pedangnya dan melawan musuh sampai dia terbunuh.[25] Jika kau melihat di TV bagaimana pembom bunuh diri bekerja, ingatlah kata2 sang Nabi yang penuh kasih dan kamu akan segera mengerti kekuatan apa yang mendorong orang2 fanatik ini untuk melakukan teror yang sungguh di luar akal sehat dan memeledakkan tubuh mereka berkeping-keping.

Pertempuran semakin sengit. Untuk menambah semangat para Jihadis, Muhammad jongkok dan mengambil kerikil2 dan melemparkannya ke arah orang2 Quraish sambil menjerit keras2,”Biarlah muka2 kalian jadi rusak”[26] Allah menyatakan bahwa ini bukan tindakan Muhammad, tapi tindakannya sendiri di ayat Q 8:17, dan Dia benar2 merestui tindakan simbolis Muhammad. Tentara Muslim sekarang jadi hebat semangatnya dan bertempur mati2an sampai2 tentara Quraish tidak kuat melawannya. Ketika pertempuran sedang menghebat, Muhammad mengirim perintah pada para tentaranya untuk tidak membunuh kedua paman Muhammad yakni Abul Bakhtari and al-Abbas [27]. Dikabarkan bahwa al-Abbas adalah agen rahasia Islam di Mekah [28], tapi alasan mengampuni nyawa Abul Bakhtari tidak diketahui, meskipun Ibn Ishak menulis bahwa Abul Bakhtari menunjukkan simpati kepada Muhammad sewaktu kaum Pagan mengganggu Muhammad di Ka’ba.
23 Ibid, p.16
24 Tabari vol.vii, p.55
25 Ibn Ishaq, p.300
26 Tabari, vol.vii. p.56
27 Ibn Ishaq, p.301
28 Hamidul, p.40

Ketika para Jihadis protes atas keputusan ini, Umar mengancam memenggal kepala mereka. Karenanya mereka tidak punya pilihan dan menurut perintah ketuanya. Ibn Ishaq [29] menulis bahwa di samping pembantaian umum di perang itu, yang jadi target utama untuk dibantai adalah empat orang Quraish yang murtad. Keempat orang ini memeluk Islam tapi tidak mau ikut hijrah ke Medina bersama Muhammad karena anggota keluarga mereka menghalangi kepergian mereka dengan menyekapnya di dalam rumah mereka. Setelah itu, mereka meninggalkan Islam dan bergabung dengan orang2 Quraish di Badr. Muhammad tidak memberi ampun pada mereka. Keempat orang ini dibunuh semua oleh para Jihadis. Muhammad bahkan menciptakan sebuah ayat (Q 4:97) untuk membenarkan pembunuhan atas mereka.

Q 4.097: Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini ?". Mereka menjawab : "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata : "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu ?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,

Semangat membunuh diantara para Jihadis begitu hebat sampai2 Hazrat Umar membunuh paman kandungnya sendiri, yakni al-As b. Hisham b. al-Mughira.(Ingat? Dialah yang menggantikan Abu Lahab, musuh besar Islam!)

Ketika peperangan berlanjut, Muhammad tetap tinggal dalam tendanya bersama Abu Bakr sambil berdoa pada Allah untuk kemenangan. Dia meminta Allah untuk mengirim bantuanNya bagi orang2 Muslim. Maka Allah menjawab dengan ayat Q 8:9 untuk membantu Muhammad dengan ribuan malaikat! Saat itu adalah musim dingin yang penuh dengan angin topan keras bertiup kesana kemari. Tiga topan keras melanda medan perang dan Muhammad segera menganggapnya sebagai malaikat2 suruhan Allah untuk menolong para Jihadis. Dia mengatakan pada para tentaranya bahwa topan pertama adalah seribu malaikat dipimpin oleh malaikat penghulu Jibril, dan topan kedua adalah seribu malaikat dipimpin oleh malaikat penghulu Mikhael dan topan ketiga adalah seribu malaikat lagi dipimpin oleh malaikat penghulu Sarafel.[30] Maka, seperti yang ditegaskan di aya Q 3:124, Allah mengirim tiga ribu malaikat tentara untuk menolong tentara2 Muslim. Ketika peperangan bertambah sengit, Muhammad meminta pertolongan lebih lanjut dari Allah-nya dan Allah segera nurut dengan mengirim dua ribu lagi malaikat. Jadi seperti yang dikatakan di Q 3:125, semuanya berjumlah 5.000 malaikat yang tidak kelihatan dari Allah yang maha perkasa, untuk membantu 300 lebih Jihadis untuk mendapatkan kemenangan. Para Jihadis yang fanatik mengaku bahwa tanda2 dari para malaikat di Badr adalah sorban putih [31] atau turban kuning, ya?[32]

Ini Hadis Sahih Bukhari yang mengatakan bahwa Jibril turun menolong Muhammad:
Volume 5, Book 59, Number 330:
Dikisahkan oleh Ibn 'Abbas:
Sang Nabi berkata pada hari Perang Badr,”Ini Jibril memegang kepala kudanya, lengkap bersenjata untuk berperang.”
29 Ibn Ishaq p.307
30 Ibn Sa’d, vol ii, p.15
31 Ibn Ishaq, p.303, Tabari vol. vii, p.61
32 Ibn Sa’d, vol.ii, p.29

Dengan bantuan Jibril, orang2 Quraish mulai terdesak kalah. Pasir becek tempat mereka berdiri mempersulit gerakan mereka. Beberapa dari mereka melarikan diri. Mereka bingung dan mulai mundur dan lari. Para Muslim mengejar mereka dan menangkap orang2 Quraish yang tidak terbunuh di medan perang. Orang2 Muslim mengikuti jejak mereka yang melarikan diri, membunuh atau menangkap mereka. Dalam usahanya melarikan diri, orang2 Quraish melemparkan baju perang mereka dan meninggalkan binatang beban, kemah dan segala perlengkapannya. 70 (ada yang bilang 45) orang Quraish dibunuh dan jumlah yang sama dijadikan tawanan perang. Orang2 Muslim hanya kehilangan 14 orang, 8 dari Medina dan 6 yang ikut hijrah. Mereka juga menangkap banyak orang penting Quraish. Muhammad memerintahkan untuk tidak membunuh pamannya, al-Abbas. Ketika Abu Hudhayfah (ingat? Ayahnya, Utbah bin Rabiah, dibunuh oleh Ali) protes akan perintah Muhammad yang berstandard dua ini dan ingin membunuh al-Abbas, Umar lalu mengancam akan memancung Abu.[33] Tentara2 Muslim menangkap Abu al-Bakhtari (paman Muhammad yang lain) bersama kawannya. Para Jihadis setuju untuk tidak membunuhnya (sesuai perintah Muhammad) tapi mereka ingin membunuh kawan Abu al-Bakhtari. Ketika Bakhtari minta temannya jangan dibunuh, para Muslim menolaknya. Maka Bakhtari pun melawan para Muslim dan terbunuh. Kabar ini disampaikan kepada Muhammad. Semua tawanan berjumlah 70 (ada yang bilang 44) orang Quraish dijadikan tawanan perang. Sa’d b. Muadh ingin membunuh semua tawanan perang dan dia berkata,”Ini adalah kekalahan pertama yang diberikan Allah kepada kaum pagan, dan membunuh para tawanan lebih menyenangkan hatiku daripada membiarkan mereka hidup.”[34] Meskipun begitu, para tawanan dibagi-bagikan diantara tentara Muslim untuk uang tebusan sampai Muhammad kembali ke Medina.

Ada suatu kisah yang menceritakan kekejaman kaum Jihadis dalam memperlakukan beberapa tawanan perang. Umayah b. Khalaf adalah orang pagan, tapi dia adalah kawan Abd Umar, yang baru saja memeluk Islam. Karenanya, Umayah dan anaknya Ali merelakan diri untuk jadi tawanan Abd Umar. Jihadis terkenal Abd al Rahman b. Awf mengambil alih tawanan Abd Umar dengan harapan dapat uang tebusan besar. Dikisahkan bahwa Umayah suka menyakiti Bilal, yakni orang Negro terkenal yang suka meneriakkan adhzan. Ketika Bilal melihat Umayah dan anaknya, Ali, dibawa pergi oleh Abd al Rahman b. Awf, dia berteriak memanggil orang2 Muslim untuk membunuh orang yang dulu sering menyakitinya. Abd al Rahman b. Awf dengan cepat mencegah Bilal dengan memakinya anak perempuan Negro dan memerintahkan dia untuk tidak membunuh Umayah dan anaknya. Akan tetapi perintah ini tidak didengar. Beberapa Muslim lalu membacoki Umayah b. Khalaf dan anaknya Ali sampai mati dan me-motong2 badan mereka. Abd al Rahman b Awf lalu memaki Bilal karena membunuh tawanannya sehingga Abd al Rahman kehilangan kesempatan dapat uang tebusan besar.

Menantu pria Muhammad yang bernama Abu al-Aas juga ditawan. Khadija (istri pertama Muhammad) adalah bibinya. Ibu Abu adalah Hala d. Khuwaylid. Khadija dulu biasa menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Abu al-Aas tidak memeluk Islam dan tidak mau menceraikan istrinya yang bernama Zaynab, yakni anak wanita Muhammad yang tertua. Abu al-Aas lalu bergabung dengan orang2 Quraish melawan Muhammad di Badr. Tawanan Quraish lain yang juga terkenal adalah Amr, putra Abu Sufyan (bukan dari istrinya Hind tapi dari istri lain Abu Sufyan b. Harb) dan Amir b. Al-Hadrami, yakni teman dekat Abu Sufyan. Anak Abu Sufyan yang lain yang bernama Hanzala mati terbunuh di Badr.[35]
33 Tabari, vol.vii, p.57
34 Ibid

Segera setelah pertempuran berakhir, terjadi penjarahan besar2an oleh tentara2 Muslim. Para Jihadis juga menceritakan kisah yang sukar dipercaya tentang kepala2 orang pagan puts sebelum pedang2 orang Muslim menyentuhnya. Ini katanya adalah pertolongan para malaikat. Abu Jahl, yang adalah paman Muhammad sendiri, adalah musuh bebuyutan Muhammad. Muhammad begitu benci padanya sehingga memberinya julukan Abu Jahl (biang tolol), sedangkan nama aslinya adalah Abul Hakam (ayah dari hikmat). Karena begitu besar rasa bencinya, Muhammad memerintahkan Abu Jahl untuk dibunuh.[36] Untuk melaksanakan perintah Muhammad, Muadh b. Amr dan dua anak muda Medina yakni Auf b. Afra dan Muwawwidh b. Afra, yang merupakan anak2 laki Afra, pergi mencari Abu Jahl untuk membunuhnya. Muadh menemukan Abu Jahl di dalam semak2 dan lalu menyerangnya. Dia memukul jatuh Abu Jahl ke tanah dan memotong kakinya sampai putus. Anak laki Abu Jahl yang bernama Ikrima membabat salah satu lengan Muadh sampai bergelantungan hanya pada kulitnya saja. Muadah lalu menggunakan kakinya untuk menarik putus lengan itu dan melanjutkan pertempuran sampai rasa sakit yang luar biasa membuatnya berhenti berkelahi. Saat itu Muwawwidh b. Afra dan saudaranya Auf b. Afra tiba di tempat dan mereka membunuh Abu Jahl yang sudah terluka berat. Setelah membunuh Abu Jahl, mereka kembali untuk memerangi orang Quraish sampai akhirnya mereka sendiri mati terbunuh.[37] Ketika kabar tentang Abu Jahl yang sekarat hampir mati terdengar oleh Muhammad, dia menyuruh budaknya yang bernama Abd Allah b. Masud untuk mencari mayat Abu Jahl. Abd Allah b. Masud pergi dan menemukan Abu Jahl yang sekarat, tersengal-sengal, siap menghembuskan nafas terakhir. Abu Jahl masih bernafas ketika Abd Allah b. Masud berlari menyerbu dan memenggal kepalanya dan membawa kepala itu kepada majikannya. Dengan penuh rasa suka cita Muhammad berkata,”Kepala musuh Allah.” Abd Allah lalu melemparkan kepala Abu Jahl yang penuh darah ke kaki majikannya. Muhammad berkata,”Ini lebih berharga bagiku daripada unta2 terbaik di seluruh Arabia.” Lalu Muhammad menghadiahi Abd Allah b. Masud dengan pedang yang digunakan untuk membunuh Abu Jahl.
35 Ibn S’ad, vol.ii, p.18
36 Ibn Ishaq, p.304
37 Ibid
Hadis Sunaan Abu Dawud, Book 14, Number 2716:
Dikisahkan oleh Abdullah ibn Mas'ud:
Di perang Badr, Rasul Allah memberiku pedang Abu Jahl, karena aku telah membunuhnya.


Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Book 53, Number 369:
Dikisahkan oleh 'Abdur-Rahman bin 'Auf:
Ketika aku berdiri di barisan hari itu di (perang) Badr, aku melihat ke sebelah kananku dan kiriku dan melihat dua anak muda Ansari dan aku berharap diriku lebih kuat dari mereka berdua. Seorang dari mereka berkata padaku,”O Paman! Apakah kau tahu Abu Jahl?” Aku berkata,”Ya, apa yang kau inginkan dari dia, O keponakanku?” Dia berkata, “Aku dikasih tahu bahwa dia suka menghina Rasul Allah. Demi Tuhan yang Tangan2Nya memiliki hidupku, jika aku melihatnya, maka tubuhku tidak akan meninggalkan tubuhnya sampai salah satu dari kami mati.” Aku terkejut mendengarnya. Lalu anak muda satunya juga mengatakan hal yang sama. Sesaat kemudian aku melihat Abu Jahl berjalan diantara orang2. Aku berkata (kepada kedua anak muda itu), “Lihat! Itu orang yang kau cari.” Maka keduanya langsung menyerang dia dengan pedang2 mereka dan membabat dia sampai mati dan lalu menghadap Rasul Allah untuk memberitahu kejadian itu. Rasul Allah bertanya,”Siapa diantara kalian berdua yang membunuhnya?” Keduanya berkata,”Aku telah membunuh dia.” Rasu Allah bertanya, “Sudahkah kau bersihkan pedang2mu?” Mereka menjawab,”Belum.” Dia lalu melihat pedang2 mereka dan berkata,”Tidak ragu lagi, kau berdua telah membunuh dia dan barang2 milik yang mati akan diberikan kepada Muadh bin Amr bin Al-Jamuh.”


Kedua anak muda ini adalah Muadh bin 'Afra dan Muadh bin Amr bin Al-Jamuh. Ini Hadis yang mengisahkan akhir hayat Abu Jahl:
Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 300:
Dikisahkan oleh Anas:
Sang Nabi berkata,”Siapa yang mau pergi dan melihat apa yang terjadi pada Abu Jahl?” Ibn Mas’ud pergi dan mendapatkan bahwa kedua anak Afra telah melukainya dengan fatal (dan dia masih bernapas walaupun hampir mati). 'Abdullah bin Mas'ud berkata, “Apakah kau Abu Jahl?” sambil menjambak janggutnya. Abu Jahl berkata, “Adakah orang yang lebih hebat dari orang yang telah dibunuhnya atau orang yang telah dibunuh kelompoknya?”


Pertempuran sudah selesai, Muhammad memerintahkan agar semua mayat2 musuh, termasuk mayat Abu Jahl dan kepalanya, dibuang ke dalam sebuah sumur. 24 mayat kafir dibuang ke dalam sumur. (Lihat Sahih Bukhari, vol. 5, book 59, number 314). Ketika ini selesai dilakukan, Muhammad berdiri di pinggir sumur, berkata pada mayat2 orang Quraish itu [38], berpidato panjang lebar pada mereka karena tidak percaya dan menolak dia sebagai Rasul Allah. Ketika para Muslim bertanya padanya apakah orang mati bisa mendengar, Muhammad menjawab bahwa orang mati bisa mendengar lebih baik daripada orang hidup, tapi mereka tidak bisa menjawab balik. Tubuh Umayyah b. Khalaf tidak dibuang ke dalam sumur. Tubuhnya mulai membusuk. Karena itu mereka menimbuninya dengan batu.
38 Ibn Ishaq, pp.305-306

Hadis Sahih Bukhari Volume 2, Book 23, Number 452:
Dikisahkan oleh Ibn 'Umar:
Sang Nabi melihat pada (mayat) orang2 dalam sumur (tempat pembuangan mayat pagan di perang Badr) dan berkata,”Apakah kau telah menemukan apa yang Tuhanmu janjikan padamu?” Seseorang berkata,”Kau bicara sama orang mati.” Dia menjawab,”Kau tidak mendengar lebih baik daripada mereka, tapi mereka tidak dapat menjawab.”


Diantara tumpukan mayat orang adalah mayat Utba b. Rabiah, ayah dari Abu Hudhayfa, seorang Jihadis Islam yang baru saja bergabung. Ketika Muhammad melihat kesedihan di wajah Abu Hudhayfa, dia memberkatinya karena berpikir bahwa Hudhayfa merasa sedih melihat kematian ayahnya. Tapi Hudhayfa menjawab bahwa dia merasa sedih karena ayahnya tidak memeluk Islam, dan bukan karena ayahnya telah mati! Memang begitulah pengabdian dan kebutaan fanatik para Jihadis.

Setelah penguburan selesai dilakukan, orang2 Muslim tetap tinggal di medan perang sampai hari itu berakhir. Lalu mereka membawa kawan2 mereka yang mati dan terluka ke sebuah lembah, beberapa mil dari Badr dan menguburkan yang mati di sana. Sekarang waktunya membagi-bagi jarahan perang. Ketika tentara Quraish melarikan diri, para Muslim mengumpulkan harta benda mereka. Muhammad menjanjikan setiap Jihadis bahwa dia boleh mengambil jarahan perang milik musuh yang dibunuhnya sendiri. Jihadis yang tidak ikut perang secara langsung karena menjaga Muhammad juga ingin mendapat bagian yang sama banyaknya atas jarahan perang. Beberapa mengeluh karena Muhammad mengambil kain merah yang indah tanpa pengetahuan orang lain. Maka Allah lalu mengeluarkan Q 3:161:”Sang Nabi tidak akan menyembunyikan jarahan …, “ membebaskan Muhammad dari kecurangan pengambilan barang jarahan. Pertengkaran terjadi dalam pembagian barang jarahan tentang siapa yang dapat lebih banyak atau lebih sedikit. Muhammad harus menengahi dengan ayat Q 8:41 dari Allah. Di ayat ini, yang maha kuasa mengumumkan seperlima barang jarahan harus diserahkan bagiNya dan Rasul kesayangannya. Muhammad malahan juga mengatakan bahwa barang jarahan adalah sah hanya bagi dia dan tidak bagi nabi2 lain karena dialah yang paling dikasihi Allah. Dengan perintah seperti ini dari Allah, sisa barang jarahan dikumpulkan jadi satu untuk dibagi-bagi kemudian. Seorang perwira bernama Abdullah b. Ka’b ditunjuk sebagai penjaga barang jarahan. Tentara Muslim lalu berbaris kembali ke Medina.

Hari berikutnya, barang2 jarahan dibagi-bagi di bawah pohon dekat Saffra. Semua orang dapat bagian yang sama setelah seperlima dipisahkan untuk Muhammad. Tentara berkuda dapat dua porsi ekstra untuk kuda mereka. Setiap orang dapat unta, kursi berlapis kulit, dan barang2 lain. Muhammad mengambil unta yang terkenal milik Abu Jahl. Dia kemudian menggunakannya untuk pergi menyerang daerah lain dan sebagai pejantan untuk menghasilkan unta2 baru. Dengan ayat Q 55:45, dia menyatakan bahwa barang jarahan adalah hadiah dari Allah, dan dia juga mengambil pedang Dhu al-Faqr milik Munabbih b. al-Hajjaj. Untuk aturan pembagian jarahan, dia memberi hak khusus bagi dirinya sendiri untuk boleh memilih barang yang paling dia sukai sebelum barang2 jarahan dibagi-bagikan. Tawanan2 perang juga dibagi-bagikan diantara orang2 Muslim dan nasib mereka nanti akan ditentukan di Medina.

Sifat sebenarnya Muhammad yang haus darah tampak saat tentara2 Muslim berhenti di Saffra. Ketika sedang membagi-bagikan tawanan, Muhammad mengenali al-Nadr b. al-Harith, penyair Quraish yang ditangkap Jihadis. Dulu waktu Muhammad masih tinggal di Mekah, al-Nadr menyusun ayat2 yang lebih bagus daripada Qur’an. Muhammad benci sekali terhadap komposisi ayat al-Nadr. Sebagaimana disinggung di Q 8:31 (Dashti, hal. 47), Al-Nadr b. al-Harith juga mengritik ayat2 Qur’an dengan mengatakan ayat2 itu hanyalah dongeng kuno yang telah didengar orang2 Mekah. Muhammad tidak punya ampun bagi Al-Nadr b. al-Harith. Untuk memuaskan keinginan balas dendamnya, sang Nabi penuh kasih ini memerintahkan agar Al-Nadr yang telah tak berdaya itu dibunuh. Ali melaksanakan perintah Muhammad dengan memenggal kepala Al-Nadr di Saffra, tepat di hadapan Muhammad.[39] Inilah contoh toleransi dari ciptaan Allah yang terbaik terhadap lawannya yang berani menantangnya secara intelektual. Rodinson [40] menulis bahwa Muhammad sangatlah sensitif (gampang tersinggung) pada celaan intelektual terhadap dirinya. Setelah menghabisi pengritiknya, Muhammad dengan puas memerintahkan rombongan melanjutkan perjalanan ke Medina.

Dua hari kemudian, tentara Muslim berhenti di Irqu’l-Zabya, jalan di tengah2 Badr dan Medina. Di sini Rasul Allah sekali lagi ingin memuaskan nafsunya akan darah dan dendam. Tawanan perang bernama ‘Uqbah b. Abi Muyat yang anak perempuannya menikah dengan anak laki Abu Sufyan yang bernama Amr b. Abi Sufyan, diperintahkan untuk dibunuh. ‘Pelanggar hukum’ ini meminta ampun dengan menyebutkan nama anak perempuannya. Tapi Muhammad tidak memberikan ampun baginya. Apakah yang dilakukan ‘Uqba sehingga dia layak menerima hukuman yang sangat berat dari sang Nabi yang penuh belas kasihan dan kebaikan ini? Muhammad mengaku bahwa ‘Uqba menyakitinya ketika dia berkhotbah tentang agamanya yang penuh cinta dan kasih sayang (Islam) di Ka’aba. Tanpa menunjukkan setitik pun belas kasih terhadap musuhnya yang sudah kalah, Muhammad memerintahkan pembunuhan atas ‘Uqba. Ini yang ditulis oleh Ibn Ishaq: “Ketika sang Rasul memerintahkan agar dia dibunuh, ‘Uqba berkata, ‘Tapi siapa yang akan mengurus anak2ku, O Muhammad?’ ‘Neraka’, jawab Muhammad dan setelah itu ‘Asim b. Thabit b. Abul-Aqlah al-Ansari membunuhnya. Demikianlah yang dikatakan Abu ‘Ubayda b. Muhammad b. ‘Ammar b. Yasir padaku. Biografer lain menulis bahwa Ali-lah yang membunuh ‘Uqba.

Tentang pembunuhan terhadap kedua tawanan ini, Rodinson [41] (Rodinson, hal. 168) menulis, “Di lain pihak dia mengumbar kemarahannya terhadap dua orang yang sudah menyerangnya secara intelektual. Kedua orang ini telah mempelajari sumber2 Yahudi dan Persia dan mereka menanyakan banyak pertanyaan yang sulit dijawab Muhammad. Mereka menghinanya dan pesan ilahinya sekalian. Tiada ampun bagi keduanya.”

Dua tawanan lain yang juga dibunuh adalah Naufal b. Khuweilid (dibunuh Ali) dan Mabad b. Wahb (dipancung Umar). Dilaporkan bahwa Mabad b. Wahb tidak mau mengaku kalah dan memuji-muji al-Lat dan al-Uzza (dua dewa berhala) di hadapan Muhammad.[42] Alasan pembunuhan terhadap Naufal tidak diketahui. Jadi semuanya ada 7 tawanan perang yang dibunuh sebelum tentara Muslim dan tawanan lain tiba di Medina.

Untuk menyebarkan berita kemenangan Muslim di Badr, Muhammad mengirim Zayd b. Harith ke Medina duluan sebelum kedatangan rombongan tentara Muslim. Ketika Zayd tiba di Medina, dia mendengar berita kematiah Ruqayyah, anak perempuan Muhammad. Orang2 sedang mempersiapkan kuburannya ketika Zayd datang membawa berita kemenangan Muhammad di Badr.
39 Ibn Ishak, p.337
40 Rodinson, p.168
41 Rodinson, p.168
42 Muir, p.109, footnote 48

Sehari kemudian Muhammad tiba di Medina dengan jarahan perang dan menerima berita sedih tentang kematian dan penguburan anaknya Ruqayyah sewaktu dia tidak berada di sana. Seperti telah disebutkan sebelumnya, suami Ruqayyah adalah Uthman b. Affan yang tidak bisa ikut merampok karena istrinya sakit. Meskipun begitu, Muhammad menghadiahi menantunya jatah jarahan yang sama dengan tentara yang ikut perang. Beberapa bulan kemudia Uthman menikah dengan anak perempuan Muhammad yang belum menikah, yakni Umm Kulthum, yang sebelumnya menikah dengan anak Abu Lahab, tapi akhirnya berpisah dengannya. Ketika orang2 memberi selamat kepada para Jihadis atas barang2 jarahan, para Jihadis membual tentang pembantaian kaum pagan. Banyak Jihadis yang mengaku bahwa membantai kafir ternyata menyenangkan.[43]

Keesokan harinya di waktu malam, kelompok akhir Jihadis datang dengan para tawanan di Medina. Melihat keadaan para tawanan yang menyedihkan ini, banyak orang2 Medina yang jatuh kasihan terhadap mereka. Bagaimana pun juga para tawanan itu adalah dari suku yang sama dengan mereka dan sedarah. Belas kasihan ini bisa dilihat dari sikap yang ditunjukkan Sauda, yakni istri kedua Muhammad, kepada seorang tawanan. Sauda pergi untuk menghibur anggota keluarga Afra, warga Medina yang berduka cita karena kehilangan dua putra di Badr. Waktu dia kembali, dia melihat Abu Yazid Suhayl b. Amr, saudara laki suaminya yang dulu (jadi Abu Yazid adalah saudara ipar Sauda), dan sekarang Abu Yazid jadi tawanan perang berdiri di depan rumah Sauda dengan kedua tangan terikat di belakang lehernya. Sauda berkata daripada jadi tawanan perang, seharusnya Abu Yazid lebih baik memilih mati dengan terhormat di medan perang. Muhammad menegurnya karena berkata begitu. Dengan penuh rasa kasihan dan sayang, Sauda hendak melepas ikatan tangan Abu Yazid, tapi Muhammad dengan galak melarangnya melakukan hal itu. Dari cerita Sauda kita tahu bahwa saat itu para wanita Arabia tidak diharuskan memakai jilbab dan mereka bisa bebas pergi ke mana mereka mau.[44] Penggambarannya tentang sikap keras Muhammad juga membantah anggapan orang bahwa hubungan Muhammad dan istri2nya penuh kasih dan ramah tamah. Sauda dengan jelas berkata bahwa dia benar2 takut akan Muhammad. Inilah kata2nya yang asli: “Tiba2 suara Muhammad mengejutkanku: “Sauda, kamu mau cari masalah melawan Tuhan dan RasulNya?” Aku berkata,”Demi Tuhan, aku tidak dapat menahan diri waktu aku melihat Abu Yazid dalam keadaan seperti itu dan kukatakan apa yang kulakukan.” [45]

Meskipun begitu, secara keseluruhan orang2 Medina memperlakukan para tawanan dengan baik. Mereka diberi makan dan naungan dan tidak disiksa, meskipun dilaporkan bahwa Hazrat Umar ingin mencabut gigi2 Suhayl (tawanan perang) dengan berkata pada Rasul Allah: ‘Biarkan saya cabut dua gigi depan Suhayl agar lidahnya keluar dan dia tidak bisa berkata melawanmu.’[46] Tapi Muhammad melarang penyiksaan ini. Perlakuan baik terhadap tawanan Medina juga perlu dilakukan orang2 Muslim jika mereka ingin dapat uang tebusan yang besar dari sanak saurdar para tawanan – dan mereka (para Muslim) tahu akan hal ini. Kebaikan orang2 Muslim menarik hati beberapa orang Medina untuk masuk Islam dan tinggal menetap di Medina kemudian, dikabarkan begitu. Dikisahkan bahwa ketika Muhammad memerintah agar semua tawanan diikat, paman Muhammad yang bernama al-Abbas juga dirantai. Muhammad tidak bisa tidur sampai pengikutnya melepas rantai al-Abbas.[47]
43 Tabari, vol. vii, p.65
44 Ibn Ishaq, p.309
45 Ibid
46 Ibn Ishaq, p.312; Tabari, vol.vii, p.71
47 Tabari, vol.vii, p.69

Ketika rasa sukacita kemenangan oleh tentara Muslim perlahan berakhir, maka sekarang waktunya untuk mengambil keputusan tentang nasib para tawanan. Telah disebutkan sebelumnya bahwa sejak semula, Jihadis fanatik bernama Sa’d b. Muadah ingin membunuh semua tawanan Muslim. Hazrat Umar juga ingin memancung semua tawanan, dan dia mengusulkan saudara membunuh saudara, dan Abu Rawaha ingin membakar mereka hidup2. Muhammad tidak bisa mengambil keputusan akan hal ini. Dia pun ingin membunuh semua tawanan kecuali beberapa orang. Abu Bakr mengusulkan untuk meminta uang tebusan bagi para tawanan. Tiba2 Muhammad melihat keuntungan dari usul Abu Bakr. Dia melihat kesempatan dapat uang bagi pengikutnya yang miskin papa itu. Seketika itu pula dia mengaku bahwa Allah (melalui Jibril) telah mengirim ayat Q 8:6-7 yang mengijinkan dia untuk meminta uang tebusan setelah membantai musuh, dan di ayat Q 8:68, Allah mengijinkan dia untuk menikmati harta jarahan. Dua ayat ini membuat kompromi antara hal membantai semua tawanan dan mengambil uang tebusan untuk membebaskan tawanan.

Sekarang yang paling dipikirkan Muhammad adalah Abu al-Aas, menantunya, yang (seperti telah ditulis sebelumnya) jadi tawanan perang. Ketika anak perempuan Muhammad yang tertua, Zaynab (yakni istri Abu al-Aas yang tinggal di Mekah), mendengar bahwa suaminya ditangkap, dia mengirim uang dan kalung Khadijah (ibunya, dan istri pertama Muhammad) sebagai tebusan agar suaminya dibebaskan. Akhirnya hati Muhammad melembut (meskipun hanya sedikiiiiit saja) ketika melihat kalung almarhum istrinya Khadijah. Dia khawatir dan mulai memikirkan tentang Abu al-Aas dan anak perempuannya. Keesokan harinya, di mesjidnya, dia meminta pendapat para Jihadis akan hal ini. Mereka setuju untuk membebaskan Abu al-Aas tanpa tebusan dan dia boleh kembali ke Mekah. Muhammad jadi lega dan membebaskan Abu al-Aas, tapi dengan syarat waktu dia tiba di Mekah, Abu al-Aas harus menceraikan Zaynab dan mengirimnya ke Medina untuk hidup bersama Muhammad. Abu al-Aas berjanji akan membiarkan Zaynab pergi ke Muhammad di Medina dan memang begitulah yang dia lakukan ketika tiba di Mekah. Dia lalu mengatur kepergian Zaynab dari Mekah. Saat itu, Hind (istri Abu Sufyan) bersikap ramah pada Zaynab. Meskipun ada permusuhan besar diantara Muhammad dan Abu Sufyan, Hind dengan suka rela menyediakan segala kebutuhan untuk membantu Zaynab pergi menemui ayahnya. Tapi Zaynab ingin pergi diam2. Jadi pada saat yang tepat, Zaynab meminjam seekor unta untuk pergi ke Medina. Kakak laki iparnya menemani dia. Ketika mengetahui kepergian Zaynab, dua orang Quraish mengejar unta Zaynab dan menangkapnya di Dhu Tuwa. Seorang Quraish yang bernama Habbar b. al-Aswad mengancam dia dengan tombaknya. Saat itu Zaynab sedang hamil. Dilaporkan bahwa dia jatuh dari unta dan mengalami keguguran. Lalu Habbar menyakiti Zaynab, tapi Abu Sufyan menengahi dan membiarkan Zaynab luput dari serangan Habbar. Abu Sufyan sama sekali tidak punya rasa dendam terhadap Zaynab dan dia menasehati Zaynab untuk meninggalkan Mekah diam2. Beberapa hari kemudian, ketika ribut2 tentang perang Badr telah mereda, Zaynab diam2 melarikan diri dari Mekah di malam hari.

Berikutnya adalah menentukan nasib al-Abbas, yakni paman Muhammad. Para Jihadis membawa al-Abbas yang telanjang ke hadapan Muhammad. Muhammad harus mencari baju bagi pamannya yang telanjang. Ini Hadisnya.

Hadith Sahih Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 252:
Dikisahkan oleh Jabir bin 'Abdullah:
Saat di hari perang Badr, para tawanan perang dibawa termasuk Al-Abbas yang telanjang. Sang Nabi mencari baju baginya. Lalu didapatkan bahwa baju 'Abdullah bin Ubai cocok ukurannya, lalu sang Nabi mengijinkan dia (Al-Abbas) memakainya. Inilah alasan mengapa sang Nabi pergi dan menyerahkan bajunya sendiri kepada ‘Abdullah (pencerita menambahkan,”Dia membantu sang Nabi dan karenanya Nabi suka menghadiahi dia.”)


Karena al-Abbas adalah orang yang kaya, Muhammad menentukan bahwa al-Abbas harus menebus dirinya sendiri, dan juga kemenakan2 dan rekan2nya. Mendengar ini, al-Abbas mengaku bahwa diam2 dia juga adalah seorang Muslim dan dia dipaksa perang melawan Muslim. Muhammad tetap ingin minta uang tebusan dari al-Abbas. Sebenarnya Muhammad pun berhutang pada al-Abbas, tapi ketika al-Abbas meminta agar utang Muhammad dijadikan uang tebusan dirinya, Muhammad menolak. Begitulah rakusnya sang Nabi penuh kasih ini kalau sudah urusan duit. Akhirnya Muhammad mengambil 20 ons emas (sekitar US$ 8.000 dalam nilai uang sekarang) dari al-Abbas untuk membebaskan dirinya.

Pada awalnya, orang2 Quraish menurut saja untuk membayar uang tebusan agar orang2 Muslim tidak meminta harga mahal untuk membebaskan mereka. Abu Sufyan menolak membayar uang tebusan apapun bagi anak lakinya ‘Amr. Ketika seorang Muslim bernama Sa’d b. al-Numan pergi ke Mekah untuk ibadah Umroh, Abu Sufyan menangkap dan menyaderanya untuk ditukar dengan anak lakinya, ‘Amr. Muhammad tidak punya pilihan selain membebaskan ‘Amr b. Abi Sufyan untuk kebebasan Sa’d. Muhammad ngotot minta uang tebusan tinggi bagi seorang Mekah karena anaknya adalah pedagang kaya. Anaknya lalu membayar uang tebusan sebesar 4.000 Dirham agar ayahnya dibebaskan.

Secara keseluruhan, Muhammad menerima banyak uang dari tebusan tawanan Quraish. Jumlah uang tebusan bagi setiap tawanan berkisar antara 1.000 Dirham sampai 4.000 Dirham. Dilaporkan bahwa orang2 Quraish membayar 250.000 Dirham [ya, seperempat juta Dirham; pakailah calculator-mu dan perkirakan berapa besar jumlah uang ini dalam nilai uang saat ini; gunakan perbandingan ini: 1 Dirham = 1/10 Dinar, 1 Dinar = 4.235 grams emas; dan jangan lupa bahwa 1 ons = 32.1 gram] untuk membebaskan kawan2 dan sanak saudara mereka yang ditawan di perang Badr II. Rata2 uang tebusan setiap tawanan adalah 4.000 Dirham.[48] Sahih Bukhari menyatakan bahwa di samping uang jarahan dan tebusan, setiap Jihadi menerima uang pensiun sebesar 5.000 Dirham setiap tahun. (komentarku: Wah, jelas saja banyak yang masuk Islam, ini sih jauh lebih top daripada sekedar semangkuk supermi)

Hadith from Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 357:
Dikisahkan Qais:
Prajurit2 (yang bertempur di) Badr masing2 diberi 5.000 Dirham setiap tahun. ‘Umar berkata,”Aku pasti akan memberi mereka lebih daripada memberi orang lain.”


Beberapa tawanan yang tidak punya uang tebusan menawarkan diri untuk mengajar sepuluh anak2 laki Muslim membaca dan menulis bagi setiap tawanan. Ketika masa pengajaran tuntas, para tawanan kemudian dibebaskan. Dikatakan bahwa Zayd ibn Thabit yang adalah seorang penyair (nantinya jadi juru tulis Muhammad) belajar menulis dari kesempatan ini. Ini memberitahu kita bahwa banyak orang Mekah yang bisa membaca sedangkan para pengikut Muhammad kebanyakan buta huruf. Meskipun begitu para Muslim menyebut orang Mekah ‘tak berpengetahuan’!
48 Hamidullah, p.43

Kemenangan Badr membuka babak baru dalam perkembangan dalam timbulnya iman Islam. Setelah menyadari ampuhnya kekuatan pedang, Muhammad sekarang yakin bahwa untuk memenangkan doktrin fasisme-nya, dia harus menggunakan cara militer. Sejak saat itu, pedang menjadi bahasa Islam (lihatlah bendera Saudi Arabia) dan melakukan peperangan untuk merampas barang jarahan dan sandera jadi modus operandi para Jihadis baru sebagai mata pencarian dan menambah kekayaan. Maxine Rodinson [49] mengomentari hal ini dengan menulis bahwa satu2nya tujuan perang Badr II adalah barang jarahan. Kemenangan Badr menjadi titik awal agama Muhammad, dan orang2 non-Muslim melihat Islam sekarang berhubungan dengan rasa takut, teror, perampokan dan pertumpahan darah. Di lain pihak, orang2 Quraish dan pagan jadi sadar akan perlunya kemenangan militer untuk menahan menyebarnya ancaman Islam.
49 Rodinson, p.164

Bersambung ke Bagian 4
Last edited by Adadeh on Thu Jan 12, 2006 4:50 am, edited 1 time in total.
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Tue Dec 20, 2005 2:57 pm

http://www.mukto-mona.com/Articles/kasem/
Bagian Empat
'Kalau dijabarkan dengan istilah psykologi, seorang fanatik adalah orang yang secara sadar mematikan keraguan dalam hatinya’ ---Aldous Huxley (1894-1963)50

Teror Sepuluh
Pembunuhan atas Asma bt. Marwan di Medina oleh Umayr b. Adiy al-Khatmi —March, 624M


Seketika setelah dia mendapat kemenangan di Badr, Muhammad merasa cukup kuat untuk menutup mulut para pengritiknya yang tidak suka akan kehadirannya di Medina, dan juga gerombolan perampoknya yang menakutkan bagi penduduk Medina dan memecah belah mereka semua. Banyak orang Yahudi yang merasa khawatir akan kekuatan tentara Muslim dan merasa takut kalau mereka jadi korban Muhammad yang berikutnya karena para Yahudi itu kaya raya. Di waktu itu, cara yang paling sukses dalam mengutarakan pendapat dan kritik kepada lawan adalah melalui puisi. Kalau dibandingkan, para penulis puisi jaman itu adalah seperti jurnalis pada jaman ini. Salah satu penulis puisi waktu itu adalah Asma bint Marwan. Dia berasal dari suku B. Aws dan dia tidak menyembunyikan ketidaksukaannya terhadap Islam. Dia menikah dengan Yazid b. Zayd yang berasal dari Banu Khatma, dan punya lima anak laki dan seorang bayi yang sedang menyusui. Beberapa penulis biografi mengatakan bahwa ayahnya mungkin adalah seorang Yahudi. Setelah perang Badr, dia menulis puisi satir. Syair2 puisi itu menyebar dari satu mulut ke mulut yang lain sehingga akhirnya sampai ke telinga para Muslim dan mereka sangat tersinggung. Muhammad paling tidak tahan kata2 sindiran atau makian.[51] Karena itu Muhammad yang sangat marah akan syair2 itu memutuskan sudah saatnya untuk menyingkirkan Asma.

Di mesjidnya malam itu, Muhammad mencari seorang sukarelawan untuk membunuh Asma bt. Marwan. Seorang buta bernama Umayr b. Adiy al-Khatmi yang berasal dari suku yang sama dengan suku suami Asma (yakni Banu Khatma) bersedia melaksanakan pekerjaan itu. Di tengah malam, dia mengendap-endap masuk ke rumah Atma. Anak2nya yang masih kecil tidur mengelilingi Asma ketika dia sedang tidur. Saat itu bayinya sedang menyusu di dadanya. Orang buta itu meraba diam2 dengan tangannya, memindahkan bayi itu dari dada Asma dan dengan sekuat tenaga membenamkan pedangnya ke perut Asma sampai menembus punggungnya. Tusukan pedang yang kuat ini langsung mematikan Asma saat itu juga. Ini terjadi lima hari sebelum bulan suci puasa Ramadan berakhir di mana seharusnya Muslim tidak boleh menumpahkan darah.[52]

Setelah membunuh Asma, keesokan harinya Umayr sang pembunuh pergi sembahyang ketika Muhammad juga berada di situ. Muhammad sangat ingin tahu apakah tugas pembunuhan berhasil dilaksanakan atau tidak. Dia bertanya pada Umayr, “Apakah kau sudah membunuh anak perempuan Marwan?” Ibn S’ad [53] berkomentar bahwa inilah kalimat yang pertama didengar Umayr dari Muhammad di hari itu. Ketika Umayr berkata bahwa Asma telah dibunuh, Muhammad berkata, “Kau telah menolong Tuhan dan RasulNya, O Umayr!” Ketika Umayr bertanya apakah dia nantinya harus menanggung dosa pembunuhan yang dilakukannya atas Asma, sang Rasul menjawab,”Dua kambing tidak akan saling menumbukkan kepalanya tentang dia.”[54] Muhammad lalu memuji Umayr atas pembunuhan itu di depan semua orang yang berkumpul hendak sembahyang. Lalu Umayr kembali ke tempat tinggalnya. (Catatan: beberapa biografer berpendapat bahwa Umayr adalah bekas suami Asma). Lima hari kemudian para Muslim merayakan Eid yang pertama (puasa berakhir)!
50 Proper Studies (1927)
51 Rodinson, p.176
52 Ibn Sa’d, vol. ii, p.30
53 Ibn S’ad, vol. ii, p.31
54 Ibn Ishak, p.676

Ketika Umayr kembali ke Medina, dia berjumpa dengan anak2 laki Asma yang sedang menguburkan jenazah ibunya. Mereka menuduh Umayr membunuh ibu mereka. Tanpa ragu, Umayr mengaku pembunuhan itu dengan sombon dan mengancam akan membunuh seluruh keluarga mereka jika mereka berani mengejek sang Nabi yang penuh kasih dan pengampunan. Ancaman ini ternyata mujarab sekali. Seluruh suku suami Asma (Banu Khatma) yang diam2 membenci Islam, sekarang terang2an jadi taat agar nyawa mereka selamat. Ibn Ishak menulis, “Itulah hari pertama di mana Islam menjadi kuat diantara B. Khatma. Hari di mana Bint Marwan dibunuh menjadi saat orang2 B. Khatma jadi Muslim karena mereka melihat kekuatan Islam.”.[55]

Muhammad dan pengikutnya sekarang yakin bahwa teror, perampokan, pembunuhan politik memang benar2 berhasil untuk Islam.


Teror Sebelas
Pembunuhan Abu Afak di Medina oleh Salim b. ‘Umayr—April, 624M


Abu Afak adalah seorang Yahudi di Medina yang telah sangat tua usianya, yakni sekitar 120 tahun. Dia aktif melawan agama Muhammad. Dia juga menyusun puisi satir yang menjengkelkan orang2 Muslim. Sebulan setelah kemenangannya di Badr, Muhammad menunjukkan batas toleransinya pada lawan intelektualnya dengan mengutarakan keinginannya untuk mengenyahkan orang tua ini. Di mesjidnya, Rasul Allah mencari sukarelawan dengan berkata, “Siapa yang mau berhadapan dengan bangsat ini demi aku?”[56]

Seorang yang baru saja memeluk Islam yang bernama Salim b.‘Umayr, kakak laki B. ‘Amr b.’Auf dari suku B. Amr menyatakan bersedia melakukan tugas itu. Dia membunuh Abu Afak dengan satu tebasan pedangnya ketika orang tua itu sedang tidur di luar rumahnya. (Beberapa biografi menulis bahwa Abu Afak-lah yang duluan dibunuh sebelum Asma). Ibn S’ad menuliskan pembunuhan kejam ini:
“Dia menunggu kesempatan sampai malam hari yang panas tiba, dan Abu Afak tidur di luar rumah. Salim b. ‘Umayr mengetahui akan hal ini, jadi dia menempatkan pedangnya di posisi hati Abu Afak dan membenamkannya sampai tembus ke ranjangnya. Musuh Allah menjerit dan orang2 pengikut Muhammad menyerbunya, membawanya ke dalam rumah dan menguburnya.”[57]

Pembunuhan licik ini membuat takut semua orang Medina yang benci Muhammad dan agamanya. Orang2 Yahudi juga jadi takut.
55 Ibid
56 Ibid, p.675
57 Ibn Sa’d. vol.ii, p.31

Teror Dua Belas
Peristiwa al-Sawiq di Qarkarat al-Qudr oleh Muhammad—April, 624M


Operasi militer ini adalah usaha penelaahan keadaan oleh orang2 Quraish untuk mengukur kekuatan dan kesiapan Muhammad untuk melakukan serangan2 baru terhadap orang2 Mekah. Setelah mengalami kekalahan memalukan di Badr II di tangan kekuatan baru Jihadis Islam, Abu Sufyan b Harb, sang pemimpin Quraish bersumpah untuk tidak akan menyentuh wanita sampai dia menghancurkan suku2 al-Aws dan al-Khazraj.[58] Dia mengumpulkan 200 pasukan, mengambil jalan timur menuju Nejd dan diam2 tiba di malam hari, di daerah tempat tinggal suku Yahudi, Banu Nadir. Akan tetapi, ketua suku Yahudi yang bernama Huwey tidak mau menerima mereka di daerah Yahudi. Lalu Abu Sufyan pergi bermalam di tempat Sallam b. Mishkan (yang juga dikenal sebagai Abu Rafi), yakni orang Yahudi terkemuka lainnya dari B Nadir. Sallam dengan ramah menerima Abu Sufyan dan kelompoknya malam itu dan memberi informasi tentang keadaan di Medina. Di waktu subuh, Abu Sufyan bergerak diam2 dan tiba di ladang jagung dan kebun palem Urayd, suatu tempat yang jauhnya sekitar 2 atau 3 mil ke arah timur laut Medina. Dia membakar perkebunan ini dan membunuh dua petaninya. Lalu dia kembali ke Mekah. Berita ini menyebar ke Medina dan orang2 Muslim pun bersiap-siap. Muhammad mengikuti jejak tentara Abu Sufyan dan pergi sampai jauh ke Qarkarat al-Qudr. Akan tetapi usahanya nihil. Orang2 Muslim mengumpulkan barang2 bawaan yang dibuang oleh orang2 Quraish untuk memperingan beban kudanya sewaktu kembali ke Mekah. Orang2 Muslim membawa kembali barang2 itu yang kebanyakan adalah gandum dan sejenisnya. Peristiwa ini dikenal sebagai peristiwa Sawiq.


Terror Tiga Belas
Penyerangan di Qarkarat al-Qudr Melawan orang2 Ghatafan dan Banu Sulaym dipimpin oleh Muhammad—May, 624M


Penyerangan ini dilakukan melawan suku nomad Sulaym dan Ghatafan yang tinggal di daerah Nejd, sebelah Timur Medina. Suku2 ini berasal dari keturunan yang sama dengan suku Quraish. Muhammad mendengar dari mata2nya bahwa ada kemungkinan suku2 ini melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Abu Sufyan terhadap daerah sekitar Medina beberapa saat yang lalu. Lalu Muhammad bertekad untuk menyerang mereka secara tiba2. Dia mengumpulkan 200 orang dan pergi sampai ke Qarkarat al-Qudr tapi menemukan tempat itu sepi tak berpenghuni. Yang tampak hanyalah 500 ekor unta yang dijaga seorang anak laki. Muhammad mengambil ke 500 unta itu sebagai barang rampasan [59] dan membagi-baginya diantara pengikutnya, dan mengambil 1/5 jumlah unta bagi dirinya sendiri (Berapakah harga seekor unta? Menurut perkiraanku adalah seharga $300/ekor. Jadi rampokan ini berharga sekitar $150.000). Ini berarti dari rampokan ini dia mendapat 100 unta (kira2 seharga $30.000) untuk dirinya sendiri. Jihadis lain mendapat dua unta per orang.[60] Anak gembala unta disandera tapi kemudian dibebaskan karena menerima Islam. Setelah merampok unta2 itu, Muhammad tinggal di Qarkarat al-Qudr selama tiga malam dan kembali ke Medina tanpa pertempuran. Setelah kembali ke Medina, dia menerima semua uang tebusan dari tawanan2 perang Quraish di perang Badr II.[61]

Uang tebusan yang besar dari Quraish dan unta2 dari Qarkarat al-Qudr membuat Muhammad jadi amat kaya raya dalam waktu yang sangat singkat; dan ini meniadakan kesulitan ekonomi bagi dirinya dan pengikutnya, setidaknya untuk sementara waktu. Ini sungguh merupakan alasan yang meyakinkan untuk tetap memeluk Islam, jika ingin tetap kaya!
58 Ibn Ishaq, p.362
59 Haykal
60 Ibn Sa’d, vol.ii, p.35
61 Ibn Ishak, p.360

Meskipun begitu, uang dan barang2 jarahan ini tidak cukup memuaskan keserakahan akan harta para Jihadis yang baru direkrut. Muhammad sekarang mencari kesempatan untuk dapat uang lebih banyak lagi dan hanya orang2 Yahudi di Medina yang dapat menyuplai uang sebanyak itu. Dia tahu akan kekuatan fisik para pengikutnya yang fanatik dan dia sedang menunggu kesempatan untuk menggunakan kekuatan ini untuk menyerang dan menguasai tanah dan kekayaan orang2 Yahudi. Tak lama kemudian kesempatan ini datang.

Teror Empat Belas
Pembersihan Ras Yahudi Banu Quaynuqa dari Medina oleh Muhammad—July, 624M


Seperti yang telah ditulis sebelumnya, dengan kemenangan penting dalam perang Badr II dan setelah pembunuhan atas para kritikus intelektualnya di Medina, Muhammad dengan cepat menyadari bahwa inilah waktunya untuk membuktikan bahwa “siapa kuat, dialah yang benar.” Dia juga tahu betul bahwa orang2 yang bisa menghalangi cita2nya untuk mendirikan kekuasaan dirinya dan Allahnya adalah kaum Yahudi. Kebanyakan orang2 Yahudi adalah pemilik perkebunan yang sukses di daerah pinggir Medina. Banyak diantara mereka yang bekerja sebagai pekerja ahli, pandai besi, tukang emas dan pedagang. Mereka adalah masyarakat yang kaya dan makmur, hidup di daerah mereka sendiri yang dibentengi di luar Medina dan hidup rukun dengan masyarakat Medina.

Yang paling terkemuka diantara masyarakat Yahudi adalah suku2 Banu Qaynuqa, Banu Nadir dan Banu Qurayza. Ketika Muhammad datang ke Medina, suku2 Yahudi ini membuat perjanjian dengannya untuk hidup damai dan membantunya jika Muhammad diserang. Meskipun begitu, kemenangannya di Badr II dan pembunuhan brutal yang dilakukan orang2 Muslim terhadap para intelek Medina membuat kaum Yahudi gelisah dan takut diserang.

Memang rasa takut mereka beralasan. Muhammad sekarang siap untuk membatalkan perjanjiannya dengan kaum Yahudi dan merampok mereka, merampas tanah mereka yang subur, produktif, dan kekayaan mereka yang melimpah. Bahkan Gabriel membawa pesan (8:58 ) dari Allah bahwa Muhammad bebas untuk membatalkan perjanjian dengan orang Yahudi. Dengan Allah di sisinya, Muhammad mulai mengancam B. Qaynuqa dengan konsekuensi Badr II jika mereka tidak mau masuk Islam. Suku B. Qaynuqa adalah yang terlemah diantara semua suku2 Yahudi di Medina. [62] Inilah yang dikatakan nabi ‘agama yang toleran’ kepada para Yahudi B. Qaynuqa di pasar mereka:
“O orang2 Yahudi, takutlah akan pembalasan yang Tuhan akan timpakan padamu seperti yang Dia timpakan kepada orang2 Quraish. Terimalah Islam, karena kau tahu aku adalah nabi yang dikirim Tuhan. Kau akan temukan ini juga di Alkitabmu dan di Perjanjian Tuhan denganmu”[63]

Mendengar ancaman Muhammad, orang2 Yahudi di pasar itu membalas dengan tidak mempedulikan ajakannya masuk Islam dan menantangnya secara militer. Ini jawaban mereka terhadap Muhammad:
“Muhammad, kaupikir kami ini seperti orang2mu? Jangan tertipu karena kau bertemu dengan orang2 yang tidak tahu berperang dan kau sedang dapat kesempatan baik. Demi Tuhan, jika kau berperang melawan kami, kamu akan tahu bahwa kami benar2 pria sejati!”[64] Maka Muhammad minta pajak Jizya dari orang Yahudi tapi mereka menghina Muhammad dengan mengatakan Allah-nya miskin. Allah yang marah di ayat Q 3:181 seketika menjanjjkan pembalasanNya terhadap orang2 Yahudi.[65]
62 Rodinson, p.172
63 Tabari, vol.vii, p.85
64 Ibid

Sikap menentang ini ternyata merupakan kesalahan fatal bagi pihak B. Qaynuqa karena sikap tak hormat ini sudah cukup buat Muhammad dan para Jihadisnya yang lapar akan barang jarahan untuk menunggu kesempatan menyerang mereka. Allah juga sudah memberikan ayat Q 3:12, 13, memastikan bahwa Muhammad akan menang melawan orang2 Yahudi. Lebih lagi, orang2 Muslim mengeluh akan perselisihan yang terjadi diantara B. Aws dan B. Khazraj karena orang2 Yahudi yang menceritakan tentang perang Buath, sehingga kedua suku ini berperang dengan sengitnya. Pada saat inilah Allah di Q 5:57 melarang orang Muslim berteman dengan orang2 Yahudi dan Kristen.[66] Ketika perseteruan antara orang Muslim dan Yahudi mulai ada, sebuah kecelakaan terjadi dan Muhammad mengambil kesempatan yang sudah dia tunggu2 untuk menyerang orang2 Yahudi. Kecelakaannya adalah begini:
Seorang gadis Arab menikah dengan seorang Muslim Medina pergi ke toko ahli emas Yahudi di pasar tempat B. Qaynuqa. Ketika sedang menunggu pesanan, dia duduk. Seorang tetangga yang iseng diam2 mengikat ujung bawah roknya. Ketika dia berdiri, roknya lepas dan semua orang tertawa melihatnya. Dia menjerit malu. Seorang Muslim yang melihat kejadian ini lalu membunuh Yahudi iseng itu. Saudara laki Yahudi itu lalu membunuh Muslim ini. Keluarga Muslim yang terbunuh ini lalu minta orang2 Muslim Medina untuk membalas dendam.

Perseteruan sekarang menjadi umum dan Muhammad tidak melakukan apapun untuk meredakan situasi atau membawa orang yang bertanggung jawab untuk diadili. Dia dengan cepatnya mengumpulkan para pengikutnya di bawah bendera putih yang dipegang Hamzah dan berbaris pergi untuk menyerang suku Yahudi. Orang2 Yahudi berlinding dalam benteng mereka. Lalu Muhammad mengepung dan mengurung tempat tinggal mereka selama 15 hari. Orang2 Yahudi berharap dapat bantuan dari sekutu mereka suku Khazraj. Tapi pertolongan tidak datang. Karenanya mereka tidak punya pilihan lain kecuali menyerah pada Muhammad. Tangan mereka diikat di belakang punggung dan mereka sudah siap dibantai. Pada saat itu, Abd Allah ibn Ubayy yang adalah orang Khazraj yang baru masuk Islam (dia musuh besar Muhammad di Medina dan Muhammad memanggilnya seorang yang munafik) menengahi keadaan. Dia tidak tahan melihat sekutu lamanya orang Yahudi yang setia itu dibunuh dengan darah dingin. Dia memohonkan ampun kepada Muhammad, tapi Muhammad memalingkan mukanya. Abd Allah memaksa. Akhirnya Muhammad setuju dan tidak membunuh orang2 Yahudi. Dia lalu mengutuk Yahudi dan Abd Allah ibn Ubayy dengan kutukan Tuhan. Lalu Muhammad memerintah orang2 Yahudi B. Qaynuqa untuk meninggalkan Medina selama tiga hari.[67] Mereka digiring ke tempat pembuangan oleh Ubadah b. al-Samit ibn Samit, salah satu ketua suku Khazarite sampai sejauh ke Dhubab. Lalu orang2 Yahudi melanjutkan perjalanan ke Wadi al-Qura. Mereka juga dapat bantuan dari orang2 Yahudi yang tinggal di daerah itu dengan angkutan sampai mereka mencapai Adriat, daerah Syria di mana mereka tinggal secara permanen.

Jadi orang2 Yahudi B. Qaynuqa menyerahkan persenjataan dan mesin2 pertukangan emas dan dibuang dari Medina. Tentang hal ini Tabari menulis[68]: “Allah memberi mereka barang2 orang Yahudi sebagai barang jarahan bagi RasulNya dan orang2 Muslim. Orang2 Banu Qaynuqa tidak punya tanah karena mereka adalah ahli pandai besi. Rasul Allah mengambil banyak persenjataan yang mereka miliki dan peralatan mereka untuk berdagang.”

Terima kasih atas ijin Allah untuk menjarah dan merampok, sekarang Muhammad dan pengikut Muslimnya yang tadinya miskin papa sekarang jadi sangat amat kaya di Medina.
65 Rodwell, p.440, note 50
66 Ibn Ishaq, p.363
67 Rodinson, p.173
68 Tabari, vol.vii, p.87

Bersambung ke Bagian 5
Last edited by Adadeh on Thu May 31, 2007 6:46 am, edited 1 time in total.
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Tue Dec 20, 2005 2:58 pm

Last edited by Adadeh on Tue Dec 20, 2005 3:24 pm, edited 1 time in total.
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Tue Dec 20, 2005 3:00 pm

Bagian Lima
Fasisme adalah sebuah agama; abad ke 20 akan dikenal dalam sejarah sebagai abad Fasisme’ ---Benito Mussoline (1883-1945)[69]

Teror Lima Belas
Penyerangan atas Suku Ghatafan di Dhu Amarr daerah Nejd oleh Muhammad—June, 624M


Sebulan setelah usaha penyerangan di al-Sawiq, Muhammad mendengar bahwa sekelompok orang dari suku Ghatafan mengumpulkan tentara di Dhu Amarr di daerah Nejd dan tampaknya akan bertindak agresif. Karena itu Muhammad memimpin penyerbuan bersama 450 tentara [70] untuk mencari musuh dan menghancurkannya. Ini adalah pasukan tentara yang terbesar yang dipimpin Muhammad sebelum pertempuran Uhud.[71] Akan tetapi, pihak musuh mendengar keberangkatan pasukan Muhammad dan mereka lalu bersembunyi. Tentara Muhammad berhasil menangkap seseorang yang memberikan informasi tentang persembunyian orang2 Ghatafan; orang2 Jihadis Muslim lalu bergerak untuk menangkap mereka. Orang yang tertangkap tadi dipaksa masuk Islam dan Muhammad menggunakan dia sebagai pemandu. Pihak musuh mendengar kedatangan Muhammad dan mereka mencari perlindungan dengan pergi ke puncak bukit2. Tidak ada pertempuran yang terjadi. Muhammad menghabiskan waktu 11 hari untuk usaha penyerangan ini dan kemudian kembali ke Medina. Ibn Sa’d melaporkan bahwa seorang berusaha membunuh Muhammad ketika dia sedang tidur dan Allah menyatakan ayat Q 5:11 ketika orang itu gagal membunuh karena Muhammad mencari perlindungan Allah.[72]


Teror Enam Belas
Penyerangan Kedua terhadap Banu Sulaym di al-Qudr daerah Buhran oleh Muhammad—July, 624M


Tak lama setelah pengusiran suku Yahudi B. Qaynuqa dari Medina, Muhammad mendengar bahwa pasukan besar suku Banu Sulaym dari Buhran di al-Qudr bergerak menuju Medina. Panggilan Jihad dikeluarkan dan sekali lagi pasukan Muslim berjumlah 300 sampai 350 berkumpul dan bergerak untuk menyerang B. Sulaym di Buhran. Muhammad gagal menyergap mereka dan ketika dia tiba di tempat, pasukan musuh sudah berpencar. Dia tinggal di tempat itu selama tiga malam (atau 10 malam menurut Ibn Sa’d [73]) dan kembali tanpa bertemu musuh. Setelah kembali ke Medina, dia menerima seluruh uang tebusan dari para tawanan Quraish di perang Badr II.[74]
69 In Seldes, Sawdust Caesar
70 Haykal
71 Mubarakpuri, p.286
72 Ibn S’ad, p.40
73 Ibn Sa’d, p.41
74 Ibn Ishak, p.360

Teror Tujuh Belas
Pembunuhan atas Ka’b b. Ashraf di Medina oleh Muhammad b. Maslama—August, 624M


Ka’b adalah seorang penulis puisi, anak laki dari orangtua Yahudi B. Nadir. Dia sangat sedih akan kemenangan para Muslim di Badr II. Dia tidak berusaha menyembunyikan kekecewaannya dengan cepatnya Muslim berkuasa di Medina. Dia pergi ke Mekah dan melalui puisinya, orang2 Quraish jadi ingin balas dendam. Sekembalinya ke Medina, dia membuat orang2 Muslim marah dengan mengarang puisi yang mengejek kaum Muslimah. Muhammad sangat jengkel dengan pernyataan perasaan bebas seperti ini yang bisa melemahkan moral pengikutnya. Dia berdoa kepada Allah untuk kematian Ka’b. Allah di ayat Q 4:52 juga mengutuk mereka yang berani mengritik Muhammad. Di mesjidnya, dia minta sukarelawan untuk membunuh Ka’b b. Ashraf. Muhammad b. Maslama yang berasal dari suku Banu Aws berdiri dan bersumpah untuk membunuh Ka’b b. Ashraf. Dia memilih empat orang lain dari suku B. Aws untuk menemaninya. Ketika pemimpin kelompok pembunuh ini mengatakan pada Muhammad bahwa untuk membunuh Ka’b mereka mungkin harus menipu dan berbohong, Muhammad tanpa ragu mengijinkan mereka untuk melakukan hal itu (baca kutipan Hadis di bawah).

Kelompok pembunuh ini lalu merencanakan untuk menjebak Ka’b b. Ashraf dengan kata2 manis dan janji2 palsu. Mereka mengajak Abu Naila, saudara angkat Ka’b b. Ashraf untuk tujuan ini. Abu Naila bertemu Ka’b dan pura2 pinjam uang darinya dan menjelek-jelekan Muhammad sang Nabi. Ka’b percaya padanya dan minta jaminan atas uang pinjaman. Abu Naila setuju untuk menggadaikan senjata2 mereka dan lalu diatur sebuah pertemuan di larut malam di rumah Ka’b. Di malam hari kelompok pembunuh berkumpul di rumah Muhammad sang Nabi. Sang Nabi pergi bersama mereka sampai di daerah luar kota. Mereka bersembunyi di bahwa semak2 di kuburan Muslim. Sang Nabi lalu pergi setelah memberkati mereka agar sukses melakukan misinya. Kelompok ini lalu bergerak maju dan tiba di rumah Ka’b. Ka’b sedang istirahat di tempat tidurnya bersama pengantin barunya. Abu Naila, saudara angkatnya, memanggil dia untuk ke luar rumah. Ketika Ka’b hendak turun, istrinya mencegahnya dengan selimutnya dan membujuknya agar tidak pergi. Ka’b menenangkan dia dengan mengatakan yang memanggilnya adalah saudara angkatnya sendiri. Dia lalu turun dan tidak curiga karena orang2 yang memanggilnya tidak membawa senjata. Mereka lalu berjalan bersama dan membicarakan jeleknya nasib Medina setelah Muhammad datang sampai mereka mencapai sebuah air terjun. Saudara angkat Ka’b mencium bau wangi dari rambut Ka’b dan Ka’b mengatakan bahwa itu adalah aroma pengantin barunya. Tiba2 Muhammad b. Maslama menjenggut rambut Ka’b dan menariknya ke tanah sambil berteriak, “Bunuh dia! Bunuh musuh Tuhan.” Orang2 lain lalu menusukkan pedang mereka ke tubuh Ka’b sampai dia mati sambil menjerit. Para pembunuhnya lalu memotong kepala Ka’b dan cepat2 pergi. Ketika mereka mencapai daerah kuburan, mereka mengucapkan Takbir (Allahu Akbar). Muhammad mendengar Takbir dan tahu bahwa tugas pembunuhan berhasil dilaksanakan. Para pembunuh melemparkan kepala Ka’b b Asharf di hadapan Muhammad. Seorang dari kelompok ini terluka saat melakukan pembunuhan. Sang Nabi memuji Allah akan apa yang telah terjadi dan menghibur yang terluka.

Inilah Hadis Sahih Bukhari yang mengisahkan tentang pembunuhan atas Ka’b.
Hadith Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 369:
Ditulis Jabir bin Abdullah:
Rasul Allah berkata “Siapakah yang mau membunuh Ka`b bin al-Ashraf yang telah menyakiti Allah dan RasulNya?” Berdirilah Maslama dan berkata,”O Rasul Allah! Maukah kamu agar aku membunuhnya?” Sang Nabi berkata,”Iya”. Maslama berkata, “Maka izinkan saya untuk berkata sesuatu (yang menipu Ka`b).” Sang Nabi berkata, “Silakan katakan.” Maslama mengunjungi Ka`b dan berkata,”Orang itu (Muhammad) menuntut Sadaqa (zakat) darim kami, dan dia telah menyusahkan kami, dan aku datang untuk meminjam sesuatu dari kamu.” Ka`b menjawab, “Demi Allah, engkau akan merasa lelah berhubungan dengan dia!” Maslama menjawab,”Sekarang karena kami sudah mengikuti dia, kami tidak mau meninggalkan dia kecuali dan sampai kami melihat bagaimana nasibnya akhirnya. Sekarang kami mau engkau meminjamkan dua ekor unta dengan satu atau dua buah bekal makanan.” Ka`b berkata, “Iya, tapi kalian harus menggadaikan sesuatu denganku.” Maslama dan kawannya berkata,”Apa yang kau inginkan?” Ka’ b menjawab, “Gadaikanlah istri2mu padaku.” Mereka menjawab, ”Bagaimana kami dapat menggadaikan istri2 kami padamu sedangkan kamu adalah orang yang paling tampan diantara orang2 Arab?” Ka`b berkata, "Kalau begitu gadaikan anak2 lakimu padaku.” Mereka berkata, “Bagaimana kami dapat menggadaikan anak2 laki kami padamu? Nanti mereka akan diejek orang2 yang mengatakan ini dan itu dan mereka telah digadaikan dengan seekor unta penuh bekal makanan. Ini akan membuat kami sangat malu, tapi kami mau menggadaikan senjata2 kami padamu.” Maslama dan kawannya berjanji pada Ka`b bahwa Maslama akan kembali padanya. Dia kembali pada Ka`b pala malam harinya bersama saudara angkat Ka`b, yakni Abu Na'ila. Ka`b mengajak mereka ke bentengnya dan dia pergi bersama mereka. Istrinya bertanya, "Hendak ke manakah kau selarut ini?" Ka`b menjawab,"Maslama dan saudara (angkat) ku Abu Na'ila telah datang." Istrinya menjawab, "Aku mendengar suara seperti darah mengucur dari dirinya." Ka`b menjawab, "Mereka tidak lain adalah saudaraku Maslama dan saudara angkatku Abu Na'ila. Orang dermawan seharusnya menjawab permintaan (untuk datang) di malam hari meskipun (permintaan itu) adalah undangan untuk dibunuh." Maslama pergi dengan dua orang dan berkata pada mereka, "Jika Ka`b datang, aku akan menyentuh rambutnya dan mengendusnya (menghirup bau rambutnya), dan jika kalian melihat aku telah mencengkeram kepalanya, tusuklah dia. Aku akan biarkan kalian mengendus kepalanya." Ka`b bin al-Ashraf datang pada mereka, pakaiannya membungkus badannya dan menebarkan bau parfum. Maslama berkata, "Aku belum pernah mencium bau yang lebih enak daripada ini." Ka`b menjawab, "Aku kenal wanita2 Arab yang tahu bagaimana menggunakan parfum kelas atas." Maslama minta pada ka`b, "Maukah engkau mengizinkanku mengendus kepalamu?" Ka`b menjawab, "Boleh." Maslama mengendusnya dan mengajak kawannya melakukan hal yang sama. Lalu ia minta pada Ka`b lagi, "Maukah engkau mengizinkanku mengendus kepalamu?" Ka`b berkata, "Ya". Ketika Maslama berhasil mencengkeram kepala Ka`b erat2, dia berkata (pada kawan2nya), "Bunuh dia!" Lalu mereka membunuhnya dan pergi melaporkan hal itu pada sang Nabi.


Untuk mengetahui detail lain tentang pembunuhan ini, silakan baca consult Ibn Ishaq, p.368 or Tabari, vol.vii, pp.94-97. Hadis lain yang juga mengisahkan tentang pembunuhan ini adalah Hadis Sahih Muslim, Book 19, Hadis number 4436.


Teror Delapan Belas
Pembunuhan atas Ibn Sunaynah di Medina oleh Muhayyish b. Masud —July, 624M


Ibn Sunaynah adalah pedagang Yahudi yang ramah dan suka menolong orang2 Muslim. Tapi keramahan Ibn Sunaynah tidak menghalangi Jihadis2 fanatik untuk membunuhnya, hanya karena dia itu orang Yahudi. Inilah kisahnya.

Di suati pagi setelah pembunuhan Ka’b b. Ashraf, Muhammad memberi ijin pada para pengikutnya untuk membunuh Yahudi mana saja yang mereka temukan. Tabari [75] mengisahkan tentang perintah pembunuhan atas Yahudi manapun sebagai berikut:

Rasul Allah berkata, “Yahudi manapun yang jatuh ke tanganmu, bunuh dia.” Jadi ketika Muhayyish b. Masud bertemu Ibn Sunaynah, yakni seorang pedagang Yahudi yang kenal dekat dengan mereka dan biasa berdagang dengan mereka, Muhayyish pun lalu membunuh Ibn Sunaynah. Kakak laki Muhayyish yang bernama Huwayyish b. Masud belum memeluk Islam saa itu dan ketika Huwayyish tahu akan pembunuh yang dilakukan adiknya Muhayyish, dia lalu mulai memukuli Muhayyish sambil berkata, “O musuh Tuhan, kau membunuh dia? Demi Tuhan, perutmu itu jadi gemuk karena kekayaan dari dia (Ibn Sunaynah).” Muhayyish berkata, “Kukatakan padanya, ‘Demi Tuhan, jika dia yang memerintahku untuk membunuhnya (Ibn Sunaynah) lalu memerintahku untuk membunuhmu, maka aku akan memenggal kepalamu.’” Dan demi Tuhan, itu adalah saat awal Huwayyish menerima Islam. Dia (Huwayyish) berkata, “Jika Muhammad memerintahmu untuk membunuhku, apakah kau akan membunuhku?” dan aku jawab, “Ya, demi Tuhan, jika dia memerintahku untuk membunuhmu, aku akan memotong kepalamu.” “Demi Tuhan,” kata dia (Huwayyish), “sungguh luar biasa imanmu itu.” Lalu Huwayyisah memeluk Islam.

Kisah di atas mengingatkan kita akan pemenggalan terhadap Daniel Pearl, wartawan WSJ. Jihadis Islam membunuhnya seketika ketika dia mengatakan dia itu Yahudi. Orang2 fanatik ini hanya menjalankan apa yang telah diperintahkan Muhammad terhadap orang2 Yahudi!

Hadis Sahih Sunaan Abu Dawud, Buku 19, Nomer 2996:
Dikisahkan oleh Muhayyisah:
Rasul Allah (SAW) berkata: Jika kau berhasil menguasai orang2 Yahudi, bunuh mereka. Karenanya Muhayyisah menyergap Shubaybah, seorang dari para pedagang Yahudi. Dia kenal dekat dengan mereka. Dia lalu membunuhnya. Saat itu Huwayyisah (kakak laki Muhayyisah) belum memeluk Islam. Dia lebih tua daripada Muhayyisah. Ketika dia (Muhayyisah) membunuhnya (Shubaybah), Huwayyisah memukulnya dan berkata: “O musuh Allah, aku bersumpah demi Allah, kamu punya banyak lemak di perutmu karena hartanya.”
75 Tabari vol.vii, pp.97-98


Teror Sembilan Belas
Perampokan Kafilah Quraish di Nejd oleh Zayd b. Haritha—September, 624M


Orang2 Mekah hidup dari perdagangan, dan itu nafkah hidupnya, terutama perdagangan dengan Syria. Ekonomi mereka tidak akan berhasil jika gerombolan perampok Muhammad memotong jalur perdagangan mereka. Serangan terus-menerus para Jihadis Muslim yang fanatik benar2 bisa menghentikan usaha perdagangan mereka dan ini berarti kehancuran bagi Mekah dan Arabia. Orang2 Quraish dan orang2 Mekah lainnya dengan cepat memahami kenyataan ini. Pengalaman Badr II telah memberi pelajaran berharga dan mereka tidak mau mengulangi pengalaman buruk ini lagi. Karena itu mereka lalu mencari jalur perdagangan lain bagi kafilah mereka yang kaya harta diantara Mekah dan Syria. Rute lain adalah melewati Nejd, melintasi padang pasir, dan melalui Irak. Meskipun perjalanannya lebih lama dan melelahkan, rute ini dianggap lebih aman dari tangan Muhammad.

Setelah menetapkan rute ini, orang2 Quraish mempersiapkan kafilah untuk melalui padang pasir. Safwan mengetuai kafilah yang mengangkut bejangan2 dan balok2 perak. Pemandu kafilah adalah Furat b. Hayaan yang mengaku bisa mencarikan jalan bagi kafilah yang tidak diketahui Muhammad. Melalui mata2nya, Muhammad tahu tentang perjalanan kafilah ini dan segera memerintah Zayd b. Haritha untuk merampoknya. Zayd ibn Haritha adalah budak yang dimerdekakan Muhammad dan diangkat jadi anak angkat Muhammad. Nantinya Muhammad mengawini istri anak angkatnya Zayd yang bernama Zaynab. Ini adalah perampokan pertama yang dipimpin Zayb b. Haritha. Dia ditemani 100 tentara bersenjata lengkap. Dia mengikuti kafilah dan menyerangnya tiba2. Ternyata serangannya sukses. Para pemimpin kafilah melarikan diri dan Zayd membawa semua harta rampasan dan 2 tawanan ke Medina. Barang jarahan berharga 100.000 Dirham (pakailah kurs uang US$ jaman sekarang dan kau akan kaget melihat nilainya). Muhammad mengambil seperlima (yakni 20.000 Dirham yang tentunya merupakan harga yang sangat besar pada saat itu). Setiap tentara menerima 800 Dirham. Furat jadi tawanan. Orang2 Muslim berkata, “Jika kau masuk Islam, Rasul Allah tak akan membunuhmu.” Dia lalu masuk Islam dan dibebaskan pergi.[76]


Teror Dua Puluh
Pembunuhan atas Abu Rafi di Khaybar oleh Abd Allah b. Unays---December, 624M


Abu Rafi (yang juga dikenal sebagai Sallam ibn Abul-Huqayq) adalah sekutu Ka’b b. al-Ashraf. Dia adalah ketua orang2 Yahudi Khaybar dan tinggal di Hijaj. Sama seperti Ka’b b. al-Ashraf, dia pun mengeluhkan kehadiran Muhammad di Medina dan menulis sajak2 dan satir2 yang menjengkelkan Muhammad. Muhammad mencari jalan untuk membunuh Abu Rafi sama seperti dia membunuh Ka’b b. al-Ashraf, dan dia mencari sukarelawan untuk melakukan ini. Tak lama kemudian, kesempatan datang dalam cawan emas.

Kita tahu di Teror 17 tentang kelompok pembunuh terdiri dari orang2 suku B. Aws yang membunuh Ka’b b. al-Ashraf, sang penulis puisi Yahudi. Ketika orang Khazaraj mendengar bahwa al-Aws membunuh Ka’b b. al-Ashraf, mereka mau menyamai prestasi ini dengan membunuh Yahudi lain, dan Abu Rafi jadi pilihan mereka. Lalu, kompetisi pembunuhan berlangsung diantara suku Aws dan Khazaraj. Tak lama kemudian mereka minta ijin Muhammad untuk membunuh Abu Rafi. Muhammad tentu saja mengijinkan rencana pembunuhan mereka dengan sepenuh suka hati.
76 Tabari, vol vii, p.99

Sebuah kelompok pembunuh berjumlah lima orang pergi untuk membunuh Abu Rafi. Muhammad memilih Abd Allah b. Atik sebagai ketua kelompok. Setelah kelompok ini tiba di Khaybar, mereka pergi ke rumah Abu Rafi pada malam hari dan naik ke tingkat dua melalui tangga melingkar dan meminta ijin masuk kamar Fafi. Istri Abu Rafi ke luar dan bertanya siapa mereka. Mereka berpura-pura menjadi pedagang Arab, sehingga istri Abu Rafi mempersilakan mereka masuk. Mereka masuk dan mengunci pintu. Istri Abu Rafi menjerit dan mereka mau membunuhnya tapi tidak jadi karena ingat pesan Muhammad untuk tidak membunuh wanita. Di bawah ancaman, istri Abu Rafi harus tutup mulut dan para pembunuh lari dengan pedang terhunus ke kamar Abu Rafi yang sedang berbaring di tempat tidur. Lalu Abdullah b. Unays menusukkan pedangnya ke perut Abu Rafi sampai menembus tubuhnya.

Ketika melarikan diri, Abd Allah b. Atik jatuh dari tangga melingkar dan kakinya terluka berat. Kawan2nya membawa dia pergi ke tempat air yang tak jauh dari situ dan merawatnya. Orang2 Yahudi mencari pembunuh Abu Rafi tapi tidak menemukan apa2 dan mereka kembali menjenguk Abu Rafi yang sedang sekarat. Untuk meyakinkan apakah Abu Rafi benar2 telah mati, Abd Allah b. Unays pergi bercampur dengan orang2 yang berkumpul untuk melihat apa yang terjadi. Istri Abu Rafi berkata bahwa dia mengenali suara pembunuh yakni Abd Allah b. Atik tapi dia tidak yakin kalau Abd Allah b. Atik akan datang jauh2 dari Medina ke Khaybar untuk membunuh Abu Rafi. Lalu dia mengumumkan kematian Abu Rafi. Setelah yakin korbannya telah mati, kelompok pembunuh itu kembali ke Muhammad dan setiap orang mengaku telah membunuh Abu Rafi. Muhammad minta mereka menunjukkan pedang mereka untuk diperiksa. Dari darah di pedang, Muhammad menyatakan bahwa Abdullah b. Unays telah membunuh Abu Rafi (Sallam Ibn Abi al-Huqayq). Atas pembunuhan ini, Muhammad berkata, “Pedang Abd Allah b. Unays telah membunuhnya. Aku bisa melihat sisa tulang yang melekat di pedang itu.”[77]

Hassan b. Thabit mengarang sebuah puisi untuk memuji pembunuhan atas Ka’b b. al-Ashraf dan Sallam b. Abi al-Huqyaq (Abu Rafi). Kisah pembunuhan ini ditulis di Hadith Sahih Bukhari 5.59.371.
77 Tabari, vol vii, p.103

[Note: Beberapa biografer menulis bahwa pembunuhan ini terjadi tak lama sebelum penyerangan Muhammad atas Khaybar]

Bersambung ke Bagian 6
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Tue Dec 20, 2005 3:03 pm

Bagian Enam
Anak muda tersenyum menghadapi kematian, karena kau sedang menuju Surga --- dari Manual Teror[78]

Teror Dua Puluh Satu
Pertempuran Uhud, Dipimpin oleh Muhammad—March, 625M


Orang2 Quraish bertekad untuk membalas kekalahan mereka di Badr II. Kebutuhan untuk mendapat kemenangan secara militer terhadap ancaman Islam dan para Jihadisnya yang fanatik jadi semakin mendesak setelah Zayd b. Haritha merampok kafilah mereka yang mengangkut banyak harta dalam perjalanan melalui rute lain menuju Nejd (lihat Teror 19, Bagian 5). Kaum Quraish sekarang yakin bahwa tidak ada yang melindungi usaha perdagangan mereka dari serangan teror dan rampok yang dilakukan Muhammad. Mereka menghubungi suku2 bangsa tetangga dan mengumpulkan uang untuk membentuk kekuatan militer yang tangguh melawan Muhammad. Melalui sumbangan dari berbagai bagian di Arabia, mereka mengumpulkan 250.000 Dirham (mereka sebenarnya telah mengeluarkan 250.000 Dirham untuk membayar sandera yang ditahan Muhammad) untuk serangan militer membalas kekalahan mereka. [79] Mereka juga bersekutu dengan suku2 Bedouin sekitar Mekah. Di samping sumbangan dari berbagai sumber, mereka juga menggunakan seluruh keuntungan yang tersisa dari perampokan Badr II untuk digunakan melawan terorisme Muhammad. Keuntungan ini adalah 1.000 unta dan 50.000 Dirham (sekitar US$550.000 seluruhnya jika menggunakan kurs uang modern), dan ini adalah jumlah uang yang sangat besar di jaman itu.[80] Dengan dana yang besar ini, kaum Quraish tidak punya kesulitan membangun pasukan yang kuat yang berjumlah 3.000 orang, terdiri dari 700 pasukan bersenjata lengkap dan 200 pasukan berkuda, siap untuk memerangi teror yang dilakukan Muhammad dan pengikutnya yang fanatik. Juga terdapat sekelompok kecil 50 warga Medina yang dipimpin Abu Amir, seorang biarawan Kristen, yang pergi ke Mekah karena muak dengan adanya Muhammad di Medina. Selain orang2 militer ini, sejumlah 15 orang wanita Quraish juga ikut dalam operasi militer ini. Pemimpin kelompok wanita ini adalah Hind bt. Utbah, istri Abu Sufyan Shakhr b. Harb. Di Badr II, dia kehilangan ayahnya (Utbah), pamannya (Shaybah), dan anaknya (Hanzala). Dia terutama ingin membalas dendam pada Hamzah yang telah membunuh ayahnya di Badr II. Inilah saatnya melampiaskan dendamnya. Dia mengajak seorang budak Abysia milik Jubayr b. Mut’im yang bernama Wahshi yang punya keahlian menggunakan lembing, untuk membunuh Hamzah dengan janji kemerdekaan jika Wahshi berhasil dalam tugas.

Saat itu adalah 12 bulan setelah Badr II dan di bulan Ramadan. Kaum Quraish tetap teguh dengan tekad mereka untuk membalas kekalahan di Badr II. Sekaranglah waktu untuk melampiaskan dendam mereka. Mereka merencanakan serangan besar2an terhadap Muhammad. Berita serangan besar ini telah terdengar oleh Muhammad melalui mata2nya di Mekah. Dia bahkan menerima wahyu Allah di Q 3:128 tentang persiapan ini. Berita ini dipertegas ketika Muhammad menerima surat tertutup dari pamannya, al-Abbas, ketika Muhammad sedang berada di mesjidnya di Quba, tak jauh dari Medina. Seorang utusan dari Mekah menyerahkan surat itu kepada Muhammad. Isi surat adalah keterangan bahwa kaum Quraish dengan 3.000 tentara bermaksud menyerang Muhammad. Dia merahasiakan isi surat (komenter Adadeh: nah ini kan tandanya Muhammad bisa baca) dan segera kembali ke Medina untuk membahas hal ini dengan para penasehatnya di sana. Akan tetapi berita ini terdengar oleh istri Sa’d b Muadh, ketua Khazaraj, yang menguping pembicaraan antara suaminya dan Muhammad. Tak lama kemudian berita tentang rencana serangan Quraish ini tersebar
78 Masterminds of Terror; The manual of terror was found in the possession of 9/11 terrorist
79 Hamidullah, p.43
80 Mubarakpuri, p.292

Di Mekah, kaum Quraish sekarang benar2 siap untuk menghadapi Muhammad. Akhirnya, di akhir bulan Ramadan, tentara Quraish mulai berbaris dengan 3.000 tentara di bawah pimpinan Abu Sufyan b. Harb. Pemimpin2 lain suku2 Quraish juga maju bersama tentara Mekah.

Setelah bergerak selama 10 sampai 12 hari, tentara Mekah yang mengambil jalur jalan yang tak umum dekat pantai, tiba di Dhul Hulaifa, yang jauhnya 5 mil sebelah Barat Medina. Dilaporkan ketika sedang berada di al-Abwa, Hind bt. Utbah (istri Abu Sufyan) menganjurkan mereka untuk menggali kubur ibu Muhammad, tapi kaum Quraish menolak melakukan penghinaan seperti itu. Saat itu adalah Kamis pagi dan setelah berhenti di tempat ini sebentar, tentara Quraish bergerak ke utara sejauh beberapa mil, melewati kota Medina dan bergerak lagi sejauh tiga mil ke Utara dan berkemah di Uhud yang merupakan daerah pegunungan dengan tanah lapang datar tempat para unta merumput. Orang mungkin heran mengapa suku Quraish tidak menyerang kota Medina, padahal mereka dapat melakukan hal itu dengan mudah dan dapat banyak barang jarahan. Alasannya adalah karena kaum Quraish tidak tertarik untuk melakukan penjarahan atau perampokan. Pada kenyataannya, mereka tidak punya rasa dendam terhadap kebanyakan penduduk Medina. Mereka marah terhadap satu orang saja, Muhammad, yang merupakan bekas warga kota Mekah yang sekarang tinggal di Medina.[81] Tak lama setelah tiba di dataran Uhud, orang2 memotong pepohonan untuk makan kuda2 dan unta2 mereka. Mereka juga melepaskan kuda2 dan unta2 mereka untuk merumput. Hari Juma’at datang dan berlalu tanpa ada kejadian apa2.

Di Medina, Muhammad terus menerima berita tentang gerakan2 tentara Mekah. Seorang pengintainya yang bernama Hobab ibn al Mundhir mengamati perkemahan Quraish pada hari Kamis dan membawa berita tentang kekuatan tentara Quraish yang hebat. Muhammad merahasiakan keterangan dari pengintai ini. Pada hari Jum’at, Muhammad membicarakan dengan pengikutnya apa yang harus dilakukan. Dia bermimpi buruk malam sebelumnya dan mengatakan di pertemuan dengan para Jihadisnya tentang perlunya melindungi Medina dan diri Muhammad sendiri. Karena mimpi buruknya, Muhammad yang suka takhayul ini jadi ragu untuk pergi perang. Pada mulanya diambil keputusan untuk membawa para wanita dan anak2 di luar kota untuk masuk ke dalam kota. Jika para musuh menyerbu, mereka akan melawan dengan panah2, batu2, dan senjata lontar lain yang dilemparkan dari atap2 rumah. Musuh besar Muhammad yang bernama Abd Allah ibn Ubayy, setuju dengan keputusan untuk mempertahankan Medina jika tentara Quraish menyerang. Tapi anak2 muda yang baru saja masuk Islam ingin maju menyerang dan bertempur dengan musuh di medan perang, sama seperti yang terjadi di Badr II. Para Jihadis muda yang tidak sempat ikut Badr II dan tidak kebagian jarahan rampokan merasa lebih bersemangat untuk memerangi tentara Quraish. Khayalan tentang surga dan mati sebagai martir bagi Allah terbayang di depan mata mereka seperti yang dikatakan di Q 56:25-26. [82] Hamzah dengan yakin mengatakan, ”Demi Allah yang telah menurunkan Buku kepadamu, aku tidak akan makan sampai aku melawan mereka dengan pedangku di luar kota Medina.” [83] Banyak orang yang mendukung keinginan anak2 muda Jihadis. Pada akhirnya Muhammad menuruti keinginan mereka dan memerintahkan untuk siap berperang.
81 Hamidullah, p.47
82 Haykal, Ch. Uhud

Setelah sholat magrib, orang2 berkumpul di lapangan mesjid dan mereka bersenjata siap untuk berperang. Muhammad sendiri memakai baju perang dua lapis bertumpuk. Ketika kaum Jihadis muda mengetahui bahwa Muhammad merasa ragu untuk berperang, mereka jadi menyesal dan ingin membatalkan rencana perang. Atas sikap itu Muhammad berkata, [84] “Ini tidak layak dilakukan seorang Nabi begitu dia sudah mengenakan baju perang. Dia harus melepaskannya sampai Allah memutuskan diantara dia dan pihak musuh.” Beberapa orang merasa ragu, tapi Muhammad jalan terus. Istri Muhammad yang masih anak2, Aisha, secara sukarela bergabung dengan para Jihadis dan Muhammad mengijinkannya.[85] Aisha merawat yang terluka, mengambilkan air bagi yang haus, dan melakukan berbagai macam bantuan.[86]

Lalu kaum Muslim memasang tiga bendera pada tiga tongkat. Satu bendera untuk yang ikut hijrah, dibawa oleh Musab b. Umayr (biografer lain mengatakan Ali), bendera kedua dibawa ketua B. Aws yakni Usayd ibn Hudayl, dan bendera ketiga dibawa ketua B. Khazraj yakni al-Hubab ibn al-Mundhir. Abdallah ibn Umm Maktum ditunjuk untuk menjaga kota Medina dan memimpin sembahyang kala Muhammad sedang tidak ada di tempat. Tentara Muslim terdiri dari 1.000 (seratus memakai baju perang), dan dua kuda (milik Muhammad). Lalu Muhammad memberi perintah agar tentara berbaris bergerak menuju Utara ke daerah Uhud. Dua bersaudara Sa’d b. Muadh dan Sa’d b. Ubadah lari di depan tentara Muslim.

Muhammad bergerak sampai mencapai al-Shaykhayn dan melihat tentara yang lengkap sedang menunggu di situ. Setelah mengamati, Muhammad tahu bahwa tentara ini adalah orang2 pagan dan Yahudi yang siap bergabung dengan tentara Muslim untuk berperang melawan tentara Mekah. Mereka adalah sekutu Abd Allah ibn Ubay. Muhammad menolak mereka sebagai sekutunya dengan berkata, “Jangan minta dukungan orang pagan untuk melawan orang pagan.”[87] Lalu dia berhenti di al-Shaykhayn dan mengamati kekuatannya, dan menolak mereka yang fisiknya tak mampu atau yang terlalu muda untuk berperang. Di malam hari, tentara Muslim dan Muhammad berkemah di sana. Abd Allah ibn Ubayy juga berkemah tak jauh dari situ. Dia tidak senang dengan sikap Muhammad yang tak ramah terhadap kawan2nya kaum Yahudi. Kaum Quraish juga berkemah tak jauh dari situ. Sebuah lembah memisahkan kedua tentara.

Di pagi hari, tentara Muslim mulai berbaris maju ke arah Uhud. Ketika mereka mencapai tempat yang bernama Ash Shawt [88], mereka dapat melihat tentara Quraish dari jarak jauh. Di tempat inilah Abd Allah ibn Ubayy memberontak melawan Muhammad dengan menarik 300 pasukannya dari pihak Muslim dan meninggalkan Muhammad sehingga jumlah pasukan Jihadis tinggal sekitar 700 orang. Dua kelompok lain di pihak Muhammad jadi terpengaruh oleh keputusan Abd Allah ibn Ubayy. Mereka tadinya juga mau ikut pergi dengan Abd Allah ibn Ubayy, tapi di jam yang ke 11, mereka berubah pendapat dan tetap berada dalam pasukan Muhammad. Seperti yang dikatakan di Q 3:122, Muhammad menganggap perubahan hati ini sebagai kehendak Allah. Ketika Abd Allah ibn Ubayy pergi, beberapa pengikut Muhammad mengejar dan memohonnya untuk berperang bagi Allah, tapi ibn Ubayy terus saja kembali ke Medina sehingga membuat pengikut Muhammad jadi kecewa. Allah di Q 3:187 mengutuk kemunafikan Abd Allah ibn Ubayy. Jadi sekarang Muhammad harus maju sendiri dengan 700 pasukannya. Meskipun dia sudah berada dekat sekali dengan Uhud dan dapat melihat jelas pasukan Quraish yang berkemah di dataran Uhud, dia pikir tidaklah aman untuk memakai jalan utama ke Uhud, karena ini akan membuatnya menghadapi musuh secara langsung dan terbuka.
83 Mubrakpuri, p.295-296
84 Ibn Ishaq, p.372
85 Hamidullah, p.50
86Iibid, p.50
87 Ibn Sa’d, p.45
88 Mubarakpuri, p.298

Muhammad sekarang mencari pertolongan dari pemandu lokal yang bernama Abu Khaitamah untuk mencapai Gunung Uhud guna mengelakkan pertempuran langsung dengan kaum Quraish. Pemandu ini membawa tentara Muslim lewat jalan yang melalui tanah pertanian milik seorang buta bernama Marba b Qyizi. Ketika Jihadi hendak melalui tanahnya tanpa minta ijin, orang buta itu protes sambil melemparkan debu tanah kepada mereka dan berkata, “Kau mungkin saja nabi Tuhan, tapi aku tetap tidak akan mengijinkanmu melalui kebunku. Demi Tuhan, Muhammad, jika aku bisa melempar dengan tepat, aku lempar ini ke mukamu.” Para Jihadis minta ijin Muhammad untuk memotong-motong orang buta itu. Muhammad tidak mengijinkan, tapi terlambat sudah. Seorang Jihadis sudah menebas kepala orang buta itu dengan pedangnya dan lalu membelah kepalanya jadi dua.[89] Demikianlah belas kasihan para prajurit Allah!

Ketika mereka sampai di Uhud, para Muslim berkemah di kaki gunung dan mengatur ranking mereka untuk menghadapi kaum Quraish. Muhammad mengirim 50 pemanah ke bukit Aynayan yang berlawan arah dengan daerah pegunungan Uhud untuk menjaga bagian belakang tentara Muslim. Dia menunjuk Abd Allah ibn Jubayr sebagai ketua kelompok dan memberi perintah tegas agar mereka tidak meninggalkan posisi mereka, tidak peduli kalah atau menang, sampai mereka menerima perintah dari dia. Dia juga memerintahkan agar tidak menyerang musuh sampai dia memberi aba2. Muhammad sendiri mengambil kedudukan di tempat tinggi dengan banyak panah yang siap untuk ditembakkan kepada musuh. Sahih Bukhari menceritakan bahwa beberapa Jihadis minum anggur agar lebih siap melakukan Jihad.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 6, Book 60, Number 142:
Dikisahkan oleh Jabir:
Beberapa orang minum minuman beralkohol in pagi hari di perang Uhud dan di hari yang sama mereka terbunuh sebagai martir, dan ini terjadi sebelum minum anggur dilarang.


Muhammad membakar semangat perang para Jihadis dan memberikan pedangnya pada seorang yang bernama Abu Dujana yang terkenal karena kebuasannya dan naluri membunuhnya. Lalu Muhammad duduk dan mulai melemparkan panah2. Dia dilindungi oleh sekelompok Jihadis yang bertugas mengusir segala serangan terhadap Muhammad. Akan tetapi sahabat2nya yang paling penting (Abu Bakr, Ali, Hamzah, Umar dll) disuruh memimpin tentara2 Muslim untuk bertempur sengit. Muhammad lalu menunggu kedatangan musuh. Saat ini, Abu Sufyan b. Harb, yakni ketua tentara Quraish, membawa pasukannya ke hadapan Muhammad. Khalid b. al-Walid memimpin pasukan sayap kanan, sedangkan Ikrimah b. Abu Jahl memimpin pasukan sayap kiri, dan Abu Sufyan memimpin tentara bagian tengah. Awalnya, kaum wanita berada di baris depan dan membuat suara ribut dengan botol air minumnya dan melafalkan ayat2 pertempuran, tapi ketika tentara bergerak maju, kaum wanita ada di posisi belakang.
89 Ibn Ishaq, p.372-373

Bendera Mekah dipegang oleh Talha ibn Abi Talhah. Dia berasal dari marga Quraish Abdud Dar yang tugasnya adalah membawa bendera Quraish selama perang. Hari itu hari Sabtu, Shawwal 7, AH 3 dan sama dengan 23 Maret, 625 M. Dua pasukan sekarang sudah berhadapan.

Sebelum pertempuran terjadi, Abu Sufyan mengirim pesan damai pada orang2 al-Aws dan al-Khazaraj, meminta mereka untuk tidak ikut campur dan membiarkan perang terjadi antar saudara saja (yakni kaum Quraish saja). Dia tidak mau berperang dengan suku al-Aws dan al-Khazraj. Tapi kedua suku ini menolak ajakan damai Abu Sufyan, sehingga pertempuran sengit tidak bisa dielakkan.

Orang pertama dari pihak Quraish yang maju untuk bertempur satu lawan satu adalah Abu Amir (Muhammad biasa memanggilnya al-Fasiq – pelaku kejahatan) dengan kelompoknya yang berjumlah 50 orang. Mereka saling lempar batu dengan pihak Muslim. Ini terus berlangsung sampai pihak Muslim lebih unggul dan Abu Amir dan kelompoknya mundur. Untuk menambah semangat tentaranya, para wanita Quraish berbaris maju, memukul2 simbal, drum dan tambur dan menyanyikan lagu2 perang. Pertempuran selanjutnya berlangsung satu lawan satu, mengikuti tradisi perang Arab tahap awal.[90] Prajurit Quraish bernama Talha ibn Abu Talhah maju menghadapi prajurit Muslim bernama Az- Zubair b. al-Awwam (biografer lain mengatakan Ali ibn Talib) dan Az-Zubair berhasil membunuh Talha. Mendengar tewasnya musuh yang pertama, Muhammad bersukacita lewat Takbir (Allahu Akbar) dan berkata,”Setiap Nabi punya murid dan muridku adalah Az-Zubari, “[91] dan lalu memberi garansi Az-Zubair tempat di surga tidak peduli dia hidup atau mati dalam Jihad.

Setelah kematian Talhah, saudara lakinya yang bernama Abu Shaybah Uthman b. Abi Talhah maju mewakili pihak Quraish sambil melafalkan ayat2. Hamzah menyerang dengan pedangnya, memotong tangan dan bahunya dan menebas tubuhnya sampai paru2nya tampak. Tak lama kemudian Abu Shaybah Uthman pun mati. Lalu saudara lakinya yang bernama Abu Sa’d b. Abi Talhah ganti memegang bendera Quraish tapi dia lalu dibunuh Asim b. Thabit. Sekarang tujuh anggota keluarga yang sama telah dibunuh. Mereka adalah: Talhah, dan saudara2 lakinya, Shaybah dan Abu Sa’d; empat anak laki Talha, yakni Musafi, Al-Harith, Kilab and Julas. Ketika ibu Musafi mengetahui pembunuhan kedua anak lakinya oleh Asim b. Thabit, dia bersumpah untuk membalas kematian mereka dengan minum air anggur dari batok kepala Asim.[92]

Pembunuhan terus berlangsung dan pihak Quraish kalah angin. Ketika semua saudara2 dan anak2 Talhah yang berani telah dibunuh, Artat Shurahbil mengangkat bendera Quraish dan seorang Jihadis yang tak dikenal membunuhnya. Tongkat bendera Quraish tergeletak di tanah dan tiada seorangpun yang menegakkannya. Garis depan Quraish berantakan, mereka panik dan rasa teror masuk ke dalam pikiran mereka dan mereka mulai mundur. Mereka sadar bahwa mereka melakukan kesalahan dengan melakukan perang satu lawan satu dengan pihak Muslim. Akan tetapi, terlambat sudah. Hanzala b. Abu Amir (anak dari biarawan Kristen) bertarung melawan Abu Sufyan dan ketika hampir membunuh Abu Sufyan, Shaddad b. al-Aswad memukul Hanzala b. Abu Amir dan membunuhnya. Peristiwa ini nantinya diingat oleh Abu Sufyan dalam syair puitis ‘Hanzala bagi Hanzala.’ (Ingat? Anak Abu Sufyan yang bernama Hanzala dibunuh Muslim di Badr II).
90 Rodinson, p.180
91 Mubarakpuri, p.3
92 Ibn Ishaq, p.377

Begitu pihak Quraish menyadari kesalahan mereka bertarung satu lawan satu dengan Jihadis Muslim, mereka lalu melakukan serangan total. Awalnya, pihak Muslim berhasil memerangi pihak Quraish dengan bertarung sangat sengit. Setiap kali pihak Quraish maju, pemanah2 Muslim yang berada di atas bukit kecil menghujani mereka dengan panah dan membuat pasukan Quraish mundur lagi ke belakang. Mereka sudah hampir putus asa. Abu Dujana dengan pedang pemberian Muhammad, Hamzah dan Ali bertarung dengan ganas. Mereka berhasil membunuh beberapa orang Quraish. Pasukan Quraish jadi kewalahan dan mulai meninggalkan medan perang dan bendera mereka tergeletak di tanah dan tiada seorang pun yang mengambilnya. Ini akhir dari bagian pertama perang Uhud.

Tentara Muslim mengetahui bahwa pihak Quraish berhasil dipukul mundur. Maka tanpa menunggu lagi, mereka berlarian maju mengumpulkan barang jarahan perang. Begitu serakahnya mereka saling berebutan peralatan perang sehingga begitu para pemanah Muslim dari atas bukit melihat kawan2nya menjarah, mereka pun meninggalkan posisi mereka dan ikut berlari mengambili barang jarahan perang. Hanya 10 pemanah yang dipimpin oleh Abd Allah ibn Jubayr yang tetap berada di posisi mereka seperti yang diperintahkan Muhammad. Selebihnya tidak mempedulikan lagi perintah Muhammad karena terlalu tergiur oleh barang jarahan. Inilah yang ditulis Tabari tentang bagaimana besarnya nafsu para Jihadis terhadap barang jarahan perang.[94]

Ketika para Jihadis yang menjaga bagian belakang tentara2 Muslim melihat tentara Quraish dan para wanitanya melarikan diri dan melihat barang jarahan perang, mereka jadi bernafsu mengambilnya dan berkata, “Mari kita pergi ke Rasul Allah dan mengambil jarahan perang sebelum yang lain merebutnya duluan dari kita.” Kelompok lain ingin mentaati perintah Muhammad dan yang lain ingin meninggalkan posisi mereka. Pertentangan kedua kelompok ini dikatakan Tuhan di Q 3:145 “Siapa yang bernafsu … Alam Baka . Menyaksikan keserakahan akan barang jarahan perang, Ibn Masud berkata, “Aku sebelumnya tidak pernah menyadari bahwa ada pengikut2 Nabi yang begitu bernafsu akan dunia dan kekayaannya sampai pada hari itu.”

Keserakahan tanpa kendali para Jihadis akan barang jarahan perang menyebabkan Khaild b. Walid, komandan pasukan berkuda Quraish dapat menyerbu pasukan Muslim yang sedang mabuk barang jarahan dari belakang dan mengubah keadaan perang. Dia lalu menyerang dengan ganas sisa2 pemanah yang masih berada di tempat dan membunuh mereka semua, termasuk pemimpin para pemanah Abd Allah ibn Jubayr. Khalid b. Walid diikuti oleh Ikrimah b Abu Hakam (anak laki Abu Jahl; Abu Jahl dibunuh secara brutal di Badr II). Dikatakan bahwa para malaikat ada tapi mereka tidak membantu para Muslim.[95] Sudah jelas alasannya mengapa para malaikat ragu2 untuk menolong tentara Allah. Ketika tentara Muslim berantakan dan terpukul mundur, Muhammad mencoba mengatur peperangan. Dia berusaha memanggil orang2 untuk berperang demi Rasul Allah. Tapi panggilannya tidak dihiraukan dan tentara Muslim terus mundur. Para musuh dengan cepat bergerak mendekati posisi Muhammad. Sekelompok Jihadis yang setia berusaha melindunginya. Muhammad tidak bisa lari lagi. Ketika dalam keadaan penuh kebingungan inilah muncul suatu berita bahwa Muhammad telah dibunuh, dan ini mematahkan semangat tentara Muslim. Para biografer Muhammad menulis hal yang bertentangan dan membingungkan akan hal ini di Perang Uhud. Inilah yang kumengerti setelah mempelajari beberapa versi kisah ini.
93 Ibid
94 Tabari, vol.vii, p.114
95 Ibn S’ad, p.49

Melihat perubahan keadaan perang di bagian depan dan tentara Muslim yang tercerai-berai, pihak Quraish segera bangkit lagi semangatnya dan maju lagi bertempur. Seorang Quraish wanita bernama Umrah bt. Alqamah Al-Harithya mengangkat bendera Quraish yang tergeletak dan menegakkannya di atas tanah. Kali ini pihak Quraish menguasai keadaan peperangan. Mereka berkumpul kembali dan mulai mencari Muhammad.

Sekelompok tentara Quraish yang telah membunuh pasukan panah Muslim, mengejar Muhammad dan para bodyguard-nya. Pada saat itu kebanyakan Jihadis sedang sibuk mengumpulkan barang jarahan. Hanya 9 orang Jihadis yang melindungi Muhammad, 7 dari mereka adalah orang Ansar (Medina) dan 2 adalah Muhajir (yang hijrah dari Mekah). Sebagian tentara Khalid yang dipimpin oleh ibn Qamia melempari kelompok pelindung Muhammad dengan batu. Sebuah batu menerjang mulut Muhammad dan melukai gigi taring kanan bawah dan bibir bawahnya. Serangan pedang tentara Quraish yang bernama Utbah b. Abi Waqqas (saudara laki Sa’d b. Abi Waqqas, orang Muslim) melukai jidat dan bahunya sehingga mengeluarkan banyak sekali darah.

Pasukan Mekah menyerang tentara Muslim dari belakang sehingga tentara Muslim kocar-kacir. Banyak tentara Muslim yang dibunuh tentara Mekah. Beberapa Muslim terluka sangat parah, dan banyak yang mulai melarikan diri dari medan perang. Dengan luka di mulut dan badannya dan hati yang terluka, Muhammad memanggil para pengikutnya untuk terus berperang, tapi tidak ada yang mendengarkannya. Maka Allah mengirim Q 3:128, “It is no concern at all of thee (Muhammad), whether He relent toward them or punish them: for they are evildoers.” Muhammad yang sudah tak berdaya berteriak, “Siapa yang bersedia menjual nyawanya bagi kami?” Mendengar jeritan putus asanya, Ziyad b. al-Sakani (atau Umarah b. Ziyad al-Sakani), dan 5 orang Jihadis datang untuk melindungi Muhammad. Mereka semua mati satu per satu di hadapan Muhammad sehingga tinggal Ziyad b. al-Sakani yang masih hidup.[96]

Dikisahkan bahwa Hatib b. Baltah mengikuti Utbah b. Abi Waqqas dan membunuhnya meskipun sebenarnya Sa’d b. Abi Waqqas yang ingin membunuh saudara lakinya sendiri (Utbah). Meskipun serangan terhadap Muhammad tidak mematikan (karena Muhammad memakai baju perang dua lapis), pukulan yang diterimanya begitu keras sehingga dua cincin helmnya menusuk masuk pipinya. Muhammad yang terluka dengan hebatnya mengutuki orang yang menyerangnya. Para bodyguard-nya berperang dengan sengit untuk melindunginya, tapi tentara Quraish terus menyerang tanpa berhenti sehingga akhirnya ke tujuh bodyguard Muhammad tewas semua. Sekarang tinggal 2 Muhajir yang bernama Ubaidullah dan Sa’d b. Abi Waqqas yang melindungi Muhammad. Dalam waktu singkat, tentara Quraish melukai Talhah b. Ubaidullah. Pemegang bendera Muslim yang bernama Musab b. Umayr berdiri tak jauh dari situ. Kebetulan muka dan sosok dia mirip dengan Muhammad. Ibn Qamiah menyerang dan membunuhnya. Karena dia mengira yang dibunuhnya adalah Muhammad, maka dia berteriak sekuat tenaga, “Muhammad sudah dibunuh.” Mendengar kabar naas ini, tentara Muslim jadi kacau; karena kebingungan, mereka jadi bertempur satu sama lain. Satu korban dari kejadian saling serang antar kawan ini adalah ayah Hudhayfa yang bernama Al-Yaman. Ketika Hudhayfa melihat ayahnya akan dibunuh tentara Muslim lain, dia menjerit untuk menahannya, tapi terlambat dan ayahnya yang Muslim tewas di tangan tentara Muslim. Nantinya Hudhayfa memaafkan pembunuh ayahnya dan tidak menuntut uang darah. Banyak Muslim yang melarikan diri dari medan perang dan kembali ke Medina. Beberapa dari mereka membawa bangkai kawan seperjuangannya untuk dikubur di Medina. Beberapa Muslim bahkan mencoba untuk menghubungi Abd Allah ibn Ubayy untuk bertarung melawan tentara Quraish, agar mereka tidak dibunuh tentara Quraish. Tapi usaha ini gagal. Setelah mengetahui pihaknya kalah dan dirinya tidak ada yang melindungi, Muhammad pun lari menyelamatkan nyawanya. Seorang Jihadis yang bernama Ka’b b. Malik melihat Muhammad yang lari ketakutan dan berteriak gembira, “Rasul Allah masih hidup.” Muhammad yang sedang ketakutan meminta Ka’b untuk tutup mulut, tapi tentara Quraish berhasil mendengar bahwa musuh besar mereka masih hidup. Seorang Quraish yang bernama Ubay b. Khalaf memacu kudanya ke arah Muhammad untuk membunuhnya. Muhammad mengambil sebilah tombak dari tentaranya dan menusukannya ke arah Ubay b. Khalaf dan melukainya. Ubay kembali ke posisi tentara Quraish dengan luka di tenggorokan dan lehernya sambil berkata, “Demi Tuhan, Muhammad telah membunuhku.” Orang2 Quraish tidak melihat adanya luka yang serius mengancam jiwa pada diri Ubayy. Tapi Ubayy bersikeras mengatakan bahwa kutukan Muhammad telah melukainya. Ubay b. Khalaf mati karena lukanya dalam perjalanan kembali ke Mekah. Walaupun tidak ada bukti bahwa Muhammad telah membunuh siapapun dengan tangannya sendiri, Ibn Sa’d menulis, “Ubayyi Ibn Khalaf al-Jumahi, yang dibunuh Muhammad dengan tangannya sendiri ….” [98]
96 Tabari, vol. vii, p.120
97 Mubarakpuri, p.3

Ketika sedang lari menyelamatkan diri, Muhammad jatuh ke sebuah lubang jebakan yang digali Abu Amir, sang biarawan Kristen, untuk menjebak serdadu Muslim. Sekarang setelah mendengar teriakan gembira Ka’b, sekitar 30 tentara Jihadis termasuk sahabat dekat Muhammad yakni Abu Bakr, Ali, Umar, dll berlari ke arahnya. Ketika mereka sampai ke lubang jebakan, dengan lega mereka menemukan bahwa Muhammad masih hidup. Muhammad meminta mereka tidak ribut tapi bergerak menuju ke Utara ke sebuah gua di sisi bukit. Ali mengulurkan tangan untuk membantu Muhammad ke luar dari lubang itu. Bersama Muhammad, kelompok itu lalu bergerak diam2 ke arah bukit dan berlindung di situ, untuk mengatur rencana mundur bagi tentara Muslim dan terutama merawat luka Muhammad dan serdadu lain. Dikabarkan bahwa Aisha dan beberapa Muslimah bergabung bersama kelompok Muhammad. Fatima (anak perempuan Muhammad) tiba di tempat pertempuran dan menolong membalut luka ayahnya. Dibutuhkan waktu sebulan sampai semua lukanya sembuh.

Saudara perempuan Hamzah yang bernama Safiya juga datang. Dia sangat sayang dan dekat dengan Hamzah. Perang Uhud juga menunjukkan bahasa yang sangat kasar dan vulgar, terutama dari pihak Muslim. Misalnya:
Ketika keadaan tentara Muslim sedang kacau balau, Hamzah terus bertempur dengan gagah berani membunuhi beberapa orang Quraish. Budak Abisinia yang bernama Wahsi (Ingat? Dia disewa Hind bt. Utbah untuk membunuh Hamzah) mengamatinya dari jarak dekat dan mengambil posisi strategis untuk mengarahkan lembing mautnya ke arah Hamzah. Pada saat iut, Abd al-Uzza al-Ghubshani (Abu Niyar) berlalu di hadapan Hamzah. Abu Niyar adalah anak dari pesunat anak perempuan yang bernama Umm Ammar yang adalah budak Shariq b. Amr b. Wahb al-Thaqafi yang dimerdekakan. Jadi Hamzah membentaknya, “Ke sini kamu, anak tukang potong klitoris.”[99] Ketika Wahsi, budak of Jubayr b. Mutim melihat Hamzah membentak Abu Niyar, dia (Wahsi) dengan cepat melemparkan lembingnya dan menusuk bagian bawah perut Hamzah dan tembus ke luar diantara kakinya. Hamzah dengan cepat mati dan Wahsi mengambil kembali lembingnya dan balik menuju tempat kemah Quraish. Dia sudah memenuhi tugasnya membunuh Hamzah. Mayat Hamzah tergeletak di tanah.

Jadi sekarang kita tahu bahwa FGM (Female Genital Mutilation = sunat bagi wanita) ternyata umum dilakukan diantara bangsa Arab di jaman Muhammad. Muhammad tidak berupaya apapun untuk mencegah praktek ini.
98 Ibn Sa’d vol.ii, p.50

Seperti yang dikatakan sebelumnya, setelah Muhammad dikeluarkan dari lubang, Abu Bakr, Umar, Ali dan orang2 Muslim lain membawanya ke sebuah gua untuk merawat luka2nya. Seorang Jihadis mengeluarkan cincin yang menembus pipi Muhammad. Sewaktu sedang melakukan ‘operasi’ primitif itu, dia memutuskan gigi taring Muhammad yang sudah rusak sejak tadi. Darah mengucur deras keluar dari luka Muhammad membasahi mukanya. Malik b. Sinan menghisap darah itu dan menelannya.[100] Melihat ini Muhammad berkata, “Dia yang darahnya bercampur dengan darahku tidak akan tersentuh api neraka.” [101] Abu Bakr, Umar, Ali dan sahabat2 dekat Muhammad berusaha menghibur Muhammad dan Talhah b. Ubaidullah yang terluka berat. Bagi mereka yang menyebarkan berita palsu tentang kematiannya, Allah mengeluarkan ayat Q 3:144, “Muhammad is but a messenger, messengers (the like of whom) have passed away before him. Will it be that, when he dieth or is slain, ye will turn back on your heels! He who turneth back doth no hurt to Allah, and Allah will reward the thankful.”

Para Jihadis di sekeliling Muhammad jadi sangat lelah dan banyak yang jatuh tertidur di gua itu. Dalam waktu singkat Muhammad akhirnya meninggalkan medan perang dan berlindung di pegunungan Uhud.

Pada saat itu, setelah pihak Quraish menyadari bahwa pihak Muslim telah dikalahkan dan mereka (pihak Muslim) telah melarikan diri ke pegunungan, mereka mulai memeriksa musuh2nya yang tewas di medan perang. Saat itu adalah tengah hari. Setelah siang berlalu, kaum Quraish mulai mencari mayat Muhammad, tapi tidak menemukannya sehingga mereka mulai curiga jangan2 dia tidak mati. Beberapa tentara Quraish memotong-motong mayat2 Muslim. Mereka memotong kuping2 dan hidung2 (bahkan juga alat kelamin) korban2 mereka dan dijadikan kalung. Hind bt Utbah sangat dikuasai rasa dendam sehingga dia tidak hanya mengenakan kalung2 dan gelang2 anggota badan musuhnya Hamzah, tapi juga terus melanjutkan dengan memotong-motong badan Hamzah. Dia robek perutnya, mengambil hati dan memakannya tapi rasanya sangat tak karuan sehingga dia memuntahkannya kembali. Abu Sufyan mengutuk perbuatan liar Hind itu.[102]

Lalu Abu Sufyan mendekati daerah dekat gua tempat Muhammad dkk berlindung dan bertanya siapa yang berada dalam gua. Tidak ada yang menjawabnya. Karena itu Abu Sufyan lalu meneriakkan bahwa orang2 Quraish telah membunuh semua ketua kelompok Muslim, termasuk Muhammad. Karena tidak tahan hinaan ini, Umar dengan marah berteriak balik dan mengatakan mereka semua masih hidup, selamat dan sehat, termasuk Muhammad. Meskipun agak kaget, Abu Sufyan ragu2 untuk melanjutkan pertumpahan darah dan mengatakan pada Umar bahwa tentara Quraish sedang memuaskan kemarahan dengan memotong-motong mayat2 Muslim, tidak peduli Umar suka atau tidak. Abu Sufyan sudah puas membayar kematian anak lakinya Hanzalah b. Abu Sufyan yang mati di Badr II. Dia lalu menantang Muhammad untuk bertemu lagi di tahun depan di Badr. Muhammad menerima tantangan ini. Setelah berteriak memuja Hubal (dewa terbesar di Ka’aba) dan Uzza (dewa lain dari Nakhla) atas kemenangan pihak Mekah, Abu Sufyan memerintahkan prajuritnya berbaris kembali ke Mekah. Akan hal ini, Muhammad mengumumgkan Allah sebagai pelindung kaum Jihadis.
99 Tabari, vol.vii, p.121
100 Mubarakpuri, p.323
101 Ibn Ishaq, p.754; Ibn Hisham’s note
102 Heykal, Ch. Uhud

Setelah Abu Sufyan pergi jauh dari tempat perlindungan kaum Muslim, Muhammad memerintah Ali untuk menyelidiki kepergian tentara Quraish. Ali melaporkan kembali bahwa orang2 Quraish menunggangi unta2 dan kuda2 mereka. Berita ini melegakan Muhammad karena ini menunjukkan tentara Quraish sudah pasti kembali ke Mekah dan tidak berencana untuk kembali ke Uhud/Medina. Setelah yakin tidak ada serangan lagi dari pihak Quraish, Muhammad memerintah para pengikutnya untuk ke luar dari tempat persembunyian. Jadi sekali lagi pihak Muslim kembali ke medan perang yang sekarang penuh dengan mayat2 kaum Jihadis yang dipotong-potong. Ini sungguh pemandangan yang mengerikan. Ketika Muhammad melihat tubuh paman dan saudara angkatnya, Hamzah, yang berceceran, dia sangat sedih dan mulai menangis. Keadaan tubuh Hamzah sungguh mengerikan sehingga Muhammad melarang bibinya, Saffiya untuk melihat mayat saudara lakinya Hamzah. Tapi Saffiya tetap datang dan melihat mayat saudara lakinya tergeletak di tanah dengan sebagian anggota badannya hilang atau terpotong-potong. Saffiya tenang, menguasai diri dan meminta Allah mengampuni Hamzah. Muhammad memerintahkan agar mayat Hamzah dikubur di tempat dia mati. Muhammad lalu bersumpah untuk membalas dendam dengan memotong-motong 30 orang Quraish bagi Hamzah. Ada yang bilang dia bersumpah untuk memotong 70 orang. Akan tetapi, praktek potong memotong ini dilarang kemudian di ayat Q 16:126. Muhammad lalu melarang pemotongan mayat tapi mengumumkan: “Jihadi yang terluka akan dibangkitkan di hari akhir dengan darah menetes dari lukanya dan bau lukanya akan seperti bau musk (wewangian).”[103] Selain itu dia juga berkata: “Tuhan menaruh roh2 mereka yang mati di Uhud dalam sekelompok burung2 hijau dan para Jihadis ingin kembali dari surga dan dibunuh lagi, lagi, dan laig.”[104]

Pesan yang sama bisa dilihat di
Hadis Sunaan Abu Dawud, Book 14, Number 2514:
Dikisahkan oleh Abdullah ibn Abbas:
Sang Nabi berkata: Ketika saudara2mu dibunuh di perang Uhud, Allah menaruh roh2 mereka dalam sekelompok burung2 hijau yang terbang ke sungai2 di surga, makan buah2nya dan bertelur di lampu2 emas di naungan Takhta (Allah). Lalu ketika mereka merasakan manisnya makanan mereka, minum dan istirahat, mereka bertanya: Siapa yang dapat mengatakan kepada saudara2 kami bahwa kami hidup di Surga, sehingga mereka tidak takut untuk melakukan Jihad dan tidak mau berperang? Allah yang Maha Tinggi berkata: Aku akan memberitahukan mereka tentang kamu; jadi Allah mengirim turun, “Dan jangan mengira mereka yang mati di jalan Allah… “
sampai akhir ayatnya.
103 Ibn Ishak, p.388
104 Ibn Ishak, p.400

Setelah mengubur rekan2 mereka, para Muslim termasuk Muhammad kembali ke Medina. Dalam perjalanan pulang ke Medina, banyak orang, terutama kaum wanita yang sangat ingin tahu nasib orang2 yang mereka cintai atau dekat dengan mereka. Muhammad tak punya pilihan lain kecuali menceritakan nasib buruk kekasih dan saudara2 mereka. Ketika dia melewati tempat tinggal para Ansar, Muhammad mendengar para wanita menangisi orang2 yang mereka kasihi. Dia sendiri menangis tapi tidak menemukan seorang pun yang menangis bagi Hamzah, paman Muhammad.

Di malam harinya (Sabtu, 7 Shawal), Muhammad bersama dengan tentara Muslim kembali ke Medina. Ketika Muhammad masuk ke rumah keluarganya, dia dan Ali memberikan pedang2 mereka kepada Fatima (anak Muhammad dan istri Ali) untuk membersihkan bercak darah pada pedang itu. Dilaporkan 70 Muslim mati di perang Uhud. Pihak Quraish kehilangan 23 orang.[105]

Ada beberapa kecelakan pembunuhan Muslim yang dilakukan pihak Muslim sendiri. Misalnya seperti yang sudah disebutkan bahwa Husayl b. Jabir al-Yaman dibunuh oleh pihak Muslim yang tidak mengenalinya. Muhamad membayar uang darah pada anak laki Husayl yang bernama Hudhayfah. Lalu Hudhayfah memberikan uang itu kepada para Muslim yang memerlukannya.

Anak laki Hatib yang bernama Yazid menderita luka parah dan dihibur oleh para Muslim lainnya dengan janji surga bagi yang mati sebagai martir. Mendengar hal ini, Hatib jadi marah dan menyalahkan pihak Muslim yang salah bunuh dan mengakibatkan anaknya mati. Muslim lain yang bernama Quzaman telah berperang dengan gagah berani dan membunuh 8 sampai 9 orang pagan dan dia sendiri luka parah. Ketika orang2 menyelamatinya karena keberaniannya, dia hanya berkata bahwa dia melakukan itu untuk membela masyarakatnya sendiri. Ketika rasa sakit yang ditanggungnya jadi tak terperikan, dia akhirnya bunuh diri dengan memotong urat nadi tangannya dengan mata anak panah. Muhammad sangat tidak suka akan Quzman yang berkata bahwa dia berperang dan mati untuk negaranya dan bukan untuk Allah dan RasulNya. Ketika para pengikut Muhammad tanya padanya tentang nasib Quzman setelah mati, Muhammad menjawab, “Dia jadi penghuni neraka.”[106]
105 Ibn Sa’d, vol.ii, p.50
106 Mubarakpuri, p.334

Seorang Yahudi yang bernama Mukhayriq juga mati di Uhud. Dia berperang bagi Muslim dan mengajak orang2 Yahudi lain untuk bertempur bersama Muhammad. Tapi kebanyakan Yahudi tidak ikut perang karena menghormati hari Sabbath (Sabtu). Melalui pengakuannya, Muhammad mengatakan bahwa Mukhayriq adalah Yahudi terbaik. Sahih Bukhari mencatat bahwa istri Muhammad yakni Aisha dan wanita lain bernama Umm Sulaim (tidak jelas apakah dia ini istri Muhammad atau bukan) menyediakan air bagi tentara Muslim di Uhud. Ini hadisnya:
Sahih Bukhari Volume 4, Book 52, Number 131:
Dikisahkan oleh Anas:
Di hari (perang) Uhud, ketika beberapa orang mundur dan meninggalkan sang Nabi, aku melihat 'Aisha bint Abu Bakr dan Um Sulaim, dengan jubah mereka terikat sehingga gelang2 kaki mereka tampak, membawa kantung2 air (di kisah lain ditulis “membawa kantung2 air di pundak mereka”). Lalu mereka menuangkan air ke mulut orang2, dan kembali mengisi kantung2 lagi dan kembali lagi menuangkan air ke mulut orang2.

Di malam hari setelah mereka kembali ke Uhud, tentara Muslim tetap siaga di kota Medina untuk berjaga-jaga andaikata pihak Quraish menyerang lagi. Di sepanjang malam Muhammad memikirkan lagi apa yang telah terjadi dan bagaimana masa depannya dan para pengikutnya. Kekalahan di Uhud teramat menyakitkan baginya dan kredibilitasnya sebagai Rasul Allah sekarang terancam – Muhammad tahu betul akan hal ini. Dia harus tetap tenang, berkepala dingin dan menguasai diri, dan harus menentukan langkah apa yang harus dia ambil untuk memulihkan kredibilitasnya dan rasa terpesona para pengikutnya terhadap dirinya. Bagi mereka, dia tak terkalahkan dan dekat dengan Allah – hal ini merupakan kebenaran mutlak bagi mereka. Muhammad bersumpah untuk tidak akan kehilangan kekuatan kharisma dan hipnotisnya terhadap para Jihadis. Di saat yang sama dia pun sadar akan bahaya tentara Quraish kembali dan menyerang Medina tiba2. Satu2nya pilihan baginya adalah ke luar untuk mencari tahu tentang tentara Quraish dan memasukkan teror dalam hati mereka dengan segala cara yang bisa dia lakukan – dia tahu benar akan hal ini.

Bersambung ke Bagian 7
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Tue Dec 20, 2005 3:10 pm

Bagian Tujuh
‘Kita harus bayar pajak untuk pergi ke Surga’ ---Ramzi Binalshibh [107]

Teror Twenty-two
Penyerangan atas Hamra al-Aswad oleh Muhammad—March, 624M


Seperti yang telah ditulis sebelumnya, Muhammad sangat gundah akan kekalahan pihak Muslim di Uhud. Karena itu, untuk mengangkat moral para Muslim dan tetap membuat takur orang2 Yahudi dan orang2 munafik, dia merencanakan beberapa serangan terhadap musuh untuk membalas kekalahan di Uhud.

Jadi pada hari Minggu, tanggal 8 Shawaal, AH 3 (24 March, 625), sehari setelah perang Uhud, ketika para Muslim bangun, mereka mendengar Muhammad memanggil mereka untuk mengejar tentara Quraish. Dia memerintahkan para tentara untuk bersiap, tapi hanya mereka yang ikut perang Uhud di hari sebelumnya yang boleh bergabung dengan operasi militer baru ini. Tak dapat disangkal bahwa dia melakukan hal ini untuk membangkitkan semangat para Jihadis, untuk menghilangkan ingatan kekalahan mereka yang memalukan di Uhud dan untuk membakar moral prajurit2nya yang tadinya hilang. Seorang Muslim yang tidak ikut perang Uhud karena ayahnya tidak memberi ijin baginya untuk berperang Jihad, diijinkan ikut masuk tentara Muslim. Seorang anak laki dari Jihadis yang mati terbunuh di Uhud minta ijin Muhammad untuk ikut operasi militer ini dan dia pun diijinkan ikut. Selain mereka, beberapa Jihadis yang terluka juga ikut barisan tentara ini.

Tak lama sebelum Muhammad mengejar tentara Mekah, dia mengirim tiga orang pengintai yang semuanya berasal dari B. Aslam untuk memeriksa jejak kaki tentara Mekah. Dua dari mereka bertemu dengan tentara Mekah di Hamra al-Asad, sekitar 8 (atau 10 menurut Ibn S’ad) mil dari Medina. Abu Sufyan sudah mengetahui tentang usaha Muhammad untuk mengejar tentara Mekah. Dua pengintai mendengar percakapan diantara orang2 Quraish: apakah mereka harus kembali dan menghabisi para Muslim sekali untuk selamanya atau kembali ke Mekah. Abu Sufyan sebenarnya ingin kembali dan menghancurkan tentara Muslim tapi setelah bertukar pikiran dengan Safwan ibn Umayyah, dia tidak jadi melakukan hal itu dan melanjutkan perjalanan kembali ke Mekah. Ini terjadi sehari sebelum Jihadis Muslim tiba di Hamra al-Asad. Sebelum berangkat dari Hamra al-Asad, tentara Quraish menemukan dua pengintai Muslim, menangkap dan membunuh mereka, lalu melemparkan mayat2 mereka di jalan. Tidak diketahui bagaimana nasib pengintai ketiga. Tampaknya dia melarikan diri kembali ke Muhammad.

Para Jihadis di bawah pimpinan Muhammad yang berbalut perban pergi ke Hamra al-Asad dan menemukan dua mayat pengintai yang dikirim Muhammad untuk mengintai tentara Quraish. Setelah Muhammad tahu bahwa tentara Quraish tidak ada di sana untuk menyerangnya lagi, dia merasa lega dan mengambil keputusan untuk diam di tempat itu selama 3 malam (atau 5, menurut Ibn Sa’d) sampai hari Rabu (25-27 March, 625) sebelum kembali ke Medina. Ketika dia sedang menunggu kesembuhan dari luka yang didapatnya di perang Uhud, dai memerintahkan pembakaran 500 kayu bakar yang ditumpuk tinggi untuk mengirim pesan pada tentara Quraish bahwa dia masih tetap kuat.
Ketika Muhammad sedang berada di Hamra al-Asad, dia membuat persetujuan dengan Mabad al-Khuzaah di Tihamah. Orang2 Muslim dan pagan dari Tihamah adalah sekutu terpercaya Muhammad. Mereka setuju untuk tidak menyembunyikan apapun dari Muhammad.
107 Masterminds of terror, p116; Ramzi Binalshibh was one of the planners of 9/11

Lalu, Mabad pergi ke Mekah dan bertemu dengan Abu Sufyan. Mabad memberi keterangan palsu bahwa Muhammad sedang mengumpulkan kekuatan untuk memerangi Abu Sufyan. Pada saat itu Abu Sufyan dan kawan2nya sedang merencanakan serangan hebat ke Medina untuk menghabisi pihak Muslim sama sekali. Mendengar bualan Mabad tentang kekuatan militer Muhammad, Abu Sufyan menarik kembali rencananya untuk segera menyerang para Muslim.[108] Jadi Muhammad sekali lagi membuktikan bahwa penggunaan teror dan tipuan memang berguna untuk tujuannya.

Setelah menunjukkan keberaniannya di Hamra al-Asad, Muhammad kembali ke Medina. Seorang serdadu Quraish berkeliaran di Hamra al-Asad. Dia adalah penulis puisi yang bernama Abu Azzah al-Jumahi, yang adalah seorang yang miskin yang mempunyai 5 anak perempuan. Dia tertinggal rombongan tentara Quraish. Sebelumnya, dia adalah tawanan perang Badr II. Karena dia miskin dan tidak mampu membayar uang tebusan bagi dirinya sendiri, maka dia memohon untuk dimerdekakan. Muhammad membebaskannya asalkan dia berjanji tidak akan melawan pihak Muslim lagi. Akan tetapi dia tergoda oleh orang2 Mekah untuk berperang lagi melawan Muslim karena dijanjikan upah yang besar kalau menang atau untuk mengurus ke 5 anaknya jikalau dia mati terbunuh. Setelah pihak Muslim kalah telak di Uhud, dia memohon ampun kepada Muhammad, tapi Muhammad tidak menaruh kasihan padanya dan memerintahkan agar Abu Azzah dibunuh karena dia telah melanggar janjinya. Hazrat Ali lalu membunuhnya.[109]

Seoarang Quraish lain ketika kembali ke Mekah kesasar di jalan dan bermalam di dekat Medina. Di pagi harinya dia pergi ke rumah Uthman ibn Affan (menantu Muhammad). Uthman menjumpainya, memberinya kemurahan hati selama 3 hari, menyediakan unta dan kebutuhannya untuk perjalanan kembali ke Mekah. Setelah sepakat tentang itu, Uthman berangkat dengan Muhammad ke Hamra-al-Asad. Orang Quraish yang sial ini berlambat-lambat dan tinggal di Medina lebih dari 3 hari. Muhammad yang mendengar keterlambatannya lebih dari sehari itu menangkapnya dan memerintahkan agar dia dibunuh.

Al-Harith b. Suwayd adalah seorang yang munafik. Dia pergi ke Uhud bersama Muslim tapi membunuh beberapa Muslim. Lalu dia lari ke Mekah, bergabung dengan kelompok Quraish. Setelah itu, Al-Harith mengirim saudara lakinya menghadap Muhammad untuk minta ampun, sehingga dia boleh kembali ke Medina. Muhammad mengijinkannya kembali, tapi belum mengambil keputusan tentang nasibnya, dan memilih menunggu sampai dia kembali dari Hamra al-Asad. Atas keraguannya ini, Allah dengan cepat mengirim ayat Q 3:86 yang memutuskan bahwa siapa yang menolak iman Islam setelah menerimanya harus dihukum mati. Karenanya, setelah kembali ke Medina, Muhammad memerintahkan pembunuhan atas al-Harith b. Suwayd karena dugaan pembunuhan atas al- Mujaddzir of B. Aws. Pembunuhan (yakni dugaan pembunuhan yang tak terbukti atas al-Mujaddzir) terjadi 9 atau 10 tahun sebelumnya. Muhammad memerintahkan Uthman b Affan, menantunya, untuk memenggal kepala al-Harith. Hazrat Uthman memenggal al-Harith di pintu gerbang mesjid, tepat di hadapan Muhammad.[110]
108 Tabari, vol. vii, p.140
109 Tabari, vol. vii, p.141-142

Sukses perampokan Badr II dilihat orang sebagai bukti pengakuan ilahi Muhammad. Sekarang, kekalahan di Uhud menjatuhkan pengakuan bahwa dirinya adalah nabi. Orang2 Yahudi mulai menyebarkan pertentangan ini. Muhammad sekarang sangat perlu untuk menegakkan reputasinya yang goyah dan membangkitkan moral para pengikutnya. Dia mulai berkhotbah bahwa kekalahan di Uhud adalah karena para munafik. Dia mengaku bahwa Allah di Sura 3 telah memberitahu kebenaran baginya. Lalu dia melanjutkan dengan memisahkan para pengikutnya yang sejati dari para munafik dengan menyalahkan mereka yang tinggal di rumah dan tidak ikut Jihad di Uhud. Dengan menyatakan bahwa andaikata dia mati sekalipun, tujuan tindakannya tetap berlaku, dia menjanjikan keberhasilan di masa depan kepada para pengikutnya jika mereka tetap teguh dan berani. Tujuannya itu sendiri adalah kehidupan fana dan ilahi – dia sangat tegas akan hal ini. Nasehatnya memberi pengaruh yang kuat pada para Jihadis sejati, dan mereka sekarang jadi lebih yakin. Muhammad merasa puas karena dia benar2 dapat membuat para pengikutnya yang gampang dikibulin itu menerima teori apapun yang dikarangnya sebagai suatu kebenaran.

Teror Dua Puluh Tiga
Perampokan atas B. Asad ibn Khuzaymah di Katan daerah Nejd oleh Abu Salma b. Abd al Asad al-Makhzumi —April, 625M


Bani Asad ibn Khuzaymah, yakni para penduduk di Katan, di dekat daerah Fayd yang ada sumber mata airnya, adalah suku bangsa yang kuat yang punya hubungan erat dengan kaum Quraish. Mereka tinggal di bukit Katan di daerah Nejd. Muhammad mengaku bahwa dia menerima laporan pengintainya tentang rencana suku ini untuk menyerang Medina. Jadi dia mengirim 100 pasukan tentara di bawah pimpinan Abu Salma b. Abd al Asad al-Makhzumi untuk menyerang suku ini tiba2. Di hari pertama Muharram [111] ketika mereka sedang tidak siap sama sekali, Abd al-Asad menyerang dan meneror mereka and merampas jarahan rampokan.

Akan tetapi operasi teror ini tidak sukses besar. Ketika para Jihadis tiba di tempat itu, para calon korban melarikan diri dan orang2 Muslim hanya menemukan tiga gembala dengan kelompok unta dan kambing yang besar. Mereka mengambil semua ternak itu sebagai barang jarahan, dan ketiga gembala sebagai tawanan. Lalu para unta, kambing, dan ke 3 tawanan dibawa ke Medina. Muhammad mengambil seorang tawanan (sebagai budak) bagi dirinya sendiri, mem-bagi2kan unta dan kambing diantara para Jihadis sambil mengambil 1/5 bagian barang jarahan untuk dirinya sendiri. Keberhasilan usaha perampokan ini mengembalikan harga diri sebagian Muslim yang tadinya hilang setelah perang Uhud. Abu Salamah tidak hidup lebih lama lagi setelah perampokan ini karena infeksi luka yang diterimanya di perang Uhud.
Sehubungan dengan penjarahan ini, perlu diutarakan bahwa berdasarkan hukum Islam tentang penjarahan, semua barang jarahan yang dapat dipindahkan harus dibawa dan dipindahkan dari tempat penjarahan. Berdasarkan hukum Islam, tidak merampas kekayaan kafir setelah keberhasilan perampokan adalah perbuatan yang bertentangan dengan hukum. Dalam aturan Ghanimah (penjarahan), Dictionary of Islam menulis, “Jika Imam atau ketua tentara Muslim menaklukkan suatu negara dengan kekuatan bersenjata, dia bebas untuk membiarkan tanah tetap dimiliki pemilik aslinya, selama orang ini bayar upeti, atau dia (Imam/ketua tentara Muslim) harus membagi-bagikannya diantara orang2 Muslim; tapi tentang barang2 yang dapat dipindahkan, adalah termasuk pelanggaran hukum jika dia(Imam/ketua tentara Muslim) membiarkan barang2 ini tetap dimiliki kafir, jadi dia harus mengambilnya ke luar bersama tentara Muslim dan membagi-bagikannya diantara para tentara Muslim.”[112]
110 Ibn Ishaq, pp.755- 756, Ibn Hisham’s note
111 Ibn Sa’d, vol.ii, p.150


Teror Dua Puluh Empat
Pembunuhan atas Sufyan ibn Khalid, ketua Banu Lihyan di Urana (serangan pertama atas Banu Lihyan) oleh Abd Allah b. Unays—April, 625 M


Banu Lihyan adalah cabang dari suku kuat Hudhayl (bagian dari kaum Quraish), yang menempati daerah sekitar Mekah. Ketika teror Jihadis Muhammad menjadi tak tertahankan, mereka membujuk ketua suku mereka yang bernama Khalid ibn Sufyan al-Hudhayli di Urana untuk melakukan perang mencontoh dari kemenangan perang Uhud.

Empat hari setelah perampokan di Katan (yakni hari ke 6 Muharram), Muhammad mengetahui bahwa Sufyan ibn Khalid (atau Khalid b. Sufyan) sedang mengumpulkan orang2 di Nakhla untuk menyerangnya. Jadi dia memanggil Abd Allah b. Unays untuk pergi ke Nakhla atau Urana untuk membunuh ibn Khalid. Ketika Abd Allah b. Unays menanyakan seperti apa sosok calon korbannya, Muhammad menjawab, “Kalau kau melihat dia, kau akan takut dan terkejut dan kau akan ingat Setan.”[113] Abd Allah b. Unays berkata ia tidak takut akan ibn Khalid, tapi untuk membunuhnya, dia (Abd Allah) harus menggunakan tipu muslihat. Dia minta ijin Muhammad untuk berbohong dan melakukan penipuan. Muhammad tanpa ragu mengijinkannya berbuat itu.[114] Abd Allah b. Unays sembahyang pada Allah sebelum pergi untuk membunuh musuhnya. Dia menghabiskan hampir 18 hari untuk mencari jalan untuk masuk ke dalam tentara baru yang direkrut ibn Khalid. Lalu dia menemukan ibn Khalid di suatu tempat perhentian. Ketika dia bertemu dengannya, dia menundukkan kepala tanda hormat pada ibn Khalid. Lalu ibn Khalid menanyakan siapa dia, dan Abd Allah menjawab bahwa dia adalah orang Arab yang ingin bergabung sebagai sukarelawan dalam tentara ibn Khalid untuk bertempur melawan Muhammad. Sufyan ibn Khalid percaya padanya dan menyediakan tempat bernaung baginya. Lalu ketika sedang bercakap-cakap, Abd Allah b. Unays berjalan dekat ibn Khalid, dan ketika kesempatan datang, dia menikamnya dengan pedangnya dan membunuhnya. Setelah membunuh ibn Khalid, dia memenggal kepalanya dan membawanya kepada Muhammad. Ketika itu Muhammad sedang berada di mesjid. Abd Allah melemparkan kepala ibn Khalid ke dekat kaki Muhammad. Ketika dia menceritakan detail upaya pembunuhan, Muhammad memujinya dan memberinya hadiah sebuah tongkat sebagai tanda antara Muhammad dan Abd Allah di hari akhir. Abd Allah mengikatkan tongkat itu pada pedangnya dan tongkat itu terus bersamanya sampai ajalnya. Ketika dia mati, tongkat itu pun dikubur bersama mayatnya.[115]

Pembunuhan ini berakibat diamnya Banu Lihyan untuk beberapa saat. Tapi cabang lain Banu Liyhan ingin balas dendam atas kematian ketua mereka Sufyan ibn Khalid.
112 Hughes, dictionary of Islam, p.459
113 Ibn Sa’d, vol.ii, p.60
114 Ibid
115 Ibn Ishaq, p.664-665


Teror Dua Puluh Lima
Pembunuhan di al-Rajii—May atau July, 625 M


Ini adalah bagian penting dalam awal sejarah Islam. Di bagian teror dan pembunuhan ini kita bisa melihat sedikit tentang masyarakat Bedouin Arab yang sangat gampang melakukan kekerasan. Mencurahkan darah adalah kegiatan rutin dalam budaya barbar, tidak peduli siapa yang memulainya atau siapa yang salah atau benar. Pada saat kau membaca bagian ini tentang Islam yang ‘damai’, ingatlah kekerasan yang tak kunjung reda yang terjadi di seluruh dunia, dilakukan oleh Jihadis Islam. Ada beberapa versi dari kisah ini – sukar untuk menentukan dari perbedaan kisahnya. Ini adalah versi yang kusarikan, terutama dari versi Tabari dan Ibn Ishaq. Variasi ditandai dengan referensi yang sesuai.

Tak lama setelah perang Uhud, sekelompok orang dari Adal dan al-Qarah datang menghadap Muhammad, memintanya untuk mengirim untuk mereka beberapa guru untuk mengajar Islam kepada masyarakat mereka yang ingin memeluk Islam. Muhammad dengan segera menyetujui hal ini, dan dengan cepat mengirim 6 orang (atau 10 menurut Ibn Sa’d [116]) bersama mereka. Tapi sebenarnya, kelompok orang ini dikirim oleh Banu Lihyan yang ingin balas dendam atas pembunuhan ketua mereka, Sufyan ibn Khalid al-Hudhayli (lihat Teror 24). Orang2 ini adalah agen2 bayaran dari Bany Lihyan. Diantara 6 guru yang dipilih Muhammad adalah Asim b. Thabit, saudara laki dari B. Amr b. Awf, Marthad b. Abi Marthad (atau Asim b. Thabit menurut Ibn Sa’d [117]) ditunjuk sebagai ketua kelompok guru ini.

Ketika rombongan Muslim tiba di al-Raji, mereka bermalam di situ. Orang2 Adal dan Qarah yang adalah sekutu Hudhayl, pemilik sumber mata air, tiba2 menyerang dengan pedang mereka kepada ke 6 guru Muslim untuk merampok uang yang mereka miliki. Mereka berjanji untuk tidak membunuh, tapi minta uang. Akan tetapi orang2 Muslim tidak percaya akan janji mereka dan balik melawan. Semua Muslim kecuali Zayd b. al-Dathinnah, Khubyab b. Adi dan Abd Allah b. Tariq dibunuh. Ketiga orang Muslim ini menyerah dan dibawa sebagai tawanan untuk dijual di Mekah. Setelah membunuh Asim b. Thabit, Hudhayl ingin menjual kepalanya kepada Sulafah bt. Sad b. Shuhayd karena Sulafah telah bersumpah untuk minum dari batok kepala Asim b. Thabit. Ini adalah tindakan balas dendam atas kematian anak2 lakinya (Ingat? Kedua anak Sulafah yang bernama Musafi dan Julas dibunuh Asim b. Thabit di Uhud) di Uhud. Mereka tidak dapa memotong kepala Asim b. Thabit karena lebah2 penyengat melindunginya dan Allah mengirim banjir yang lalu membawa tubuh Asim! Dikatakan bahwa Asim bersumpah bahwa tiada satupun dari orang pagan yang layak menyentuh tubuhnya atau tubuhnya tidak akan bersentuhan dengan tubuh orang pagan. Ketika rombongan dan para tawanan perang tiba di al-Zahran, Abd Allah b. Tariq mencoba melarikan diri, tapi para penawannya membunuhnya dengan melempari batu sampai mati. Kedua tawanan lain dibawa ke Mekah dan dijual sebagai budak. Hujayr b. Abi Ihab membeli Khubayb atas nama Uqbah b. al-Harith, sehingga Uqbah dapat membunuh Khubyab sebagai balas dendam atas pembunuhan ayahnya di Uhud. Safwan b. Umayyah membeli Zayd b. al-Dathinah untuk dibunuh sebagai balas dendam atas pembunuhan ayahnya yang bernama Umayyah b. Khalaf di Badr II.
116 Ibn Sa’d vol.ii, p.66
117 Ibid

Sejarawan Islam seperti Ibn Ishak menyatakan bahwa Khubyab adalah budak yang dapat dipercaya karena dia tidak melukai anak laki yang masih kecil milik keluarga al-Harith sewaktu anak itu bersamanya dan Khubyad sedang memegang pisau untuk memotong rambutnya. Di kemudian hari, ibu anak itu mengaku bahwa dia belum pernah bertemu dengan seorang tawanan yang budinya seluhur Khubyab. Tentu saja kisah2 ini dilebih-lebihkan dan terserah pada pembaca untuk menilai. Khubyab dipenjara sambil menunggu waktu disalib dan tetap dipenjara sampai bulan2 suci berlalu, dan lalu orang2 Quraish membunuhnya.[118] Pada waktu dia akan dibunuh di Ka’aba, Khubyab mohon diijinkan sembahyang. Dia diijinkan sembahyang dan ini jadi tradisi bagi kaum Muslim untuk sembahyang dulu sebelum mereka dihukum mati. Setelah selesai sembahyang, Abu Sirwaah b. al-Harith b. Amir membawa Khubyab ke luar dan memancungnya. Tawanan lain Zayd b. al-Dathinah diberikan pada pelayan Safwan yang bernama Nastas untuk dibunuh. Sebelum pembunuhan Zayd b. al-Dathinah, Abu Sufyan ingin menyelamatkan nyawanya untuk ditukar dengan nyawa Muhammad. Tapi kasih Zayd terhadap Muhammad demikian besar sehingga dia tidak mau Muhammad disakiti sedikit pun. Akhirnya Nastas membunuh Zayd b. al-Dathinah.

Muhammad dan masyarakat Muslim sangat sedih mendengar berita kematian ke 6 Jihadis. Hassan ibn Thabit, sang penulis puisi Muslim mengarang sebuah puisi untuk mengingat mereka. Muhammad sadar bahwa hal ini dapat menggoyahkan kewibawaan Muslim andaikata terulang lagi. Untuk melawan rasa takut itu, Allah dengan cepatnya mengirim jaminanNya di ayat Q 2:204.

Ketika berita penculikan dan penjualan kedua budak Muslim itu terdengar Muhammad, dia dengan segera mengirim Abu Kurayb ke Quraish untuk mengintai. Dikisahkan bahwa dia melepaskan ikatan pada mayat Khubyab yang tergantung di kayu salib. Dikisahkan pula bahwa tubuh Khubyab jatuh ke tanah dan hilang untuk selamanya.


Teror Dua Puluh Satu
Usaha Pembunuhan atas Abu Sufyan b. Harb oleh ‘Amr b. Umayyah al-Damri—July, 625M


Setelah pembunuhan atas Khubyab (setelah pembunuhan di al-Rajii) dan kawan2nya, Muhammad memerintah seorang pembunuh bayaran yang bernama Amr b. Umayyah al-Damri [119] bersama dengan seorang Ansar untuk membunuh Abu Sufyan b. Harb. Dikisahkan pula bahwa pada waktu yang bersamaan Abu Sufyan juga mengirim seorang pembunuh untuk menghabisi Muhammad. Orang2 Muslim menangkap pembunuh ini dan dia minta diampuni. Muhammad mengampuninya dan dia pun lalu memeluk Islam.[120] Tapi Muhammad mau membalas dendam kepada Abu Sufyan. Dia mengirim dua orang pembunuh yang dipimpin oleh pembunuh sewaan Amr b. Umayyah untuk membunuh Abu Sufyan secara diam2 ketika dia sedang istirahat atau tidur. Dua Jihadis pembunuh ini lalu pergi naik unta. Menurut Tabari, orang Ansar yang ikut serta menderita sakit kaki. Mereka melanjutkan perjalanan naik unta sampai di lembah Yajaj di mana mereka sepakat bahwa Amr harus pergi ke rumah Abu Sufyan untuk membunuhnya. Jika ketahuan atau ada bahaya, maka orang Ansar itu harus segera kembali ke Muhammad untuk melaporkan dan mendapat perintah selanjutnya. Usaha Amr untuk membunuh Abu Sufyan gagal dan dia kembali kepada kawannya orang Ansar.
118 Ibn Ishak, p.761
119 Tabari vol. vii, p.148
120 Ibn Sa’d, vol ii, p.116

Mereka masuk Ka’aba dan melakukan ibadah haji. Ketika ke luar, seorang (yang menurut Ibn Sa’d bernama Muawiyah) mengenal Amr b. Umaya dan berteriak keras karena Amr adalah orang yang sangat ganas dan liar. Orang2 di sekitar Ka’aba mulai mengepung Amr. Amr dan kawannya orang Ansar lari ke gunung lalu masuk suatu gua sehingga berhasil menghindari orang2 Mekah dan mereka bermalam di gua itu. Ketika mereka berada di gua, seorang Quraish pergi ke sana untuk memotong rumput bagi keledainya. Dia pergi dekat dengan letak gua di mana Amr berlindung. Amr ke luar dari gua dan membunuhnya tanpa alasan apapun. Jeritan orang Quraish ini menarik perhatian orang2 Mekah yang sedang mencari Amr. Ketika orang2 Mekah datang untuk menolong, orang Quraish yang terluka parah ini mengatakan bahwa Amr menusuknya lalu dia pun mati. Orang2 Mekah begitu sibuk menolong orang Quraish itu sehingga mereka tidak sempat mencari Amr. Setelah dua hari berdiam di gua itu, Amr dan kawannya ke luar, dan ketika mereka mencapai al-Tanim, mereka menemukan salib Khubyab. Seorang menjaga salib itu. Amr menasehati orang Ansar temannya yang ketakutan untuk naik unta dan kembali ke Muhammad dan melaporkan apa yang terjadi. Amr sendiri lalu mendekati salib dan melepas ikatan tali di mayat Khubyab dan memanggul mayat itu. Tapi tak lama kemudian orang2 Mekah mengetahuinya sehingga Amr cepat2 membuang mayat Khubyab dan melarikan diri ke arah al-Safra dan berhasil menghindar orang2 Mekah. Kawannya orang Ansar berhasil kembali ke Muhammad dan melaporkan apa yang terjadi.

Amr melanjutkan jalan kaki sampai tiba di sebuah gua lain dan berlindung di situ dengan membawa panah dan busurnya. Seorang gembala yang bermata satu dari Banu al-Dil datang untuk bernaung di gua itu pula. Amr berbohong padanya dengan mengatakan dirinya berasal dari Banu Bakr (teman suku Quraish). Orang bermata satu itu juga mengaku berasal dari Banu Bakr. Lalu dia berbaring di samping Amr dan menyanyikan lagu yang menyatakan dia tidak akan pernah mau jadi Muslim seumur hidupnya. Nyanyian ini membuat Amr marah dan ingin menghabisi orang mata satu itu. Segera setelah orang itu tidur, Amr bangun dan membunuh orang itu dengan menusukkan anak panahnya ke mata orang itu yang masih bagus, menembus ke dalam sampai ke luar dari lehernya. Setelah membunuh gembala Bedouin itu, Amr lari ke lua gua dan menuju ke dusun yang tak jauh dari situ, lalu ke Rakubah dan akhirnya ke al-Naqi. Ketika di sana, dia melihat dua mata2 Mekah yang dikirim untuk mengawasi Muhammad. Amr meminta mereka menyerah. Satu orang tidak mau dan Amr membunuhnya dengan panahnya. Yang satu lagi menyerah dan Amr mengikatnya dan membawanya pada Muhammad. Ketika Amr tiba menghadap Muhammad dengan tawanan seorang Mekah, Muhammad memberkati Amr karena melaksanakan tugas dengan baik.


Teror Dua Puluh Tujuh
Pembunuhan di Bir Maunah—July, 625M


Bagian ini merupakan kisah tragis orang2 Muslim. Ini melibatkan pembantaian 40 (menurut Ibn Ishaq) atau 70 misionaris Muslim yang dibunuh oleh kafir. Meskipun begitu, jika kita melihat penghancuran dan teror yang dilakukan Muhammad terhadap mereka yang tidak percaya padanya, sudahlah jelas bahwa Muhammad memang membangkitkan keinginan korban2nya untuk membalas dendam padanya. Bagaimana pun juga tidak ada orang yang tahan dan bisa terus menahan diri atas kegiatan perampokan, teror, penyiksaan, pembunuhan politik, penyerangan, dll yang dilakukan tanpa henti oleh Muhammad. Sudah saatnya bagi para kafir untuk membalas dendam dan memberi pelajaran yang layak bagi Muhammad.

Sewaktu aku memeriksa beberapa sumber2 Islam tentang detail kisah ini, aku menemukan banyak kisah yang bertentangan dan tidak jelas. Tulisanku ini adalah hasil kesimpulanku yang terbaik tentang kejadian penting awal sejarah Islam.

Empat bulan setelah perang Uhud, dan kembalinya pembunuh bayaran Amr b. Umayyah, ketua rombongan Banu Amir b Sasaah yang bernama Abu Bara yang telah lanjut usia datang menghadap Muhammad dan memberinya hadiah. Abu Bara menginap di Medinah. Muhammad tidak bersedia menerima hadiah sebab pemberinya adalah orang pagan dan meminta Abu Bara untuk memeluk Islam. Abu Bara menolak meskipun dia menyadari beberapa hal yang baik dalam Islam. Dia meminta Muhammad untuk mengirim beberapa Muslim kepada orang2 Najd agar mereka memeluk Islam. Awalnya, Muhammad sangat ragu akan permintaan ini karena takut hal buruk akan menimpa orang2 Muslim (misionaris Islam) yang dikirim ke sana. Karena melihat keraguan Muhammad, Abu Bara menjamin keselamatan misionaris Islam. Setelah mendengar itu, Muhammad mengirim 40 pengkhotbah Islam (yang lain bilang 70), dan menunjuk al-Mundhir b. Amr sebagai ketua tim misionaris ini. Dikisahkan bahwa mereka adalah Muslim2 terbaik dalam kelompok Muhammad.

Para ahli Qur’an ini naik kuda sampai mereka mencapai sumur Bir Maunah. Bir Maunah terletak dekat perbatasan B. Amir dan B. Sulaym. Di Bir Maunah, orang2 Muslim mengirim utusan yang membawa sebuah surat dari Muhammad untuk Amir b. Tufayl, yakni saudara sepupu Abu Bara dan pemimpin B. Amir. Ketika utusan itu bertemu dengan Amir b. Tufayl, Amir segera membunuh utusan itu tanpa membuka surat dari Muhammad. Amir b. Tufayl lalu meminta suku B. Amir untuk menolongnya memerangi orang2 Muslim. Mereka menolak memenuhi permintaan Amir b. Tufayl karena tidak mau mengkhianati janji keselamatan yang telah mereka berikan untuk Abu Bara bagi orang2 Muslim. Jadi Amir b. Tufayl minta tolong pada B. Sulaym untuk melawan orang2 Muslim. Permintaan dipenuhi dan mereka lalu bersama-sama menyerang orang2 Muslim. Pihak Muslim melawan kembali tapi akhirnya semuanya mati kecuali Ka’b b. Zayd. Dia dalam keadaan sekarat sewaktu musuh meninggalkannya. Tapi dia tidak mati dan akhirnya bisa kembali ke Medina.


Sahih Bukhari mengisahkan kejadian ini.
Hadith Sahih Bukhari Volume 2, Book 16, Number 116:
Dikisahkan oleh 'Asim:
Aku bertanya pada Anas bin Malik tentang Qunut. Anas menjawab, “Itu pasti dilafalkan.” Aku bertanya, “Setelah atau sebelum menyembah?” Anas menjawab, “Sebelum menyembah.” Aku berkata lagi, “Orang ini dan itu memberitahuku bahwa kau memberitahu mereka setelah menyembah.” Anas menjawab, “Dia bohong (atau salah mengerti, menurut dialek Hijazi). Rasul Allah melafalkan Qunut setelah menyembah dalam suatu periode dalam sebulan.” Annas menambahkan, “Sang Rasul mengirim 70 orang (yang tahu dan hafal tentang Qur’an) kepada kaum pagan (di Najd) yang jumlahnya lebih sedikit daripada mereka dan ada perjanjian damai diantara mereka dan Rasul Allah (tapi orang pagan melanggar perjanjian itu dan membunuh ke 70 orang Muslim). Lalu Rasul Allah melafalkan Qunut selama suatu periode dalam satu bulan meminta Allah untuk menghukum mereka.”


Ketika berita pembantaian itu didengar Muhammad, dia sangat sedih dan mengirim Amr. b. Umayyah (Ingat? Sang pembunuh bayaran) dan seorang Ansar untuk menyelidiki seluruh kejadian itu. Mereka mendekati tempat pembunuhan dan menemukan mayat2 para Muslim dari melihat burung2 bangkai yang terbang di atasnya. Mereka menyaksikan mayat2 itu terbaring dalam genangan darah dan para pembunuhnya berdiri tak jauh dari situ. Dengan marahnya kedua orang itu menyerang orang pagan. Tapi orang2 pagan dengan cepat sekali membunuh orang Ansar dan menangkap Amr b. Umayyah sebagai tawanan. Tapi tak lama kemudian dia dibebaskan oleh Amir b. Tufayl karena mereka saudara dekat. Sebelum membebaskan Amr, Amir memotong rambut bagian depannya.

Setelah dibebaskan, Amr b. Umayyah kembali ke Medina. Di tengah jalan, dia berhenti di Qarkarat yakni tempat sebuah oasis. Di sini dia bertemu dengan dua orang dari B. Amir yang berhenti di dekat Amr b. Umayyah. Suku B. Amir punya perjanjian perlindungan dengan Muhammad, tapi Amr b. Umayyah tidak tahu akan hal ini. Ketika kedua orang dari B. Amir ini tertidur, Amr menyerang dengan cepat dan membunuh kedua orang ini dengan berpikir bahwa dia sudah membalas dendam. Ketika Muhammad tahu apa yang telah Amr perbuat, dia berkata pada Amr bahwa dirinya (Muhammad) harus membayar uang darah. Muhammad menyalahkan semua peristiwa pembunuhan pada Abu Bara. Ketika Abu Bara mendengar hal ini, dia sangat menyesal akan pengkhianatan Amir b. Tufayl.

Orang mungkin akan bertanya mengapa hanya Muhammad yang harus bayar uang darah untuk pembunuhan kedua orang B. Amir tapi dia (Muhammad) sendiri tidak menerima uang darah atas pembunuhan misionaris Muslim? Tabari menjelaskan aturan uang darah yang membingungkan ini dalam catatan kaki.[121] Dia menulis:
“Muhammad harus membayar uang darah atas pembunuhan kedua orang dari suku B. Amir karena kedekatan hubungannya dengan suku B. Amir. Dia tidak bisa menuntut uang darah bagi para Muslim yang tampaknya dibunuh oleh orang2 B. Sulaym bahkan meskipun jika Amir b. Tufayl meminta B. Sulaym untuk melakukannya.”

Untung mengenang pembantaian para misionari Muslim, Hassan b. Thabit (penulis puisi pribadi Muhammad) menyusun sebuah puisi tentang nasib naas mereka dan membujuk anak2 laki Abu Bara untuk melawan Amir b. al-Tufayl. Ketika anak laki Abu Bara yang bernama Rabiah mendengar puisi Hassan b. Thabit, dia menyerang Amir b. Tufayl tapi gagal membunuhnya. Amir lalu menyalahkan Abu Bara dan bersumpah untuk balas dendam dengan membunuh sendiri atau dengan orang lain.

Muhammad tentu saja sedih sekali dengan terjadinya pembunuhan di Bir Maunah. Para pengikutnya patah semangat ketika mengetahui kejadian ini. Untuk membangkitkan moral mereka, Allah dengan cepat mengirim ayat2 Q 3:169-173, di mana Dia mengumumkan bahwa para Jihadis tidak mati, dan tetap hidup bersamaNya di surga. Dikatakan bahwa Allah mengeluarkan ayat satu lagi yang mengatakan para Jihadis memberitahu orang2 bahwa mereka telah bertemu Allah, tapi ayat ini kemudian dibatalkan.[122] Mubarakpuri [123] mendapat penjelasan dari para ahli Islam yang mengutip ayat yang dibatalkan itu berbunyi seperti ini: “Beritahu orang2 kami bahwa kami telah bertemu Tuhan. Dia sangat senang akan kami dan Dia telah membuat kami bahagia.” Tidak diketahui mengapa Allah tiba2 berubah pikiran dan membatalkan ayat ini. Pembatalan ayat ini tidak dikisahkan dalam Qur’an.
121 Tabari, vol. vii, p.153, footnote 219
122 Tabari, vol. vii, p.156
123 Mubarakpuri, p.354

Muhammad sekarang mulai cari dukungan untuk mengumpulkan uang darah bagi para Muslim dan sekutu2nya orang Yahudi. Karena orang2 Yahudi jauh lebih kaya daripada orang2 Muslim, Muhammad mengatur rencana cerdik untuk meminta uang darah dari kaum Yahudi B. Nadr, yang hidup di tempat mereka yang tak jauh dari tempat orang2 Muslim. Muhammad telah mengambil keputusan untuk mengenyahkan orang2 Yahudi dan merampas tanah dan harta benda mereka, dan tidak hanya untuk membayar uang darah, tapi juga untuk memperkaya para Jihadisnya yang sedang merosot moralnya karena tragedi di Bir Maunah. Muhammad harus cepat2 berbuat sesuatu untuk membangkitkan semangat mereka dan menyelematkan mukanya sendiri di hadapan para pengikutnya yang fanatik. Pengalamannya dengan B. Qaynuqa (baca Teror 14) membuatnya sadar betapa mudahnya untuk menteror seluruh masyarakat kafir, mencuri tanah dan harta mereka tanpa ada hukuman apapun bagi dirinya dan tanpa sedikitpun rasa sesal. Muhammad sekarang siap menggunakan teror lagi untuk mencapai tujuannya.

Bersambung di Bagian 8
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Sun Dec 25, 2005 4:57 pm

Bagian Delapan
‘Iman seseorang adalah khayalan belaka bagi orang lain’---Dr. Anthony Storr (1920-2001)

Teror Dua Puluh Delapan
Pembersihan Etnis Yahudi Banu Nadir dari Medina oleh Muhammad — July, 625 M


Kaum Yahudi B. Nadir tinggal di tanah subur tak jauh dari Medina. Mereka adalah kaum Yahudi yang makmur, menguasai tanah pertanian yang luas dan menanam perkebunan kurma di tanah itu. Mereka merupakan sekutu suku B. Amir. Seperti yang telah disebut di Bagian 7, Muhammad hendak bertemu dengan Yahudi B. Amir untuk minta ganti uang darah dari mereka atas pembunuhan 2 orang B. Amir yang dibunuh karena salah sangka oleh pembunuh bayaran Amr b. Umayya al-Damri.

Jadi Muhammad dan beberapa pengikutnya, termasuk Abu Bakr, Ali dan Umar mengunjungi daerah tempat tinggal B. Nadir, yang letaknya 2 sampai 3 mil dari Medina dan meminta ketua B. Nadir untuk membayar ganti uang darah yang telah Muhammad bayar kepada B. Amir. Para Yahudi B. Nadir menerima Muhammad dengan hormat dan memintanya duduk. Mereka mendengarkan dengan seksama atas permintaannya dan setuju untuk memenuhi permintaan Muhammad. Mendengar bahwa B. Nadir dengan cepat menyatakan setuju untuk membayar, Muhammad merasa sangat tidak senang. Sebenarnya dia berharap agar kaum Yahudi B. Nadir menolak permintaannya, sehingga dia punya alasan bagus untuk menyerang mereka dan merampas tanah dan harta bendanya.[124] Setelah setuju dengan permintaan Muhammad untuk mengganti uang darah, orang2 Yahudi B. Nadir pergi ke ruang lain untuk berdiskusi diantara mereka sendiri. Hal ini membuat Muhammad merasa takut. Waktu itu dia sedang duduk di dekat tembok rumah, dan dia mengira orang2 Yahudi B. Nadir sedang merencanakan untuk membunuhnya. Dia menuduh orang2 Yahudi ingin membunuhnya dengan menjatuhkan batu dari atas rumah. Seperti biasanya, dia berpura-pura malaikat Jibril memberitahu dia akan hal itu.[125] Maka dia tiba2 berdiri dan pergi meninggalkan tempat itu, seperti ingin cepat2 buang air [126] dan meminta yang lain, termasuk Abu Bakr, Umar dan Ali tidak meninggalkan tempat itu sampai dia kembali. Ketika kawan2nya menunggu lama dan Muhammad tetap juga tidak kembali, mereka pergi mencari dia. Dalam perjalanan ke Medina mereka bertemu dengan orang yang mengatakan bahwa dia melihat Muhammad menuju Medina. Ketika mereka bertemu Muhammad di Medina, dia mengatakan pada mereka tentang persepsinya bahwa B. Nadir merencanakan untuk membunuhnya dan memerintah orang2 Muslim bersiap untuk menyerang B. Nadir.

Dengan keinginan jelas untuk melakukan perang dan merampas harta benda Yahudi dalam pikirannya, Muhammad memerintah salah satu pembunuh bayarannya yakni Muhammad ibn Maslamah (Ingat? Orang inilah yang membunuh Ka’b b. Ashraf, lihat Teror 17, Bagian Lima) untuk pergi menghadap orang2 Yahudi B. Nadir untuk mengumumkan pada mereka perintah untuk meninggalkan Medina. Dia memberikan waktu 10 hari bagi orang2 Yahudi untuk meninggalkan Medina dan jika mereka melampaui batas waktu, mereka akan dibunuh – begitulah ancaman dari Muhammad. Orang2 Yahudi B. Nadir kaget ketika mendengar perubahan hati Muhammad yang tiba2 itu. Mereka sukar percaya akan hal ini bisa dilakukan oleh Muhammad yang ngaku2 sebagai utusan Tuhan. Mereka lebih kaget lagi ketika mendengar ancaman itu dikatakan oleh Muhammad ibn Maslamah yang tidak punya permusuhan apapun dengan orang2 Yahudi. Ketika para Yahudi B. Nadir mengatakan keheranan mereka atas sikap Muhammad ibn Maslamah, dia berkata, “Hati telah berubah, dan Islam sudah menghapuskan perjanjian damai yang ada.”[127]
124 Heykal, Ch. B. Nadir
125 Mubarakpuri, p.355
126 Rodinson, p.192

Ketika Abd Allah ibn Ubayy mengetahui keadaan genting yang dihadapi kaum Yahudi B. Nadir, dia mengirim pesan kepada mereka bahwa dia sendiri akan datang dengan bantuan 2.000 tentara Yahudi dan Arab. Tapi kaum Yahudi B. Nadir ingat bahwa orang yang sama ini pula yang menjanjikan bantuan pada kaum Yahudi B. Qaynuqa tapi akhirnya janjinya tidak ditepatinya sendiri. Maka pada awalnya kaum Yahudi B. Nadir mengambil keputusan untuk mengungsi ke Khaybar atau daerah sekitaranya. Mereka mengira mereka masih bisa datang ke Yathrib (Medina) untuk menuai hasil perkebunan mereka dan kembali ke pengungsian mereka di Khaybar. Huyayy ibn Akhtab, ketua B. Nadir, akhirnya mengambil keputusan untuk tidak mengambil keputusan itu. Dia mengirim pesan kepada Muhammad bahwa kaum Yahudi menolak perintahnya dan masuk ke dalam benteng mereka dan mengumpulkan bahan makanan sampai cukup untuk waktu setahun dan bersiap-siap untuk mempertahankan diri mereka sendiri. Jadi tidak ada seorang pun Yahudi yang meninggalkan Medina sampai batas waktu 10 hari lewat. Muhammad sekarang punya alasan kuat untuk menyerang kaum Yahudi.

Begitu Muhammad ibn Maslamah kembali ke Medina dengan berita dari orang Yahudi, Muhammad di mesjidnya segera memerintahkan para Jihadisnya yang fanatik untuk mempersenjatai diri dan bergerak untuk mengepung benteng kaum Yahudi B. Nadir. Tentara Muslim yang dipimpin Muhammad mulai berbaris menuju B. Nadir yang sudah berlindung dalam benteng mereka yang kokoh. Pada awalnya, kaum Yahudi menyerang para pengepung Muslim dengan panah dan batu dan bertahan dengan gagah. Meskipun sudah diduga sebelumnya, mereka tetap merasa sangat kecewa ketika bantuan yang dijanjikan Abd Allah ibn Ubayy, atau dari sumber2 yang tadinya dapat dipercaya. Pengepungan berlangsung dari 15 sampai 20 hari, dan Muhammad jadi semakin tak sabar. Akhirnya, agar musuh cepat menyerah, Muhammad melanggar aturan perang Arab dengan memotong pohon2 kurma di sekeliling daerah itu dan membakarnya. Ketika kaum Yahudi protes atas pelanggaran aturan perang itu, Muhammad memohon wahyu spesial dari Allah (Q 59:4) yang dengan segera dikirim turun, yang memperbolehkan penghancuran pohon2 kurma milik musuh. Di ayat ini Allah dengan murah hatinya memberi ijin pada kaum Muslim untuk membabat habis pohon2 kurma: katanya ini bukan penghancuran tapi pembalasan dari Allah dan untuk merendahkan para pelaku kejahatan.[128] Dengan ini pula diperbolehkan untuk membabat ladang pertanian dan membakarnya dalam perang. Penyair Muslim (atau penulis berita perang pada jaman itu) yang bernama Hassan b. Thabit ternyata menikmati penghancuran ladang kehidupan kaum Yahudi B. Nadir dan mengarang syair tentang tindakan biadab para Jihadis. Ini Hadis Sahih Bukhari yang menunjukkan suasana hati Hassan:
Hadis Sahih Bukhari, Volume 3, Buku 39, Nomer 519:
Dikisahkan oleh Abdullah:
Sang Nabi memerintahkan pembakaran pohon2 palem suku Bani-An-Nadir dan menebangnya di tempat yang bernama Al-Buwaira. Hassan bin Thabit menuliskan dalam sebuah syair puitis: “Para ketua Bani Lu'ai dengan leluasa melihat api menyebar di Al-Buwaira.”
127 Tabari, vol. vii, p.158-159
128 Ibn Ishaq, p.438

Setelah Muhammad menghancurkan sumber hidup satu2nya milik mereka, B. Nadir merasa tak berdaya dan tidak punya pilihan lain selain menyerah dan meninggalkan tanahnya. Sebagai gantinya, mereka meminta Muhammad agar tidak membunuh mereka. Muhammad menyetujui permintaan mereka dengan syarat mereka hanya diperbolehkan membawa harta benda yang bisa diangkut oleh unta2 mereka. Muhammad juga menuntut kaum Yahudi menyerahkan senjata2 mereka. Kaum Yahudi menuruti persyaratan yang merendahkan ini dan mereka memuati 600 unta mereka dengan harta benda mereka dan lalu pergi dari tanah tempat tinggal mereka. Sebagian dari mereka, termasuk para pemimpin mereka yang bernama Huyey, Sallam dan Kinana pergi ke Khaybar. Sebagian lagi pergi ke Yerikho dan dataran tinggi Syria Selatan. Hanya dua orang dari mereka memeluk Islam dan kedua orang ini memperoleh kembali tanah dan semua harta bendanya.
[Catatan: Hukum Sharian (Hukum Islam) tentang penghancuran barang2 milik musuh mengatakan sebagai berikut: Dalam Jihad diijinkan untuk memotong pohon2 musuh dan menghancurkan rumah2 mereka.[129] ]

Segera setelah pengusiran kaum Yahudi B. Nadir selesai dilaksanakan, Muhammad mengambil alih pemilikan atas kekayaan mereka dan menjadikannya barang miliknya pribadi yang dapat diperlakukan sekehendaknya. Dia menyatakan bahwa barang jarahan dari B. Nadir adalah milik Allah dan dia[130], tanpa menerapkan hukum pembagian barang jarahan yang biasa sebab barang2 jarahan ini didapatkan tanpa pertempuran. Dia membagi-bagi tanah sesuai dengan pertimbangannya, dan memilih daerah yang terbaik bagi dirinya sendiri. Kemudian sisa tanah yang lain dibagi-bagikan kepada kaum Muhajir (yang hijrah dari Mekah ke Medinah) dan dua orang warga Medinah (Ansar). Dengan begini, kaum Muhajir jadi bisa berdikari dan makmur. Muhammad, Abu Bakr, Umar, Zubayr dan sahabat2 Muhammad mendapat banyak lahan yang sangat bagus. Barang jarahan lain terdiri dari 50 baju perang, 50 perlengkapan perang dan 350 pedang. Karena itu pengusiran kaum Yahudi B. Nadir merupakan sukses pendapatan material yang besar bagi Muhammad. Seluruh Sura 59:al- Hashr berhubungan dengan permasalahan dengan B. Nadir, di mana Allah berkata bahwa kaum Yahudi B. Nadir tunduk karena dimasukkannya teror dalam hati mereka. Teror sebagai hukuman dari Allah menjadi senjata andalah yang sah bagi Muhammad.

Hussain Haykal menulis tentang keberhasilan teror dan penjarahan ini sebagai hadiah terbesar bagi kaum Muslim. Barang jarahan tidak dibagi-bagikan diantara seluruh Muslim tapi dianggap sebagai barang yang dipercayakan kepada kaum Muhajir setelah mengambil sebagian untuk membantu Muslim yang miskin dan kekurangan. Dengan begitu keadaan ekonomi kaum Muhajirun jadi jauh membaik untuk pertama kalinya. Sekarang kaum Muhajirun mempunyai kekayaan yang sama dengan kekayaan warga Medina.[131]

Hussain Haykal menulis akan hal ini:
Setelah pengusiran kaum Yahudi B. Nadir, Muhammad membagi-bagikan tanah mereka kepada kaum Muhajir dan dengan ini mereka merasa sangat puas dengan tanah mereka yang baru. Kaum Ansar pun sama puasnya karena mereka tidak lagi harus menyokong dana bagi kaum Muhajir.[132]

Dengan hasil penjarahan ini Muhammad menjadi orang yang amat kaya raya di Medina dan kaum Muhajir sekarang punya tempat tinggal permanen bagi hidup mereka.
129 Reliance of the Traveler, law o9.15, p.604
130 Ibn Ishaq, p.438
131 Heykal, Ch. B. Nadir
132 Haykal, Ch. Between Badr and Uhud

Sampai saat keluarnya kaum Yahudi B. Nadir dari Medina, sekretaris Muhammad adalah orang Yahudi. Muhammad memilih dia karena ketrampilannya dalam menulis surat dalam bahasa Ibrani, Syria dan Arab. Setelah pengusiran B. Nadir, Muhammad tidak percaya lagi terhadap non-Muslim untuk menulis suratnya. Karena itu dia meminta Zayd ibn Thabit, seorang Medina muda, untuk belajar dua bahasa dan menunjuknya sebagai sekretaris untuk semua hal. Zayd ibn Thabit inilah yang nantinya mengumpulkan ayat2 dan dijadikan satu buku Qur’an pada jaman kalifah Abu Bakr dan Uthman. Muhammad juga mengaku bahwa kekayaan B. Nadir adalah hadiah spesial dari Allah untuknya. Dia menjual jarahan barang2 B. Nadir untuk membeli peralatan perang, kuda2, menafkahi istri2nya dan menggunakan barang2 milik B. Nadir untuk kebutuhan istri2nya. Ini Hadis Sahih Bukhari tentang hal tsb.:
Hadis Sahih Bukahri, Volume 6, Book 60, Number 407:
Dikisahkan oleh Umar:
Harta benda milik Bani An-Nadir merupakan sebagian barang jarahan yang diberikan Allah pada RasulNya (karena) barang2 jarahan seperti itu tidak didapat dari peperangan yang dilakukan kaum Muslim, atau dengan pasukan berkuda, atau dengan pasukan berunta. Jadi barang2 ini adalah milik Rasul Allah saja, dan dia menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan tahunan para istrinya, dan menggunakan sisa dana untuk membeli persenjataan dan kuda sebagai peralatan perang yang digunakan untuk Tujuan Allah.

Ini Hadis Sunaan Abu Daud tentang hak tunggal Muhammad akan barang jarahan milik B. Nadir, Fadak dan Khaybar:
Hadith from Sunaan Abu Dawud, Book 19, Number 2961:
Dikisahkan oleh Umar ibn al-Khattab:
Malik ibn Aws al-Hadthan berkata: Salah satu pertentangan yang diajukan Umar adalah bahwa dia berkata bahwa Rasul Allah menerima tiga hal bagi dirinya sendiri: Banu an-Nadir, Khaybar dan Fadak. Kekayaan Banu an-Nadir dimiliki semuanya bagi kebutuhannya yang semakin banyak, Fadak bagi para pengelana, dan Khaybar dibagi oleh Rasul Allah dalam tiga bagian: dua untuk kaum Muslim, dan satu sebagai sumbangan bagi keluarganya. Jika ada yang sisa setelah disumbangkan bagi keluarganya, dia membaginya diantara para Emigran (Muhajir) yang miskin.


Sekali lagi kita melihat bahwa terorisme memberi banyak kekayaan bagi Muhammad dan pengikutnya para Jihadis yang fanatik.

Banyak ahli Islam yang seringkali mengatakan: “Tidak ada paksaan dalam agama” (Q 2:256) untuk menunjukkan kebebasan beragama dalam Islam. Akan tetapi mereka dengan cerdiknya menghindari konteks penggunaan ayat ini. Ayat ini berhubungan dengan anak dari orangtua Muslim yang dibesarkan oleh orang2 Yahudi B. Nadir. Ini terjadi karena di jaman itu, orang2 Muslim yang kesulitan punya anak biasa bersumpah bahwa jika Allah memberi mereka anak, maka mereka akan menyerahkan anak2 mereka untuk dibesarkan oleh kaum Yahudi. Ketika Muhammad melakukan pembersihan rasial kaum Yahudi B. Nadir, orangtua2 Muslim dari anak2 ini bertanya padanya apa yang harus mereka perbuat dengan anak2 mereka. Muhammad memperbolehkan anak2 ini untuk tetap jadi Yahudi dengan berkata, “Tidak ada paksaan dalam agama.” Karena itu pula, ayat 2:256 tidak ada hubungannya dengan kebebasan beragama sama sekali. Ini Hadisnya:

Hadith Sunaan Abu Dawud, Book 14, Number 2676:
Dikisahkan oleh Abdullah ibn Abbas:
Ketika anak2 dari seorang wanita (jaman pre-Islam) tidak selamat (meninggal dunia), dia bersumpah atas dirinya sendiri jika anak2nya dapat terus hidup, dia mau menjadi Yahudi. Ketika Banu an-Nadir diusir (dari Arabia), terdapat beberapa anak2 Ansar diantara mereka. Mereka (para Ansar) berkata: Kami tidak mau meninggalkan anak2 kami. Jadi Allah yang Maha Tinggi menyatakan, “Tidak ada paksaan dalam beragama. Kebenaran tampak nyata (berbeda) dari kesalahan.”



Teror Dua Puluh Sembilan
Penyerangan terhadap B. Ghatafan di Dhat al-Riqa oleh Muhammad—October, 625M


Setelah pengasingan atas kaum Yahudi B. Nadir, Muhammad tinggal di Medina selama dua bulan. Dia menerima berita bahwa beberapa suku B. Ghatafan sedang berkumpul di Dhat al Riqa untuk tujuan yang mencurigakan. Ghatafan adalah suku Arabia, keturunan dari Qais.[133]. Muhammad memimpin tentaranya menuju Nakhl untuk menyerang B. Muhamrib dan B. Thalabah, cabang suku Ghatafan. Operasi militer ini disebut sebagai Dhat al-Riqa’ (gunung tambal) karena gunung di mana peristiwa ini terjadi punya warna bertambal hitam, putih dan merah di permukaannya. Muhammad melakukan serangan mendadak pada mereka dengan kekuatan 400 (atau 700) tentara. Kaum Ghatafan lari ke gunung2, meninggalkan kaum wanita mereka di tempat tinggalnya. Tidak terjadi pertempuran tapi Muhammad menyerang tempat tinggal mereka dan membawa semua kaum wanita termasuk seorang gadis yang sangat cantik.[134] Ketika waktu sembahyang tiba, kaum Muslim takut jika orang2 Ghatafan akan turun gunung dan melakukan serangan mendadak ketika mereka sembahyang. Dalam menangani rasa takut ini, Muhammad memperkenalkan ‘sembahyang dalam waktu bahaya’. Diatur agar beberapa tentara menjaga tentara lain yang melakukan sembahyang. Setelah selesai, yang tadi berjaga mengambil giliran sembahyang. Jadi sembahyang umum dilakukan dua kali. Sebuah wahyu datang dari Allah (Q 4:100-102) tentang mempersingkat waktu sembahyang.

Ketika Muhammad sedang beristirahat di bawah naungan sebuah pohon di Dhat al-Riqa, seorang pagan datang padanya dengan maksud untuk membunuhnya. Orang itu memainkan pedang Muhammad dan mengarahkan pedang itu padanya sambil bertanya apakah Muhammad merasa takut atau tidak. Muhammad mengaku bahwa Allah akan melindunginya dan dia tidak takut sama sekali. Orang pagan itu lalu menyarungkan pedang dan mengembalikannya pada Muhammad. Atas kejadian ini, Allah mengeluarkan Q 5:11, yang menyatakan perlindunganNya atas Muhammad saat ada orang yang bermaksud mengambil nyawanya. Setelah 15 hari kemudian, Muhammad kembali ke Medina. Tapi dia merasa tidak tenang. Dia menduga orang2 B. Ghatafan akan menyerang mendadak untuk mengambil kembali kaum wanita mereka.
133 Dictionary of Islam, p.139
134 Ibn Sa’d, p.74

Anehnya, Sirah (biografi Muhammad) tidak menulis sama sekali tentang apa yang terjadi atas para tawanan wanita Ghatafan itu. Aku mencari informasi akan hal ini dari berbagai sumber Islam yang terkemuka, tapi mereka semua membisu bagaikan ikan. Jika aku harus mengikuti hukum2 Islam, maka aku sangat yakin bahwa kaum wanita ini akan dibagi-bagikan kepada kaum Jihadis untuk dinikmati atau dijual sebagai budak2 untuk mengumpulkan dana bagi perang sebagaimana hukum barang jarahan berlaku.


Teror Tiga Puluh
Penyerangan Badr III oleh Muhammad—January, 626M


Seperti yang telah disetujui di Uhud (lihat Teror 21, Bagian Enam), tentara2 Mekah dan Medina berjanji untuk bertemu lagi di Badr dalam waktu setahun. Waktu setahun ini dengan cepat datang. Tahun itu terjadi kekeringan besar. Abu Sufyan b. Harb berpendapat tidaklah tepat untuk mengadakan perang tahun itu karena adanya kelaparan dan karena itu dia menunda pertemuan sampai tahun yang lebih baik. Dia mengirim seorang wakilnya yang bernama Nuaym ke Medina untuk membesar-besarkan berita persiapan orang Mekah. Abu Sufyan melakukan itu dengan maksud agar orang2 Muslim enggan untuk berperang, apalagi jika mengingat kekalahan di Uhud. Meskipun begitu, tentara Quraish tetap berangkat dari Mekah dengan 2.000 tentara jalan kaki dan 50 tentara berkuda. Abu Sufyan memimpin mereka dari Mekah sampai tiba di Usfan, tapi lalu mengambil keputusan untuk kembali setelah berjalan selama 2 hari karena dia tidak menemukan padang rumput yang bagus. Tahun itu memang terjadi kemarau hebat. Tentara Mekah hanya makan tepung dan air saja. Karena itu kejadian ini juga dikenal dengan nama operasi Sawick (bubur gandum).

Kabar dari Nuaym membuat kaum Muslim di Medina khawatir. Banyak dari mereka yang tidak ingin bertemu lawan tangguh itu lagi. Tapi Muhammad mengambil keputusan untuk pergi perang. Dia mengumpulkan 1.500 tentara dan bersiap berangkat ke Badr. Ini adalah untuk ketiga kalinya kedua tentara sedianya bertemu di Badr. Tentara Muslim akhirnya tiba di Badr dan berkemah di sana selama 8 hari. Mereka membawa banyak barang2 karena tadinya mengira ada perayaan di sana. Tetapi setelah ditunggu, ternyata tentara Quraish tidak muncul. Muhammad menunggu kedatangan Abu Sufyan b. Harb. Ketika yang ditunggu tidak kunjung muncul, dia bertemu dengan Makashi b. Amr al-Damri dan menyatakan keinginannya untuk membatalkan perjanjian damai diantara mereka berdua, jika B. Damri memang menginginkan juga. Sebenarnya Muhammad ingin berperang dengan suku B. Damri karena dia pikir dia cukup kuat untuk meneror suku kecil ini. Tapi masyarakat B. Damri ingin tetap mempertahankan perjanjian damai dengannya.

Tentara Muslim menukarkan barang2 mereka dan dapat banyak untung, setelah itu mereka kembali ke Medina. Muhammad puas sekali dengan kegiatan ini dan dia menganggapnya sebagai tanda dari Allah. Dia menerima wahyu Q 3:172-175 tentang Setan yang memasukkan rasa takut dalam pikiran Muhammad.

Ketika kaum Quraish mendengar bahwa Muhammad merasa gembira, mereka jadi khawatir bahwa dia akan terus meneror mereka. Mereka lalu mulai merencanakan serangan besar melawan Muhammad. Dibutuhkan waktu setahun untuk merencanakan dan melaksanakan serangan itu. Dalam masa setahun itu, Muhammad disibukkan banyak hal.


Teror Tiga Puluh Satu
Serangan Pertama atas Dumat al-Jandal oleh Muhammad—July, 626M


Di musim panas tahun 626 M, Muhammad mengaku menerima laporang mata2 yang mengatakan bahwa suku Ghatafan sekali lagi telah mengumpulkan para tentara mereka di Dumat al-Jandal untuk menyerangnya. Dumat al-Jandal adalah tempat oasis (sumber mata air) di perbatasan antara Hijaz dan al-Sham, pertengahan antara Laut Merah dan Selat Persia di perbatasan Syria. Kemarau hebat menyebabkan daerah ini mengalami kelaparan. Tanpa menghabiskan banyak waktu, Muhammad tiba2 menyerang suku Ghatafan dan menangkap ternak2 mereka yang sedang merumput di daerah itu. Dia memimpin operasi penjarahan ini dengan 1.000 tentara dan bergerak sampai mencapai perbatasan Syria. Tidak ada pertempuran yang terjadi karena B. Ghatafan melarikan diri tanpa melawan sama sekali. Tentara Muslim kembali ke Medina dengan hewan2 jarahan. Usaha penjarahan ini membangkitkan nafsu menjarah yang besar dalam hati orang2 Muhammad. Dalam perjalanan pulang, Muhammad membuat perjanjian damai dengan Uyanah b. Hisn, ketua suku B. Fazarah, yang merupakan bagian suku yang kuat dari suku Ghatafan, sehingga Uyanah b. Hisn b. Hudhayfah dapat membawa ternaknya merumput di daerah sekitar yang bernama Taghlaman, yang dikuasai oleh Muhammad karena daerah Uyanah sendiri gersang. Tanah Taghlaman berumput subur karena hujan di sana.

Bersambung ke Bagian 9
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Thu Dec 29, 2005 5:42 am

Bagian Sembilan
Teror Tiga Puluh Dua
Pertempuran Parit Dipimpin oleh Muhammad—February, 627M

‘Diantara segala kesalahan, peramalan adalah yang ngawur’ ---George Eliot (1819-1880)[135]

Setelah sukses dalam menjarah, kaum Muslim di Medina merasa aman dan tenteram. Kebutuhan nafkah mereka dipenuhi dari usaha2 perampokan ini. Muhammad punya kekuatan militer yang kuat setelah mengusir kaum Yahudi Banu Qaynuqa dan Banu Nadir dari tanah tempat tinggal mereka di Medina.[136] Akan tetapi, Muhammad selalu waspada karena khawatir atas serangan musuh tiba2. Dan memang kekhawatirannya beralasan karena pihak musuh benar2 menyerangnya tidak lama setelah dia dengan bersantai menikmati barang jarahan di tengah kekuatan militernya. Ketika musim dingin tiba, kaum Quraish bersiap-siap untuk menyerang Muhammad. Ini dikenal sebagai perang Parit atau perang Ahzab (sekutu).

Pertempuran ini terjadi di bulan Februari, 627 M (Shawal, AH 5). Alasan utama terjadinya perang ini adalah karena pembersihan rasial Yahudi B. Nadir dari Medina. Setelah pengasingan kaum Yahudi B. Qaynuqa dan B. Nadir dari Medina, para pemimpin Yahudi yang terusir yakni Salam b. Abi al-Huqayq al-Nadri, Huyayy b. Akhtab al-Nadri, Kinanah b. al-Rabi b. Abi al-Huqayq… dll pergi ke Mekah dan bertemu dengan para pemimpin Quraish dan membentuk persekutuan untuk melawan Muhammad yang mengancam keamanan mereka. Pada mulanya kaum Quraish bersikap ragu akan orang2 Yahudi karena agama Yahudi serupa (tapi tak sama) dengan Islam. Mereka bertanya pada orang2 Yahudi agama mana yang lebih baik – pagan atau Islam? Kaum Yahudi menjawab agama Quraish (pagan) lebih baik daripada agama baru monotheism milik Muhammad. Jawaban ini menyenangkan kaum Quraish, dan mereka tanpa ragu menerima kaum Yahudi sebagai sekutu. Akan hal ini, Allah menurunkan ayat Q 4:51-55, mengutuk kaum Yahudi yang bersekutu dengan kaum pagan dan Dia menjanjikan neraka bagi kaum Yahudi.

Setelah bertemu dengan para pemimpin Yahudi, pihak Quraish bersiap untuk melancarkan serangan hebat kepada Muhammad dan Jihadis fanatiknya itu. Setelah mengadakan perjanjian dengan pihak Quraish, para pemimpin Yahudi bertemu dengan orang2 Ghatafan dan beberapa suku di sekitar Mekan dan meyakinkan mereka agar melakukan serangan bersama dengan orang2 Quraish. Maka tentara Quraish di bawah pimpinan Abu Sufyan b. Hard dan tentara Ghatafan di bawah pimpinan Uyanah b. Hisn b. Hudhayfah (lihat Teror 31, Bagian 8 ) berbaris menuju Medina. Beberapa penulis biografi menulis Unayah sebagai pempimpin B. Fazarah, dan suku ini adalah cabang suku Ghatafan.[137] Suku2 lain yang bergabung dengan mereka adalah B. Murrah dan Masud b. Rukhaylah dari suku Ashja. Pihak Quraish sendiri membawa 4.000 tentara, 300 kuda, 1.500 unta. Seluruh kekuatan Mekah adalah 10.000 orang. Mereka berbaris dalam tiga kelompok yang terpisah. Komandan utama adalah Abu Sufyan b. Harb. Bendera perang dibawa oleh Uthman ibn Talhah yang ayahnya dibunuh di perang Uhud.[138]
135 Middle march (1827)
136 Haykal, Ch. Between Badr and Uhud
137 Mubarakpuri, p.363

Tak lama kemudian berita serangan ini didengar oleh Muhammad. Dia benar2 tidak siap akan serangan mendadak dari pihak Quraish dan sekutunya. Pengalaman akan perang Uhud masih segar terbayang dalam benak orang2 Muslim. Perang baru melawan Quraish sungguh tidak mereka inginkan.[139] Melihat bahaya ini, Muhammad mengadakan rapat dengan para pemimpin tentaranya yang terpercaya. Dalam rapat ini, Salman yang adalah seorang Persia yang masuk Islam, mengajukan usul untuk menggali parit sekitar Medina untuk melindungi kota itu dari serangan pihak Mekah. Dia tadinya adalah seorang tawanan beragama Kristen dari Mesopotamia, yang dibawa oleh seorang Yahudi dari Bani Kalb. Lalu dia ditebus dan beralih ke Islam. Dia tahu akan teknik mempertahankan diri seperti ini di negara2 lain. Ini merupakan teknik bela diri yang baru sama sekali bagi orang Arab dan sebelumnya tidak pernah dilakukan. Muhammad dan para pengikutnya dengan cepat setuju akan usul ini. Pekerjaan yang harus dilakukan adalah menggali parit yang dalam, mungkin sekitar 10 yard 30 kaki lebarnya dan 5 yard (15 kaki) dalamnya dan panjangnya adalah ½ mil [140] di sekeliling kota Medina. Agar pekerjaan cepat selesai, tugas dibagi dan dilakukan oleh beberapa kelompok keluarga.

Muhammad sekarang mengumpulkan orang2nya untuk menggali parit ini dan meng-iming2i mereka hadiah surga. Saat itu adalah bulan puasa Ramadan dan Muhammad menyewa peralatan gali lubang dari kaum Yahudi B. Qurayzah. [141] Sekitar 1.000 [142] sampai 3.000 [143] Muslim bekerja dari subuh sampai petang untuk menyelesaikan penggalian dan mereka bergabung bersama untuk menghadapi tentara Quraish dan sekutunya yang berjumlah 10.000 orang. Muhammad mulai mengutuki orang2 Mekah, mengundang murka Allah atas mereka seperti yang tercantum di
Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 415:
Dikisahkan oleh Anas:
Rasul Allah mengucapkan Al-Qunut selama sebulan setelah membungkuk (sembahyang), menimpakan kesialan atas beberapa suku Arab.


Beberapa orang munafik juga bergabung tapi mereka tidak tekun dan akhirnya meninggalkan pekerjaan kembali ke keluarga mereka tanpa ijin dari Muhammad. Meskipun begitu, yang taat tetap menggali dengan tekad bulat, dan hanya berhenti sekali2 untuk bergabung dengan keluarga mereka setelah dapat ijin dari pemimpin rohaninya. Dalam hal ini, Allah menurunkan Q 24:62, memuji para Jihadis sejati dan menjanjikan pengampunaNya. Bagi yang munafik, Allah menurunkan Q 24:63-64, yang menyatakan bahwa Dia tahu apa yang mereka lakukan diam2. Setelah bekerja keras selama beberapa hari (yang lain mengatakan 8 hari), para Muslim yang fanatik menyelesaikan penggalian parit di sekeliling Medina, lebih awal dari kedatangan bala tentara Mekah. Sekarang mereka benar2 puas dengan parit yang baru saja digali atas usul Salman orang Parsi. Setiap keluarga mengakui bahwa Salman adalah bagian dari pihak mereka. Tentang hal ini, Muhammad berkata, “Salman adalah salah seorang dari kita semua, masyarakat dari sebuah keluarga (ahl al-bayt).”[144]
138 Haykal, Ch. Between Badr and Uhud
139 Muir, vol.iii, ch.17, p.256
140 Hamidullah, p.68
141 Hamidullah, p71
142 Mubarakpuri, p.364
143 Tabari vol. viii, p.8.9

Ahli sejarah Muslim, Tabari dan Ishak [143] mengisahkan cerita yang sukar dipercaya bahwa waktu parit digali, Allah memunculkan sebuah batu putih dari dasar parit. Muhammad dan Salman pergi de parit itu, lalu menghancurkan batu tersebut dengan kampaknya dan sebuah sinar memancar menyinari dua jalur menuju gunung2 hitam Medina! Muhammad menerangkan hal ini sebagai tanda dari Allah bagi kemenangan Muslim. Dia bahkan juga menyatakan bahwa kilau cahaya itu menyinari Byzantine dan kekaisaran Khusroo (Kaisar Persia), dan berarti dia (Muhammad) akan menang pula atas mereka. Bualan Muhammad ini membakar semangat para penggali lubang Muslim. Sekarang mereka yakin sekali bahwa Allah telah menjanjikan kemenangan bagi mereka. Kisah lain yang ajaib adalah bertambahnya persediaan makanan ketika jatah makanan tentara Muslim habis seperti yang dikatakan dalam Sahih Bukhari Volume 5, Book 59, Number 428. Untuk mempersingkat, aku tidak mengutip Hadis yang panjang ini. Sejak awal, para munafik merasa ragu atas pernyataan Muhammad dan mereka berusaha melemahkan moral para Jihadis yang fanatik. Akan hal ini, wahyu Allah turun dalam ayat Q 33:12 yang menyatakan pikiran rusak orang2 munafik.

Sekarang penggalian parit sudah selesai di hari ke-8 Dzul Kada (2 Maret, 626 M), dan tentara Medina berjaga-jaga di dalam parit. Rumah2 di luar kota dikosongkan dan penduduknya ditempatkan di tempat aman di atas rumah2 bertingkat duadi dekat parit yang baru saja digali. Selama proses pengosongan ini berlangsung, dilaporkan bahwa tentara Mekad sudah mencapai Uhud. Tentara Muhammad terdiri dari 3.000 prajurit dan ditempatkan di seberang jalan yang menuju Uhud, dengan posisi parit di depan mereka.

Bala tentara Mekah tadinya berkemah di Uhud dan karena tidak menjumpai perlawanan apapun, mereka dengan cepat bergerak ke jalan menuju Medina. Tak lama kemudian mereka tiba di dekat parit yang baru saja digali dan merasa kaget dengan siasat pertahanan Muhammad. Mereka tidak dapat mendekat ke pusat kota Medina. Jadi mereka mulai menyerang dengan panah dalam jarak tertentu.[146]

Di lain pihak, Huyayy b. Akhtab, ketua dari kaum Yahudi B. Nadir yang diasingkan, bertemu dengan Ka’b b. Asad, ketua kaum Yahudi B. Qurayzah, untuk meminta Ka’b membatalkan perjanjian damai dengan Muhammad. Pada mulanya, Ka’b tidak mau menemui Huyayy, tapi akhirnya mau setelah Huyayy tanpa henti memohonnya.

Huyayy memberitahu Ka’b tentang bergabungnya tentara Quraish dan Ghatafan untuk menghadapi Muhammad sekali untuk selamanya dan membujuk Ka’b untuk membatalkan semua perjanjian dengan Muhammad. Dia minta Ka’b untuk mau melakukan itu, dan berjanji untuk memberikan dukungan yang teguh andaikata pihak Ghatafan dan Quraish mundur sebelum menghabisi Muhammad. Pada mulanya, Ka’b ragu2 atas permintaan Huyayy, tapi akhirnya setuju setelah Huyayy menjamin jika Ka’b menghadapi kesukaran, maka Huyayy akan bergabung dalam benteng Ka’b sehingga apapun yang terjadi pada Ka’b akan dihadapi Huyayy pula. Setelah itu Ka’b memutuskan untuk tidak melangsungkan perjanjian damai dengan Muhammad dan Huyayy masuk ke dalam benteng kaum Yahudi B. Qurayzah untuk tinggal bersama mereka.
144 Ibid
145 Tabari, vol.viii, p.11 and Ibn Ishak
146 Muir, vol iii, Ch.17, p.259

Ketika berita ini terdengar Muhammad, dia mengirim Jihadisnya yang dipercaya yakni Sa’d b. Muadh dan beberapa orang penting lain untuk memeriksa diam2 tentang perkembangan ini. Ketika Sa’d b. Muadh bertemu dengan ketua kaum Yahudi B. Qurayzah Ka’b b. Asad, dia (Ka’b) seketika menghentikan perjanjian dengan Muhammad. Dia menuntut pihak Muslim mengembalikan kaum Yahudi B. Nadir ke tempat asal mereka di dekat Medina. Mendengar ini, Sa’d b. Muadh yang punya hubungan dekat dengan kaum Yahudi B. Qurayzah memperingatkan mereka bahwa hal yang lebih jelek daripada yang terjadi dengan B. Nadir mungkin akan terjadi atas B. Qurayza jika mereka bersikeras untuk membatalkan perjanjian dengan kaum Muslim.[147] Meskipun diancam keras oleh Sa’d b. Muadh, Ka’b tetap tidak merubah pendiriannya.

Maka dengan kecewa Sa’d b. Muadh kembali menghadap Muhammad dan menyampaikan berita jelek ini. Muhammad menganggap ini sebagai pengkhianatan dari pihak B. Qurayzah dan Allah seketika menegaskan hal itu dengan ayat Q 33:20. Akan tetapi, perlu diingat bahwa B. Qurayzah tidak wajib untuk menghormati perjanjian itu jika mereka tidak mau lagi, karena Muhammad di waktu lampau telah berkali-kali membatalkan perjanjian serupa. Lagi pula, kaum Yahudi B. Qurayzah tidak pernah berencana untuk memerangi Muhammad. Mereka hanya tidak mau lagi berpihak pada Muhammad.

Ketika Muhammad mendengar apa yang disampaikan Sa’d b. Muadh, dia merasa gundah tapi tidak menunjukkan perasaannya dan berkata, “Tuhan Maha Besar! Bersukacitalah wahai orang2 Muslim!”[148] Ini tentunya dilakukannya untuk membuat tentaranya tetap tenang dan terus bersemangat. Allah dengan cepatnya menurunkan ayat Q 33:10 yang berkata, “The enemy came upon them from above and from beneath…..” tentang bahaya ganda (dari atas dan bawah) yang dihadapi kaum Muslim.

Meskipun tidak menunjukkan kegelisahannya, Muhammad benar2 takut kalau kalah perang lagi. Dia terus merasa khawatir apabila paritnya dapat dilampaui dan kaum Yahudi akan menyerang dari belakang. Orang2 Medina sangat kecewa akan perkembangan ini. Banyak dari mereka yang memohon untuk diperbolehkan pergi untuk mengurus harta bendanya. Mereka menganggap Muhammad lemah dan tak berdaya, mempertanyakan pertolongan ilahi untuk dia dan meragukan janji2nya tentang kekayaan Khusroo dan Caesar. Sekarang mereka merasa takut dengan kemungkinan yang akan terjadi atas kota mereka.[149] Banyak yang menyatakan tidak mau perang dengan menggunakan alasan bahwa rumah2 mereka terancam musuh di ayat Q 33:13.

Tentara sekutu Quraish dan tentara Muslim berdiam di posisi mereka selama 20 hari (yang lain menyebut sebulan) berhadapan satu sama lain, berseberangan dengan parit tanpa melakukan peperangan kecuali dengan meluncurkan panah satu sama lain. Di pihak Quraish adalah Khalid b. Walid dan Wahshi, budak Negro Abyssinian Negro. [150]
147 Haykal, Ch. The Campaign of Khandaq and B. Qurayzah
148 Tabari, vol. viii, p.16
149 Haykal, Ch. The Campaign of Khandaq and B. Qurayzah
150 Ibn Sa’d, vol.ii, p.84

Karena mulai merasa tidak sabar dengan keadaan yang berlarut-larut ini, Muhammad mencoba menyogok suku Ghatafan untuk meninggalkan medan tempur. Dia secara rahasia mengirim utusan kepada Uyanah b. Hisn, ketua kaum Ghatafan (atau Fazarah) dan menawarkan 1/3 panen kurma Medina jika dia mau menarik tentaranya meninggalkan medan tempur. Uyanah menunjukkan rasa tertarik untuk menerima bujukan itu dan menawar ½ hasil panen kurma. Akan tetapi ketika Muhammad menyampaikan permintaan tambahan bagian panen kurma dari Unayah ini kepada B. Aws dan B. Khazraj, kedua suku ini menolak dan tidak mau menawarkan apapun bagi Uyanah kecuali pedang bagi kaum Quraish dan sekutunya. Orang kepercayaan Muhammad Sa’d b. Muadh menentang tawaran Muhammad kepada kaum Ghatafan. Dia berjanji untuk tidak menawarkan apapun kecuali pedang dan berkata, “Rasul Allah, kita dan orang2 ini dahulu adalah orang2 pagan, mempersekutukan Tuhan dan menyembah berhala2, dan kita tidak menyembah atau mengenal Tuhan, dan mereka tidak berharap dapat sebuah pun dari kurma kita kecuali dalam keadaan damai atau karena membeli. Sekarang Tuhan sudah menyatakan Islam bagi kita, membimbing kita pada Islam, dan memperkuat kita melalui engkau, haruskah kita memberikan mereka kekayaan kita? Kita tidak perlu melakukan itu! Demi Tuhan, kita hanya akan menawarkan mereka pedang, sampai Tuhan menghakimi antara kita dan mereka.”[151] Karena itu, Muhammad dengan ragu mengesampingkan keputusannya untuk menyogok Ghatafan.

Di lain pihak, bala tentara Quraish yang meskipun jumlahnya sangat besar itu merasa sangat frustasi dengan pertahanan kuat tentara Quraish. Ketika keadaan berhadap-hadapan ini semakin tidak tertahankan, beberapa orang Quraish, diantaranya adalah Ikrimah b. Abi Jahl (Abu Jahl dibunuh secara brutal di Badr), memerintahkan tentara sekutu untuk mempersiapkan diri untuk menyerang. Dengan perintah ini, mereka mulai maju dan ketika sudah dekat parit, mereka terhadang dengan pertahanan diri para Muslim dengan cara yang unik dan tidak pernah dilakukan sebelumnya di Arabia. Mereka lalu mengadakan serangan umum ke bagian parit yang tidak dijaga kuat. Ikrimah membersihkan bagian parit itu dan melompat ke depan menghadapi musuh. Diantara para Quraish yang menyebrangi parit adalah Amr b. Abd Wudd. Ibn Sa’d [152] melaporkan bahwa Amr berusia 90 tahun! Ali maju ke depan menghadapi musuh. Ketika melihat Amr, Ali mengajaknya untuk bergabung dengan Islam, tapi Amr tidak mau. Lalu Ali menantang Amr untuk bertarung, tapi Amr menjawab bahwa dia tidak ingin membunuh keponakannya (Ali adalah anak dari saudara laki Amr, yakni Abu Talib). Tapi Ali menunjukkan keinginan untuk membunuh Arm, pamannya sendiri. Mengetahui akan hal ini, Amr turun dari kudanya dan menyerang Ali.

Pertarungan terjadi antara Ali dan Amr, dan akhirnya Ali membunuh Amr. Para tentara kawan Amr yang lain jadi panik dan mulai bercerai-berai. Ali berhasil membunuh beberapa orang pagan, melukai parah seseorang yang berhasil meloncati parit, dan orang ini nantinya tewas karena lukanya di Mekah. Seorang pagan Quraish jatuh dalam parit pada saat berusaha untuk meloncatinya. Dia jatuh ke dalam parit yang dalam itu. Para tentara Muslim mengerubutinya dan merajamnya dengan batu. Ketika orang ini menjerit kesakita, Ali turun ke dalam parit dan memenggalnya. Tentara Muslim membawa mayat orang ini ke Muhammad, dan minta ijin darinya untuk menjual mayat itu. Tapi Muhammad melarangnya dan memerintahkan para Jihadisnya untuk melakukan apapun yang mereka maui atas mayat itu. Tidak ada keterangan apa yang dilakukan para Jihadis atas mayat orang pagan itu. Dilaporkan bahwa Wahsi sang budak Negro dengan lembingnya membunuh seorang Jihadis yang bernama al-Tufayl b. al-Numan dan Dirar ibn al-Khattab (saudara Umar?) membunuh seorang Muslim lain yang bernama Kab ibn Zayd.[153] Pihak Quraish tidak berusaha untuk terus menyerang menyeberangi parit pada hari itu, tapi mereka membuat persiapan di malam harinya. Keesokan paginya, mereka melakukan penyerangan besar, tapi serangan mereka tidak banyak memberi hasil. Mereka tidak dapat melampaui parit. Ketua B. Aws yang bernama Sa’d ibn Muadah menderita luka parah di tangannya (atau bahunya menurut Muir [134]) oleh panah. Dia bersumpah untuk membalas B. Qurayzah, karena orang yang memanahnya bersahabat dekat dengan B. Qurayzah. Pihak Quraish kehilangan tiga orang, sedangkan pihak Muslim lima orang.

Tentara Muslim tidak dapat sembahyang hari itu. Mereka terlalu sibuk berperang. Pada malam harinya, ketika pihak musuh kembali ke perkemahan mereka, pihak Muslim berkumpul dan mengadakan sembahyang khusus bagi mereka yang tidak sempat sembahyang.
151 Tabari, vol.viii, p.17
152 Ibn Sa’d, vol.ii, p.83
153 Ibn Sa’d, vol.ii, p.84

Melalui tulisan2 Ibn Ishaq dan Tabari, bisa diketahui bahwa para wanita Arab saat itu tidak mengenakan Hijab (kerudung). Ketika perang Ahzab berlangsung sengit, Aisha ada di benteng B. Haritha dan ibu Sa’d b. Muadh ada bersamanya. Aisha tidak mengenakan Hijab ketika Sa’d b. Muadh berjalan melewatinya, mengenakan baju kulit sehingga Aisha bisa melihat seluruh lengan Sa’d b. Muadh.[155]

Pada saat itu, Saffiyah bt. Abd al-Muttalib, yakni bibi Muhammad sedang berada di Fari, benteng milik Hassan b. Thabit, penulis syair Muhammad.[156] Saffiyah melihat seorang Yahudi mengelilingi benteng itu. Ketika Saffiya meminta Hassan b. Thabit untuk pergi ke lantai bahwa dan membunuh orang Yahudi yang mencurigakan itu, Hassan menolak. Karena itu Saffiya turun sendiri dan memukul orang Yahudi itu sampai mati. Dia lalu meminta Hassan b. Thabit untuk melucuti orang Yahudi itu dan mengambil persenjataan dan bajunya sebagai barang jarahan. Hassan b. Thabit menolak melakukan itu karena dia tidak butuh barang jarahan.

Selama masa pengepungan oleh tentara Quraish dan sekutu berlangsung, Muhammad semakin merasa perlu mencari jalan ke luar. Pada saat itu, seorang mata2/agen dobel (bekerja untuk kedua pihak yang bermusuhan) yang bernama Nuaym b. Masud b. Amir dari Ghatafan menghadap Muhammad untuk menawarkan servisnya untuk memata-matai musuh Muhammad. Dia mengaku sudah meemluk Islam dan bisa memberi bantuan dengan menjadi agen dobel. Muhammad menerima tawaran Nuaym dan mengatakan padanya bahwa “perang adalah penipuan”. Dia berkata pada Nuaym, “Kamu hanyalah satu diantara kami semua. Buatlah mereka meninggalkan satu sama lain, jika kamu bisa, sehingga mereka meninggalkan kita, karena perang adalah penipuan.”[157] Ini Hadisnya yang menegaskan pandangan Muhammad bahwa perang adalah usaha penipuan:

Hadis Sahih Bukhari Volume 4, Book 52, Number 269:
Dikisahkan oleh Jabir bin 'Abdullah:
Sang Nabi berkata, "Perang adalah penipuan."


Hadis Sahih Sunaan Abu Dawud, Book 14, Number 2631:
Dikisahkan oleh Ka'b ibn Malik:
Ketika sang Nabi ingin pergi ke suatu tempat, dia selalu berpura-pura pergi ke tempat lain, dan dia akan berkata: Perang adalah penipuan.

154 Muir, vol.iii, p.263
155 Ibn Ishaq, p.457, Tabari, vol. viii, p.19
156 Tabari, vol.viii, p.22, footnote 113
157 Tabari, vol. viii, p.23

Setelah mendengar perkataan Muhammad yang berpengaruh itu, Nuaym pergi ke B. Qurayzah dan membujuk mereka untuk tidak percaya akan persekutuan antara B. Quraish dan B. Ghatafan. Dia berkata pada mereka jika pihak sekutu menang perang, maka mereka mungkin akan mengambil tanah milik B. Qurayzah sebagai jarahan perang, tapi kalau Muhammad menang, makan pihak sekutu akan meninggalkan B. Qurayzah, membiarkan mereka sendiri menghadapi tentara Muslim yang kuat.

Lalu Nuaym menasehati B. Qurayzah untuk mengambil sandera dari pihak Quraish dan Ghatafan sebagai jaminan keamanan agar mereka mau membantu B. Qurayzah menghadapi Muhammad. Ketua2 B. Qurayzah merenungkan yang dikatakan Nuaym dan berpendapat bahwa itu sangat masuk akal.

Setelah bicara dengan kaum Yahudi B. Qurayzah, Nuaym langsung menghadap tentara Quraish dan Ghatafan, dan mengumumkan bahwa dia telah meninggalkan Islam dan Muhammad dan berkata pada mereka bahwa kaum Yahudi B. Qurayzah menyesal dengan apa yang mereka lakukan dan sekarang bergabung bersama Muhammad. Nuaym juga menambahkan bahwa B. Qurayzah menawarkan Muhammad perjanjian bahwa sandera manapun yang mereka ambil dari suku Quraish dan Ghatafan akan mereka berikan pada Muhammad untuk dipancung dan Muhammad tentunya dengan senang hati akan memancung mereka. Berita ini membuat marah orang2 Mekah dan mereka percaya setiap kata yang diucapkan Nuaym. Sekarang rasa curiga tumbuh subur dalam pikiran mereka tentang B. Qurayzah, dan mereka mengambil keputusan berdasarkan nasehat Nuaym untuk tidak memberikan sandera manapun yang diminta B. Qurayzah dari mereka.

Pada hari Sabbath petang (yakni malam Jum’at, Sabbath adalah Sabtu menurut tradisi Yahudi), Abu Sufyan mengirim Ikrimah b. Abi Jahl dan sekelompok orang mengunjungi B. Qurayzah untuk meminta kaum Yahudi ke luar dan melakukan perang bersama keesokan harinya (hari Sabtu). Kaum Yahudi menolak bertempur di hari Sabbath dengan mengatakan bahwa ketika mereka dulu melanggar tradisi larangan perang di hari Sabbath, mereka lalu dirubah jadi monyet dan babi.[158] Lagi pula, kaum Yahudi juga menuntut sandera dari kaum Quraish dan Ghatafan sebagai persyaratan untuk mau bersama-sama perang melawan Muhammad.

Ketika berita tentang permintaan sandera ini disampaikan kepada Abu Sufyan dan para pemimpin Ghatafan, mereka merasa kaget dengan tepatnya dugaan yang disampaikan oleh Nuaym. Pihak sekutu berkeputusan tidak mau memberikan satupun sandera untuk B. Qurayzah dan ini pun disampaikan kepada kaum Yahudi B. Qurayzah. Setelah mendengar ini, pihak Yahudi B. Qurayzah merasa yakin bahwa pihak Quraish dan Ghatafan hendak memperdaya mereka andaikata nantinya mereka berhasil menaklukan pihak Muslim. Karena itu kaum Yahudi tidak mau ikut perang, kecuali ada sandera untuk jaminan bahwa pihak sekutu dan mereka menyampaikan keputusan ini pada kaum Quraish dan Ghatafan.

Mendengar ini, pihak sekutu tidak merasa senang. Persediaan makanan mereka mulai surut. Rencana mereka untuk menyerang pihak Muslim dari belakang kota dengan pertolongan B. Qurayza jadi tidak jelas lagi. Setiap hari beberapa unta2 dan kuda2 mereka mati. Kesusahan mereka bertambah karena udara juga tidak nyaman. Udara dingin, berangin dan hujan terus menerpa perkemahan mereka. Angin keras menjadi badai, menerbangkan panci2 masak dan tenda2 mereka. Mereka menganggap udara jelek ini sebagai pertanda buruk dan mulai melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya. Dengan banyaknya masalah yang dihadapi, Abu Sufyan tiba2 mengambil keputusan untuk membongkar perkemahan dan pulang. Pembubaran pasukan ini dimulai oleh kaum Quraish dan diikuti kaum Ghatafan. Abu Sufyan naik untanya dan memimpin rombongan pergi meninggalkan daerah musuh. Tak lama kemudian, seluruh tentara Quraish menuju Mekah dengan menggunakan jalur melalui Uhud. Di pagi hari, tidak satupun tentara Quraish yang tampak. Seperti biasa, Muhammad mengaku bahwa Jibril telah membawa topan badi dan menyebabkan pihak sekutu Mekah melarikan diri. Ibn Sa’d menulis bahwa ketika Jibril bertemu Muhammad, Jibril berkata padanya, “O! Berbahagialah.” [159] Pesan dari Allah menegaskan hal itu (Q 33:9). Allah menengahi perang ini dengan memasukkan rasa teror dalam hati para kafir melalui angin yang dahsyat dan udara dingin yang menusuk.
158 Ibn Sa’d, vol.ii, p.85

Akan tetapi, alasan sebenarnya pihak Mekah meninggalkan medang perang sama sekali berbeda. Waktu itu adalah awal bulan Dzul Qaedah, yakni bulan pertama dari tiga bulan suci berdasarkan tradisi Arab dan tidak boleh melakukan perang di bulan2 suci ini. Pihak Mekah harus kembali dan menunaikan ibadah haji yang akan segera dimulai di Mekah. [160]

Kabar bubarnya persatuan antara tentara sekutu dan B. Qurayzah didengar Muhammad. Dia mengirim pengintai untuk mengetahui kegiatan musuh dengan menjanjikan orang ini surga dan jarahan perang andaikata dia kembali tepat waktu. Atas hal ini Hadis mengatakan:
Hadith Sahih Bukhari Volume 9, Book 93, Number 555:
Dikisahkan oleh Abu Huraira:
Rasul Allah berkata, "Allah menjamin (orang yang melakukan Jihad untuk Allah dan tidak ada yang ingin dilakukannya kecuali Jihad untuk Allah dan iman akan FirmanNya) bahwa Allah akan menerimanya di surga (mati sebagai martir) atau mengupahi dia dengan hadiah atau jarahan perang yang telah diterimanya dari tempat dia pergi.”


Muhammad harus menjanjikan surga bagi pengintainya karena tidak ada seorang pun yang bersedia jadi sukarelawan untuk mengunjungi perkemahan Quraish dan membawa kembali berita yang sebenarnya. Pada saat ini, rasa takut, lapar dan kedinginan dialami pihak Muslim dan mereka tidak punya keinginan untuk berperang. Sebenarnya, ketika tidak ada yang mau jadi sukarelawan, Muhammad memilih pengintai itu sendiri dan memerintahkannya untuk ke luar dan cari kabar yang sebenarnya. Pengintai itu ke luar dan melihat pembantu Allah (para malaikat) menghukum pihak Quraish dan Ghatafan dengan badai dan udara dingin.

Pengintai ini melihat keberangkatan Abu Sufyan dan pihak sekutu dan membawa berita gembira ini pada Muhammad. Muhammad sangat lega dengan kepergian pihak musuh. Tentara Muslim juga sangat bersukacita di pagi hari, mereka membubarkan tenda2 mereka dan kembali ke rumah2 mereka. Muhammad tidak mau mengejar tentara Quraish karena bertempur dengan mereka di tempat terbuka akan sangat riskan baginya. Tak lama kemudian dia mengatakan pada kaum Muslim bahwa Allah telah mengirim pesan untuk menyerang B. Qurayza, dengan mengatakan bahwa Jibril datang padanya dengan menyaru sebagai Dihya, orang Kalbit. Segera Muhammad mengirim Bilal untuk mengumumkan ajakan atas seluruh kota untuk bersiap melakukan perang baru.
159 Ibn Sa’d, vol.ii, p.88
160 Hamidullah, p.77

Setelah perang Parit selesai, Muhammad bersumpah untuk jadi semakin agresif dan menyerang duluan dan tidak bertahan. Ini Hadisnya yang menunjukkan Islam adalah agama yang menyerang dan tidak bertahan diri:

Hadith Sahih Bukhari Volume 5, Book 59, Number 435:
Dikisahkan oleh Sulaiman bin Surd:
Di hari Al-Ahzab (kumpulan keluarga) sang Nabi berkata, (Setelah perang ini) kita akan menyerang mereka (para kafir) dan tidak akan membiarkan mereka menyerang kita."

[Catatan: Hadis ini tidak akan dapat ditemukan dalam versi Sahih Al-Bukhari yang telah disensor dan “dibersihkan”, akan tetapi bisa didapat dalam kumpulan Hadis Sahih Bukhari asli Internet}
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Mon Jan 02, 2006 8:20 am

Bagian Sepuluh
‘Anggota LET (Lashkar-e-Toiba) tidak boleh mencukur atau memotong rambut mereka dan mereka diajari untuk membunuh sesuai aturan yakni dengan memancung atau memotong tenggorokan’ --- seorang anggota LET [161]
Teror Tiga Puluh Tiga
Pembantaian rasial atas kaum Yahudi Bani Qurayzah oleh Muhammad—February-March, 627


Setelah Muhammad meninggal medan perang parit di pagi hari dia kembali ke Medina, dan ketika dia sedang mencuci kepalanya di rumah Umm Salamah, yakni salah satu istri2nya, Gabriel datang padanya di siang hari dan memberi tahu dia bahwa perang belum selesai, dan Allah memerintah Muhammad untuk menyerang B. Qurayzah. Dia berkata bahwa Gabriel datang dalam bentuk Dhiyah b. Khalifah al-Kalbi, seorang pedagang Medina yang ganteng dan kaya. Gabriel juga menyatakan dukungannya yang teguh kepada Muhammad dalam rencana serangan ini. Ditulis bahwa Gabriel datang naik kuda dan pakai sorban kain emas.[162]

Setelah mendengar petunjuk Gabriel, Muhammad meninggalkan sembahyang Asr (siang hari) dan memerintahkan para Jihadisnya untuk bergerak langsung ke wilayah B. Qurayzah. Ali diperintahkan bergerak mendahului yang lain. Muhammad memerintahkan pengikutnya bahwa dalam perang, sembahyang dapat tidak dilaksanakan, karena perang seperti ini lebih penting daripada sembahyang. Dalam perjalanan, Ali mendengar orang2 bicara buruk dan mengejek Muhammad. Dengan rasa tidak senang, Ali menyampaikan hal ini kepada Muhammad. Muhammad menghibur Ali dengan mengatakan orang2 itu tidak akan berani menghinanya jika dia ada di hadapan mereka. Mendengar ini, Ali merasa puas dan dia kembali melakukan tugasnya. Di petang hari, tentara2 Muslim berbaris menuju perbentengan B. Qurayzah yang terletak sejauh 3 mil sebelah tenggara Medina. Muhammad naik keledai, dan 3.000 tentara Muslim dengan 36 kuda mengikutinya. Sebuah tenda di halaman mesjid Medina didirikan sebagai tempat berteduh bagi Sa’d b. Muadh dan untuk merawat lukanya yang parah (lihat Teror 32).

Ketika Muhammad berada dekat benteng kaum Yahudi B. Qurayzah, dia memanggil mereka sambil berteriak, “kau saudara2 kera.”[163] Panggilan ini menjelaskan ayat2 Q 2:65, 5:60 dan 7:166, yang mengatakan Allah mengubah Yahudi jadi kera2. Jadi bagi Islam, kaum Yahudi dianggap kera2, dan ini dinyatakan oleh Allah, dan Muhammad menegaskan hal ini lagi dalam persengketaan dengan B. Qurayzah. Ibn Sa’d menulis [164]: “O saudara2 monyet dan babi! Takutlah padaku, takutlah padaku.”
161 Masterminds of Terror, p.45
162 Ibn Sa’d, vol. ii, p.94
163 Tabari, vol viii, p.28
164 Ibn Sa’d, vol.ii, p.95

Masih belum puas dengan kata2 kutukan itu, Muhammad meminta penulis puisinya yakni Hassan b. Thabit untuk memakai bahasa makian bagi orang Yahudi melalui puisi. Ini Hadisnya yang menjabarkan isi pikiran utusan Allah:
Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 449:
Dikisahkan ole Al-Bara,”Hina mereka (dengan puisimu), dan Gabril ada bersamamu (yakni mendukungmu).” (Melalui kelompok orang lain yang menyampaikan hal ini) Al-Bara bin Azib berkata, “Pada hari pengepungan Quraiza, Rasul Allah berkata pada Hassan bin Thabit, “Hina mereka (dengan puisimu), dan Gabriel ada bersamamu (yakni untuk mendukungmu).”

Walaupun dicacimaki oleh Muhammad, kaum Yahudi B. Qurayzah tetap sabar dan bersikap sopan terhadap Muhammad, dan memanggilnya dengan nama Abu al-Qasim (ayah dari Qasim, yakni anak Muhammad yang meninggal dunia). Percakapan ini terjadi diantara Muhammad dan kaum Yahudi B. Qurayzah seperti yang ditulis oleh Tabari:[165]
‘Ketika Rasul Allah mendekati benteng mereka, dia berkata: “Kamu saudara2 monyet! Sudahkah Tuhan mempermalukanmu dan mengirimkan pembalasan padamu?” Mereka berkata, “Abu al-Qasim, kau bukanlah orang yang suka bertindak serampangan.”’

Kamu Muslim lalu menyerang kaum Yahudi dengan panah2 tapi tidak ada hasilnya. Seorang Muslim mendekati benteng tanpa menghiraukan bahaya dan dibunuh oleh seorang Yahudi yang melemparkan batu ke bawah sehingga menimpa orang itu. Muhammad lalu memerintahkan pengepungan atas kaum Yahudi. Sudah jelas bahwa Muhammad ingin melakukan pertumpahan darah untuk balas dendam dan tidak mau berunding dengan pihak Yahudi.

Setelah dikepung selama 25 hari, kaum Yahudi jadi gelisah, lelah dan takut akan nasib mereka. Mereka pun mulai terancam bahaya kelaparan. Dikatakan bahwa Allah, melalui tindakan terorisme Muhammad, menaruh teror dalam hati mereka. Diantara kaum Yahudi adalah Huyayy b. Akhtab (lihat Teror 32) yang memenuhi sumpahnya kepada B. Qurayzah untuk menghadapi kemungkinan apapun, dan dia tidak ikut pergi bersama kaum Quraish dan Ghatafan, tapi tinggal bersama kaum Yahudi B. Qurayzah. Karena tidak tahan melihat penderitaan kaum wanita dan anak2, maka Ka’b b. Asad, ketua Qurayzah, mengajukan usul pada orang2 Yahudi untuk memeluk Islam untuk menyelamatkan nyawa mereka. Hampir seluruh kaum Yahudi menolak usul itu demi agama nenek moyang mereka. Ka’b yang cemas mengajukan usul agar mereka membunuh kaum wanita dan anak2 mereka sendiri, lalu semua pria ke luar dan bertempur melawan Muhammad secara terbuka. Tapi kaum Yahudi tidak membunuh orang2 yang paling dikasihi dengan tangan mereka sendiri. Tidak mungkin bagi mereka untuk melakukan hal itu, lagipula mereka pikir apa artinya hidup tanpa istri2 dan anak2 mereka. Ka’b lalu mengajukan usul untuk menyerang Muhammad keesokan harinya, yakni hari Sabbath (Sabtu). Kaum Yahudi juga menolak untuk melakukan hal ini karena menghormati hari Sabbath.

Karena kaum Yahudi tidak dapat memutuskan nasib mereka, maka mereka mengirim seorang utusan kepada Muhammad, meminta agar Abu Lubabah b. Abd al-Mundhir, kawan mereka dari B. Aws, dikirim kepada kaum Yahudi untuk berdiskusi dan memberi nasihat. Seketika setelah Lubabah tiba dalam benteng orang Yahudi, kaum wanita dan anak2 datang padanya dan memeluknya, memohon agar dia berbelas kasihan kepadanya. Abu Lubabah merasa sedih dan kasihan kepada mereka. Ketika mereka bertanya padanya apakah yang akan Muhammad jika mereka menyerah, Abu Lubabah membuat gerakan dengan tangannya seakan memotong tenggorokannya sebagai tanda bahwa Muhammad berpikir untuk membunuh mereka dan dia (Abu Lubabah) tidak dapat berbuat apapun akan hal itu.
165 Tabari, vol.viii, p.28

Tabari menulis: [166]
‘Ketika mereka melihat dia (yakni Abu Lubabah), orang2 bangkit untuk menemuinya, dan kaum wanita dan anak menyerbu memeluknya, menangis di hadapannya, sehingga dia merasa iba atas mereka. Mereka berkata padanya, “Abu Lubabah, kau pikir kami harus menyerang pada Muhammad?” “Ya,” katanya, tapi dia menunjukkan tangannya ke arah tenggorokannya, yang berarti akan terjadi pembantaian.’

Haykal menulis [167] bahwa kaum Yahudi mengira sekutu mereka yang duku suku al-Aws akan memberi perlindungan dan jika mereka mengungsi sendiri ke Adhriat di al Sham, Muhammad akan membiarkan mereka pergi. Jadi B. Qurayzah mengirim usul untuk mengungsi dari daerah mereka dan pergi ke Adhriat. Muhammad dengan tegas menolak usul mereka dan bersikeras bahwa mereka harus tunduk pada keputusannya. Setelah menunjukkan kepada kaum Yahudi apa yang ada dalam pikiran Muhammad dengan memakai bahasa tangan, Abu Lubabah merasa bersalah karena telah membocorkan rahasia rencana Muhammad. Untuk membalas ‘kesalahannya’, dia langsung pergi ke mesjid dan mengikat dirinya sendiri dengan tali di salah satu pilar mesjid. Inilah pilar yang dikenal sebagai ‘pilar penyesalan’ atau ‘pilar2 Abu Lubabah.’ Allah mengutarakan ketidaksukaannya akan perbuatan Abu Lubabah di ayat Q 8:27. Ketika Muhammad mendengar apa yang telah Abu Lubabah lakukan, dia menunggu Allah untuk mengampuni Abu Lubabah. Abu tetap terikat di pilar selama 6 malam. Istrinya melepaskan ikatannya setiap kali dia mau sembahyang. Allah mengampuni Abu Lubabah dengan ayat Q 9:104. Jadi Muhammad pergi kepadanya saat sembahyang subuh dan melepaskan ikatannya. [168]

Karena merasa tidak punya pilihan lain, pada pagi harinya kaum Yahudi B. Qurayzah menyerah pada Muhammad dan keputusannya. Kaum pria Yahudi dirantai dan ditempatkan di dalam benteng sampai ada keputusan tentang nasib mereka. Kaum B. Aws punya hubungan baik dengan kaum Yahudi B. Qurayzah. Mereka memohon belas kasihan Muhammad dan keputusan yang adil bagi sekutu mereka orang Yahudi. Akan hal ini, Muhammad mengajukan usul agar keputusan ditetapkan oleh Sa’d b. Muadh yang adalah ketua B. Aws, yang sedang beristirahat karena lukanya yang parah di tenda di dekat Medina. Kaum B. Aws dan B. Qurayzah setuju atas usul Muhammad, dengan berharap agar Sa’d b. Muadh memberi ampun. Muhammad lalu mengirim beberapa orang B. Aws untuk menjemput Sa’d untuk menyampaikan keputusannya. Dengan naik keledai, Sa’d tiba di tempat di mana 700-800 orang Yahudi dan banyak orang2 B. Aws berdiri untuk mendengarkan keputusannya. Banyak orang2 B. Aws yang meminta Sa’d untuk berbelas kasihan terhadap orang2 Yahudi. Sa’d lalu bertanya apakah mereka akan menerima keputusan apapun yang dia putuskan. Orang2 mengiyakan.
166 Tabari, vol.viii, p.31
167 Haykal, Ch. The Campaign of Khandaq and B. Qurayzah
168 Ibn Ishaq, p.463
The Root of Terrorism a la Islamic Style 93

Lalu Muhammad bertanya Sa’d b. Muadh untuk mengutarakan keputusannya. Sa’d menjawab, “Aku putuskan bahwa para pria dibunuh, harta benda dibagi-bagikan, kaum wanita dan anak2 dijadikan tawanan.” Semua orang kaget mendengar keputusan berdarah ini kecuali Muhammad. Dia memuji Sa’d dengan mengatakan keputusannya adalah keputusan dari yang Maha Kuasa. Dia bersikap dingin dan tidak tergerak sedikitpun dan mengatakan lagi bahwa keputusan Sa’d adalah adil, katanya, ”Kau telah memutuskan nasib mereka dengan keputusan Tuhan dan keputusan RasulNya.” [169] Perkataan Muhammad ini jelas menunjukkan bahwa dia memang ingin membantai orang2 Yahudi ini dengan darah dingin tanpa ampun.

Sahih Bukhari Volume 5, Book 58, Number 148:
Dikisahkan oleh Abu Said Al-Khudri:
Beberapa orang (yakni kaum Yahudi Bani bin Quraiza) setuju untuk menerima keputusan dari Sad bin Muadh sehingga sang Nabi menyuruh orang untuk menjemputnya (Sad bin Muadh). Dia datang naik keledai, dan ketika dia mendekati Mesjid, sang Nabi berkata, “Berdirilah bagi yang terbaik diantaramu.” Atau berkata, “Berdirilah bagi pemimpinmu.” Lalu sang Nabi berkata, “O Sad! Orang2 ini telah setuju untuk menerima keputusan darimu.” Sad berkata, “Aku memutuskan agar para prajurit mereka dibunuh dan anak2 dan kaum wanita mereka dijadikan tawanan.” Sang Nabi berkata,”Kau telah memberikan keputusan yang sama dengan keputusan Allah (atau keputusan Raja).”[Catatan: Hadis ini tidak dapat dijumpai dalam kumpulan Sahih Bukhari yang telah “disetrilkan”, “dibersihkan”. Akan tetapi Hadis ini bisa dibaca di Original Sahih Al-Bukhari versi Internet]

Para wanita dan anak2 dipisahkan dari para suami dan saudara2 laki mereka, dan yang lain diawasi oleh Abdullah, seorang pelarian Yahudi. Semua harta benda milik B. Qurayzah, unta2 dan ternak mereka dibawa sebagai jarahan perang untuk dibagi-bagikan diantara para Muslim. Air anggur dan cairan anggur yang diawetkan dibuang.
169 Tabari, vol.viii, p.33

Setelah Sa’d b. Muadh menyampaikan keputusan akan pembantaian, kaum Yahudi B. Qurayzah dibawa ke luar dari tempat tinggal mereka, para pria diikat tangannya di belakang punggung merek, dan kaum wanita dan anak2 dipisahkan dari kaum pria. Kaum pria di bawah pengawasan Mohammad ibn Maslama, pembunuh Ka’b ibn Ashraf, untuk dibawa ke Medina ke pekarangan milik anak wanita dari seorang Muslim fanatik yang bernama al-Harith sebelum pembantaian dilakukang. Sebuah parit panjang digali di daerah pasar Medina. Para tawanan dibawa ke sana, disuruh berlutut dan dipancung dalam kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 orang. Muhammad berada di sana untuk menyaksikan semua adegan pemancungan ini. Ali dan Zubayr memotong kepala2 orang2 Yahudi di hadapan Muhammad. Dengan mengutip tulisan Al-Waqidi, Tabari menulis:
“ … sang utusan Allah memerintahkan untuk menggali parit di atas tanah untuk B. Qurayzah. Lalu dia duduk, dan Ali dan al-Zubayr mulai memancungi kepala2 mereka di hadapan Muhammad.” [170] Ibn Ishaq [171] menulis bahwa orang2 Yahudi dikelompokkan dan dihadapkan Muhammad untuk dipancung di depannya.

Tabari lebih lanjut menusli: [172]
“Rasul Allah ke luar menuju pasar Medina dan memerintahkan penggalian parit. Lalu dia memerintahkan orang2 Yahudi dibawa ke situ untuk dipancung di atas parit. Mereka dibawa ke hadapan mereka dalam kelompok2. Diantara mereka adalah musuh Allah, yakni Huyayy b. Akhtab dan Ka’b b. Asad, yakni ketua B. Qurayza. Jumlah mereka adalah 600-700, yang lain menulis 800-900. Tatkala mereka dibawa dalam kelompok menghadap utusan Tuhan, mereka berkata kepada Ka’b b. Asad, “Ka’b, apa yang kau mengerti. Tidakkah kau melihat tidak ada yang dibebaskan dan siapa yang diambil tidak akan kembali? Demi Tuhan, ini adalah kematian!” Proses pemancungan berlangsung terus sampai Rasul Allah selesai menyaksikan semuanya.”

Sir William Muir [173] menuliskan adegan pemancungan yang mengerikan ini sebagai berikut:
“Orang2 dijejerkan di sebuah halaman yang tertutup, pada saat kuburan atau parit2 digali untuk mereka di pasar utama kota. Ketika parit2 sudah selesai digali, Mahomet sendiri menjadi saksi tragedi ini, dia memerintah para tawan dibawa ke hadapannya dalam kelompok 5 – 6 orang. Setiap kelompok diperintahkan untuk berlutut di tepi parit yang ditakdirkan untuk jadi kuburan mereka, dan lalu mereka dipancung. Kelompok demi kelompok dibawa ke luar, dipancung dengan darah dingin, sampai mereka semua habis dibantai. Seorang wanita juga dipancung, karena dialah yang melempar batu di saat perang.”

Kejadian yang mengenaskan terjadi ketika Huyayy b. Akhtab, ketua kaum Yahudi B. Nadir yang diasingkan, dibawa ke tempat pemancungan. Tabari menuliskan pemancungan atas dirinya sebagai berikut:
‘Huyayy b. Akhtab, musuh Tuhan, dibawa ke luar. Dia mengenakan baju berwarna merah yang robek2 sehingga tidak bisa diambil sebagai barang jarahan, dan tangannya terikat dengan tali di sekitar lehernya. Ketika dia melihat Rasul Allah, dia berkata, “Demi Tuhan, aku tidak menyalahkan diriku karena memusuhimu, tapi barang siapa yang meninggalkan Tuhan akan ditinggalkan.” Lalu dia berpaling menghadap rakyatnya dan berkata, “Wahai orang2, tidak ada yang cacat dalam perintah Tuhan. Itu tertulis dalam buku Tuhan (Alkitab), PenghakimanNya, dan perang dengan pembantaian besar2an terhadap Anak2 Israel.” Lalu dia duduk dan dipancung.”

Hanya satu wanita dari B. Qurayzah dibunuh. Dia adalah istri Hasan al-Qurazi [174] dan bersikap ramah terhadap Aisyah. Aisyah mengisahkan tentang pemancungan itu sebagai berikut:
‘Hanya satu dari wanita2 yang dibunuh. Demi Tuhan, dia ada bersamaku, bicara denganku dan tertawa tak terhankan saat Rasul Allah membunuhi pria2 mereka di pasar, tatkala tiba2 ada suara yang memanggil namanya, “Di mana orang ini dan ini?” Dia (wanita itu) berkata, “Aku akan dibunuh.” “Mengapa?”, tanyaku. Dia berkata karena dia melakukan kesalahan. Dia lalu dibawa dan dipancung. (Aisyah menambahkan: aku tidak akan pernah melupakan rasa heranku akan keriangannya, bahkan pada saat dia tahu dia akan dibunuh.)’ [175]
170 Tabari, vol viii, p.41
171 Ibn Ishaq, p.464
172 Tabari, vol viii, pp.35-36
173 Muir, vol. iii, p.276…
174 Dashti, p.91

Hadis Sahih Abu Daud, Book 14, Number 2665:
Dikisahkan Aisha, Ummul Mu'minin:
Tidak ada wanita Banu Qurayzah yang dibunuh, kecuali seorang. Dia ada bersamaku, bicara dan tertawa terbahak-bahak, ketika Rasul Allah membunuhi orang2nya (wanita itu) dengan pedang. Tiba2 seorang pria memanggil namanya: “Di mana si ini dan itu?” Dia berkata: “Aku di sini.” Aku bertanya:”Ada apa denganmu?” Dia berkata:”Aku berbuat sesuatu.” Orang yang lalu membawanya pergi dan memancungnya. Aku tidak akan pernah lupa bagaimana dia tertawa terpingkal-pingkal meskipun dia tahu dia akan dibunuh.


Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, wanita Yahudi malang ini membunuh satu tentara Muslim dengan melemparkan batu ke atas kepalanya sewaktu Rasul Allah mengepung benteng B. Qurayzah. Ada pula kisa seorang Yahudi tua bernama Az-Zabir. Az-Zabir menyelamatkan nyawa seorang Muslim yang bernama Thabit b. Qays di perang Bu’at. Sekarang ketika giliran Az-Zabir akan dipancung. Thabit b. Qays meminta Muhammad untuk menyelamatkan nyawa orang tua ini dan keluarganya sebagai balas budi. Muhammad ragu2 tapi mengabulkan permintaan ini. Az-Zabir lalu menanyakan Thabit b. Qays tentang nasib ketua2 Yahudi seperti Ka’b b. Asad dan Huayy b. Akhtab, karena Az-Zabir lebih memilih mati daripada hidup tanpa mereka. Az-Zabir berkata, “Kalau begitu aku meminta padamu sebagai balas jasa pertolonganku padamu agar aku bisa bergabung dengan orang2 dari sukuku, karena demi Tuhan, tiada lagi gunanya hidup ini tanpa mereka semua. Aku tidak akan menunggu dengan sabar akan (waktu) Tuhan, tidak pula akan menunggu waktu (yang dibutuhkan) ember penuh selesai diisi air, sampai aku bertemu dengan orang2 yang kukasihi.” [176]

Maka Thabit membawanya ke muka dan Az-Zabir pun dipancung. Ketika Abu Bakr mendengar apa yang dikatakan orang tua itu sebelum dipancung, dia berkata, “Dia akan bertemu mereka semua, demi Tuhan, di Gehenna (neraka), tempat mereka tinggal untuk selama-lamanya.” [177]
175 Ibn Ishak, pp.464-465
176 Tabari, vol.viii, p.37
177 ibid

Muhammad memerintahkan semua pria Yahudi yang sudah punya bulu kemaluan untuk dibunuh. Seorang anak laki Yahudi minta perlindungan kepada seorang wanita Muslim yang bernama Salma bt. Qays. Salma minta agar Muhammad mengampuni anak Yahudi ini. Dikabarkan bahwa Muhammad mengabulkan permintaannya.

Hadith Sahih Sunaan Abu Dawud Book 38, Number 4390:
Dikisahkan oleh Atiyyah al-Qurazi:
Aku termasuk diantara tawanan Banu Qurayzah. Mereka (orang2 Muslim) memeriksa kami, dan orang2 yang sudah tumbuh bulu kemaluannya dibunuh, dan yang belum tidak dibunuh. Aku ada diantara mereka yang belum tumbuh bulu kemaluannya.


Mohon diingat bahwa pengisah Hadis ini , Atiyyah al-Qurazi, mungkin adalah adik laki yang masih sangat muda dari Hasan al-Qurazi, orang Yahudi yang dipancung.

Setelah selesai memancung semua pria dewasa kaum Yahudi B. Qurayzah, sang Nabi yang penuh pengampunan ini lalu menyibukkan dirinya dengan membagi-bagi barang jarahan milik orang Yahudi. Dia membagi-bagi kekayaan, para istri dan anak2 B. Qurayzah diantara para pengikutnya. Tidak perlu diceritakan lagi bahwa tentunya dia tidak lupa akan Khums (seperlima barang jarahan) bagi dirinya sendiri.

Aturan pembagian barang jarahan sedikit berubah. Pengendara kuda menerima tiga upah: dua untuk kudanya dan satu untuk pengendaranya. Jihadis yang jalan kaki dan tidak punya kuda menerima satu upah. Dari barang jarahan pertamalah upah2 dibagikan dan Khums diambil. Ini menyederhanakan aturan pembagian barang jarahan (fai) yang kemudian diterapkan dalam penjarahan2 selanjutnya. Terdapat 36 pasukan berkuda dalam serangan ini. Jika seseorang punya lebih dari dua kuda, dia tidak akan menerima upah lebih daripada pemilikan dua kuda.
[Catatan: Fai adalah jarahan yang diambil dari daerah yang tunduk kepada Islam tanpa perlawanan. [178]]

Setelah membantai semua pria dewasa Yahudi, Muhammad mengirim Sa’d b. Zayd al-Ansari dengan beberapa tawanan (wanita dan anak2) dari B. Qurayzah ke Najd untuk menjual para tawanan ini di pasar budak. Meskipun tidak diketahui dengan persis berapa harga seorang budak wanita saat itu, Ibn Sa’d [179] menulis bahwa Khadijah, istri pertama Muhammad, membeli seorang budak baginya yang bernama Zayd b. Haritha (yang nantinya jadi anak angkat Muhammad, tapi istrinya (Zainab) diembat sama Muhammad itu lho) seharga 400 Dirham di pasar budak di Ukaz, Mekah. Di Sunan Abu Daud kita baca bahwa harga seorang budak muda (laki atau wanita) berkisar dari 500 sampai 800 Dirham, atau US$2.500 sampai US$ 4.000 (lihat Sunan Abu Daud nomer 3946 dan 4563). Jadi harga yang wajar bagi seorang budak adalah sekitar US$2.500 dalam harga modern saat ini, dan ini adalah harga yang cukup mahal. Kalau dikalikan dengan jumlah budak wanita dan anak2, misalnya 1.000 orang, maka harga total adalah US$ 2.500.000 (atau ¼ juta dollar U.S.). Ini adalah uang yang besar sekali bagi para teroris di jaman itu. Dari uang penjualan budak ini, Muhammad membeli kuda2 dan persenjataan perang. Diantara para tawanan wanita, Muhammad menemukan seorang gadis yang sangat cantik yang bernama Rayhanh bt. ‘Amr b. Khunafah dan Muhammad mengambil gadis ini sebagai gundiknya. Dikatakan bahwa Muhammad menawarkan Rayhanh untuk jadi istrinya dengan memeluk Islam, tapi dia tidak mau. Dia memilih untuk tetap jadi gundik saja daripada jadi Muslim.

Rayhanh berkata, “Rasul Allah, lebih baik aku jadi gundikmu, karena ini lebih mudah bagiku dan bagimu.” [180] Muhammad sangat sedih ketika Rayhanh menolak Islam dan lebih memilih tetap sebagai orang Yahudi. Beberapa biografer lain menulis bahwa akhirnya Rayhanh memeluk Islam.
178 Hughes Dictionary of Islam, p.114
179 Ibn Sa’d, vol.i, p.591
180 Tabari, vol.viii, p.39

Penjabaran tentang kekejaman Muhammad dan nafsunya akan daun muda ditulis oleh Sir William Muir sebagai berikut:
‘Setelah memuaskan dendamnya, dan membanjiri pasar dengan darah 800 orang korban, dan memerintahkan agar parit ditutup dengan tanah, Mahomet meninggalkan ladang pembantaian untuk menghibur dirinya sendiri dengan kejelitaan Rihana, yang suami dan sanak saudara prianya baru saja dipenggal hari itu. Dia mengajaknya (Rihana) untuk jadi istrinya, tapi dia menolak, dan lebih memilih untuk tetap (memang setelah menolak untuk dinikahi, Rihana tidak punya pilihan lain kecuali) jadi budak atau gundiknya. Rihana juga menolak untuk melakukan Shahadat dan tetap memeluk agama Yahudinya, dan ini membuat sang Nabi sangat gundah. Akan tetapi dikatakan di kemudian hari, Rihana akhirnya mau memeluk Islam. Dia hidup bersama Mahomet sampai dia (Mahomet) mati.’ [181]

Setelah menyampaikan keputusannya, Sa’d dibawa kembali naik keledai ke tendanya. Lukanya sangat parah. Dia berbaring menunggu kematiannya. Muhammad segera datang menjenguknya. Dia berdoa pada Allah untuk menyelamatkan nyawa Sa’d. Tapi kali ini Allah tidak menjawab doanya. Tak lama kemudian, Sa’d mati. Mayatnya dibawa ke rumahnya dan setelah sembahyang maghrib, dia dikuburkan. Tandu jenazahnya terasa ringan saat diangkat. Muhammad mengaku bahwa para malaikat mengangkat tandu jenazah Sa’d.

Jibril mengatakan pada Muhammad bahwa Sa’d B. Muadh sudah berada di surga [182], dan berkata bahwa takhta Allah bergetar saat Sa’d B. Muadh mati. Kita baca Hadinya:
Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 58, Number 147:
Dikisahkan oleh Jabir:
Aku mendengar sang Nabi berkata, “Takhta (Allah) bergetar pada saat kematian Sad bin Muadh." Melalui kelompok penulis lain, Jabir menambahkan, “Aku mendengar sang Nabi berkata, “Takhta yang Mulia bergetar karena kematian Sa’d bin Muadh."


Apakah yang Muhammad lakukan atas tanah2 kaum Yahudi B. Qaynuqa, B. Nadir, dan B. Qurayzah? Dia menggunakan jarahan dari tanah B. Qurayzah dan B. Nadir untuk mengambalikan pemberian (utang) yang diterimanya dari kaum Ansar di Medina. Dia memberikan sebagian jatah jarahannya kepada Umm Ayman, budak wanita yang mengurusnya saat dia masih bayi.
181 Muir, vol.iii, p.278
182 Ibn Ishaq, p.469
Hadis Sahih Muslim, Book 019, Number 4376:
Telah dikisahkan oleh Anas bahwa (setelah hijrah ke Medina) seseorang memberi sang Nabi beberapa kurma hasil dari kebunnya sampai tanah2 Quraiza dan Nadir ditaklukkan. Lalu dia mulai mengembalikan apapun yang diterimanya. (Karena itu) orang2ku mengatakan padaku untuk menemui Rasul Allah dan meminta bagian dari apa yang didapatnya dari para pengikutnya, tapi Rasul Allah menganugerahkan pohon2 kurma itu untuk Umm Aiman. Lalu aku datang menghadap sang Nabi dan dia memberikannya kembali padaku. Umm Aiman juga datang pada saat itu. Dia menaruh kain di sekeliling leherku dan berkata, “Tidak, demi Alah, kita tidak akan memberikan padamu yang telah dia (Muhammad) berikan padaku.” Sang Nabi berkata, “Umm Aiman, biarkan dia memilikinya dan untukmu adalah pohon2 yang ini dan itu sebagai gantinya.” Tapi dia berkata, “Demi Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Tidak, tidak akan pernah.” Sang Nabi terus berkata, “(Kamu akan mendapat) ini dan itu” sampai dia (Umm Aiman) mendapat 10 kali lebih banyak daripada pemberian awal.

Muhammad sekarang menjadi amat kuat secara militer dan menjadi warlord (pemimpin militer suatu daerah) di Jazirah Arabia. Tidak perlu dikatakan lagi, ini semua adalah hasil siasat terornya.

Silakan baca versi Islam tentang pembantaian kaum Yahudi B. Qurayzah:
[ http://forum.bismikaallahuma.org/viewtopic.php?t=956 ]

Bersambung ke Bagian 11
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Thu Jan 05, 2006 10:18 am

Bagian Sebelas
‘Kamu hidup di sini, tapi aku hidup diantara para kafir. Ijinkan aku membersihkan sebagian dosa2ku’ ---Ziad al-Jarrah [183]

Teror Tiga Puluh Empat
Perampokan Atas al-Qurata di Dariyaah oleh Muhammad ibn Maslama--July, 627 M


Para pembaca mungkin ingat nama Muhammad ibn Maslama. Dia adalah pembunuh yang disewa untuk membunuh Ka’b b. al-Ashraf, penulis puisi Yahudi (lihat Teror 17, Bagian 5). Sejak itu, Muhammad ibn Maslama jadi orang yang sangat spesial bagi Muhammad, sang utusan Allah. Kapanpun Muhammad butuh orang untuk melakukan pembunuhan, dia (Muhammad ibn Maslama) adalah orang yang paling dipercaya untuk melaksanakan tugas pembunuhan. Setelah puas atas kemampuan Muhammad ibn Maslama dalam melaksanakan tugas Islam yang sempurna (via teror), maka Muhammad sang Rasul Allah mengambil keputusan untuk menugaskannya melakukan pekerjaan yang lebih menantang dan lebih menguntungkan, yakni (apa lagi kalau bukan) melakukan penjarahan atau Ghanimah.

Maka dia mengirim Muhammad ibn Maslama, sang pembunuh bayaran, untuk mengepalai 30 Jihadis [184] untuk mengepung dan merampok al-Qarata, cabang dari suku Kilab yang tinggal di tempat bernama Dariyyah, sekitar 50 atau 60 mil dari Medina. Muhammad ibn Maslama berangkat di malam hari, bersembunyi di siang hari, dan ketika tiba di Dariyyah, dia menyerang suku al-Qurata secara tiba2, mengakibatkan kepanikan dan teror diantara masyarakat suku tersebut. Dalam perampokan ini, pihak Muslim membunuh 10 orang sedangkan yang lain melarikan diri tanpa melawan. Barang jarahannya besar jumlahnya: 150 unta (sekitar US$52.000) dan 3.000 kambing (sekitar US$ 105.000) ditambah harta benda rumah tangga (jumlahnya tidak disebutkan pasti, mungkin sekitar US$ 50.000). Muhammad ibn Maslama terus melaksanakan penjarahan sampai 19 hari, lalu dia kembali ke Medina membawa barang jarahan. Muhammad sang Rasul Allah mengambil bagiannya (Khums, seperlima barang jarahan) dan membagi-bagikan sisanya diantara pengikutnya. Seekor unta berharga sama dengan 10 kambing. Pihak Muslim juga membawa seorang tawanan yang merupakan murid Musaylamah, saingan Muhammad yang juga mengaku sebagai utusan Allah. Muhammad sang Rasul Allah menuduh tawanan ini bekerja sama dengan Musaylamah untuk membunuhnya. Dikatakan bahwa kemudian orang ini akhirnya memeluk Islam. [185]

Teror Tiga Puluh Lima
Serangan Pertama Atas B. Thalabah di Dhu al-Qassah oleh Muhammad ibn Maslama—July, 627 M


Setelah sukses melakukan beberapa perampokan, unta2 milik Muhammad jadi bertambah banyak sekali. Dia mengirim unta2 ini untuk merumput di dekat daerah Hayfa, [186] tempat yang jauhnya sekitar 7 mil dari Medina yang punya ladang rumput yang subur. Karena kemarau terus-menerus di daerah sekitarnya, suku B. Thalabah, yang merupakan bagian dari suku Ghatafan, tampaknya ingin mencuri unta2 Muhammad. Muhammad merasa curiga atas orang2 dari suku Thalabah, dan dia mengirim letnannya yang terpercaya, Muhammad ibn Maslama dengan 10 orang untuk merampok di daerah Dhu al-Qassah tempat tinggal B. Thalabah. Mereka melakukan perjalanan di malam hari dari Medina. Orang2 B. Thalabah sudah mendengar akan rencana penyerangan ini, jadi mereka bertiarap di tanah menunggu tentara Muslim. Ketika akhirnya Muhammad ibn Maslama dan tentaranya tiba di daerah tujuan, 100 orang B. Thalabah menyerang mereka pada saat tentara Muslim sedang bersiap-siap untuk tidur. Setelah pertempuran singkat, orang2 B. Thalabah berhasil membunuh semua tentara Muhammad ibn Maslama. Dia sendiri terluka parah di pergelangan kakinya dan dia tidak bisa bergerak. Dia ditinggalkan di tempat itu untuk mati. Seorang Muslim yang kebetulan lewat tempat itu menemukannya dan membantunya kembali ke Medina.
183 Masterminds of Terror, p.128; Ziad was a 9/11 terrorist
184 Mubarakpuri, p.382
185 Mubarakpuri, p.382
186 Ibn Sa’d, vol.ii, p.106


Teror Tiga Puluh Enam
Serangan Kedua Atas B. Thalabah di Dhu al-Qassah oleh Ubayda b. al-Jarrah—August, 627M


Ketika Muhammad sang Rasul Allah mendengar tentang peristiwa ini (Teror 35), dia segera mengirim 40 tentara bersenjata lengkap di bawah pimpinan Abu Ubayda b. al-Jarrah untuk menghukum orang2 B. Thalabah. Kelompok tentara ini tiba di Dhu al-Qassah sebelum subuh. Begitu sampai, mereka segera menyerang penduduk suku itu yang akhirnya melarikan diri ke gunung2. Tentara Muslim mengambil ternak2, pakaian2 mereka dan menangkap seorang tawanan. Mereka membawa barang jarahan kepada Muhammad. Setelah mengambil bagiannya, dia membagi-bagikan sisanya kepada para pengikutnya. Tawanan itu akhirnya memeluk (mungkin dengan paksa) Islam dan Muhammad membebaskannya.


Teror Tiga Puluh Tujuh
Perampokan Atas B. Asad di al-Ghamr oleh Ukkash b. Mihsan—August, 627M


Muhammad mengirim 40 Jihadis di bawah pimpinan Ukkash b. Mihsan untuk menjarah daerah al-Ghamr (dekat perbatasan Syria), daerah mata air milik B. Asad b. Khuzaymah. Ketika Ukkash tiba di daerah itu, masyarakat B. Asad sudah melarikan diri. Para Jihadis merampas ternak mereka, termasuk 200 ekor unta (berharga sekitar US$70.000) dan membawanya ke Medina. Mereka juga menangkap seorang pengintai yang kemudian mereka bebaskan.

Teror Tiga Puluh Delapan
Penyerangan Kedua Atas Banu Lihyan di Ghiran by Muhammad —September, 627M


Enam bulan setelah pembantaian B. Qurayza, Muhammad pergi untuk membalas dendam kepada kaum B. Lihyan yang membunuh orang2nya yakni Khubayb b. Adi dan Zayd b. al-Dathinnah (lihat Teror 25, Bagian 7) di al-Rajii. Setelah dapat bertahan di perang Parit dan membersihkan ras Yahudi B. Qurayzah, Muhammad merasa dia kuat secara militer untuk melakukan pembalasan dendam atas suku ini.

Dia memilih 200 tentara berunta dan berkuda. Untuk menipu dan mengadakan serangan mendadak yang mengejutkan musuh, dia pura2 bergerak ke utara ke arah Syria. Setelah bergerak sebentar ke arah utara dan ketika dia sudah merasa aman bahwa baik pihak Quraish atau daerah tetangga tidak sadar akan tujuan aslinya, dia tiba2 bergerak ke arah kiri dan menuju jalur langsung ke Mekah yang akhirnya ke kota Ghiran, tempat tinggal suku B. Lihyan. Tapi masyarakat B. Lihyang sudah tahu niat Muhammad, dan begitu mereka melihat tentara Muslim, mereka melarikan diri ke puncak2 gunung sambil membawa ternak mereka untuk menghadapi tentara Muslim. Muhammad mengirim orang2nya untuk melacak jejak masyarakat B. Lihyan, tapi tidak dapat menemukan apa2.

Setelah gagal menyerang B. Lihyan secara tiba2 dan teror, Muhammad merasa frustasi. Supaya perjalanan tidak sia2, dia pikir dia perlu menakut-nakuti orang2 Mekah dengan mendekati Mekah dan memamerkan kekuatan militernya yang baru. Lalu dia pergi dengan 200 tentaranya dan berhenti di Usfan. Di Usfan, dia mengirim 2 tentara berkuda menuju Mekah. Mereka tiba di Kuraul Ghamin dan lalu kembali ke Usfan. Kemudian Muhammad balik ke Medina. Ibn Sa’d [187] menulis bahwa Muhammad mengirim Abu Bakr dan 10 tentara berkuda ke Mekah untuk meneror mereka.


Teror Tiga Puluh Sembilan
Perampokan Atas Unta Perah Milik Muhammad di al-Ghabah oleh Uyana b. Hisn—September, 627M


Beberapa hari setelah Muhammad kembali ke Medina setelah gagal merampok B. Lihyan, sekelompok orang bersenjata Ghatafan dipimpin oleh Uyanah b. Hisn menyerang daerah pinggir kota. Mereka merampok [188] 20 unta perah milik Muhammad yang sedang merumput di daerah al-Ghabah. Mereka juga membunuh gembala unta dan mengambil istrinya sebagai tawanan. Seorang Muslim bernama Amr ibn al Akwa melihat perampokan ini dan dibawanya unta2 tsb. Dia menembakkan panah2 pada mereka dan minta pertolongan. Muhammad mendengar permintaan tolongnya yang menyiagakan orang2 Medina.


Teror Empat Puluh
Penyerangan Kedua Atas Ghatafan di Dhu Qarad oleh Sa’d b. Zayd/Muhammad—September, 627M


Ketika Muhammad mendengar untanya dirampok di al-Ghabah oleh Uyanah b. Hisn, dia segera mengirim 500 tentara di bawah pimpinan Sa’d b. Zayd untuk mencari dan menghabisi Uyanah b. Hisn dan orang2nya. Dia mengatakan pada mereka bahwa dia akan menjumpai mereka tak lama kemudian. Tentara Muslim berjumlah jauh lebih banyak daripada para perampok. Mereka mengejar dan mendapatkan para perampok sedang beristirahat di lembah Dhu Qarad. Setelah satu atau dua hari, Muhammad menyusul orang2nya dan berhenti di lembah Dhu Qarad untuk bergabung dengan para tentara Muslim. Setelah itu mereka menyerang orang2 B. Ghatafan dan membunuh beberapa perampok dan mendapatkan kembali unta2 mereka. Di pertempuran ini, anak Uyanah yang bernama Abd al-Rahman dibunuh. Tentara Muslim hanya kehilang seorang tentara. Dia adalah anak laki Abu Dhar Ghifari, salah satu panglima perang Muhammad yang paling dipercaya. Tentara Muhammad mengejar para perampok sampai jauh ke Khaybar. Setelah menang bertempur, mereka membebaskan tawanan wanita dan mengambil persenjataan kaum perampok sebagai barang jarahan. Kemudian Muhammad tinggal di Dhu Qarad selama sehari semalam, dan lalu kembali ke Medina dengan unta2 yang berhasil dirampas kembali.
187 Ibn Sa’d, vol.ii, p.97
188 Ibn Sa’d, vol.ii, p.99

Teror Empat Puluh Satu
Perampokan Atas B. Sulaym di Nakhl oleh Zayd ibn Haritha—September, 627M


Zayd ibn Haritha adalah bekas budak yang dimerdekakan dan diangkat anak oleh Muhammad. Nantinya Muhammad menikahi istri Zayd yang bernama Zaynab. Saat itu tiba waktunya untuk menghadiahi Zayd dengan jarahan rampokan. Maka Muhammad memerintah Zayd ibn Haritha memimpin sekelompok Muslim untuk usaha perampokan di Jamum, dekat Nakhl. Dia menangkap seorang wanita yang kemudian mengantarnya ke tempat B. Sulaym. Para tentara Zayd lalu merampok tempat ini dan menangkap sapi2, domba2, dan unta2 dan banyak orang B. Sulaym dijadikan tawanan. Diantara para tawanan terdapat suami dari wanita yang mengantar tentara Muslim ke tempat perampokan. Zayd membawa semua tawanan dan jarahan rampokan kepada Muhammad. Ketika Muhammad mendengar seluruh cerita, dia menganugerahkan wanita itu kebebasan dan melepaskan suaminya, karena wanita itu telah membantu pihak Muslim dalam merampok.

Teror Empat Puluh Dua
Perampokan atas Kaum Quraysh di al-Is oleh Zayd ibn Haritha—September, 627M


Setelah Zayd ibn Haritha sukses merampok B. Sulaym, Muhammad mempercayakannya untuk melakukan operasi perampokan yang jauh lebih menguntungkan. Muhammad telah dapat informasi bahwa kafilah Quraish yang mengangkut banyak harta sedang melakukan perjalanan pulang dari Syria, dan dia tentunya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Jadi di musim semi 627, Muhammad memerintahkan Zayd dengan 170 tentara berkuda untuk pergi ke al-Is, yang merupakan pusat perdagangan penting untuk mencegat kafilah Quraish. Perjalanan berlangsung selama 4 malam dari Medina. Para perampok Muslim menyergap kafilah dan merampok segalanya [189]. Tidak perlu dikatakan lagi bahwa ini tentunya adalah perampokan yang sangat sukse dan tentara Muslim pulang dengan membawa barang jarahan yang sangat besar nilainya, termasuk banyak uang perak milik Safwan b Umayyah dan juga banyak tawanan Quraish.

Diantara para tawanan terdapat Abu al-As, yakni menantu Muhammad, suami dari anak wanita Muhammad tertua yang bernama Zaynab. Abu al-As adalah keponakan Khadija (istri pertama Muhammad) dan seorang pedagang sukses di Mekah. Ketika Muhammad menjadi nabi, Abu al-As tidak mau memeluk Islam. Tapi dia juga tidak mau menceraikan Zaynab karena besarnya rasa cinta pada Zaynab. Rasa cinta kasih itu pun ada pada diri Zaynab terhadap Abu al-As dan Muhammad senang melihat hal ini. Ketika Muhammad hijrah ke Medina, Zaynab dan suaminya Abu al-As tetap tinggal di Mekah. Di Perampokan Badr II, Abu al-As dijadikan tawanan. Zaynab mengirim kalung Khadija kepada Muhammad sebagai harta tebusan untuk membebaskan suaminya. Kisah ini sudah ditulis di Teror 9, Bagian 3.

Sekarang adalah 3 sampai 4 tahun setelah peristiwa Badr II itu dan Abu al-As tertangkap lagi sebagai tawanan di al-Is. Ketika rombongan tawanan tiba di Medina, Abu al-As diberi ijin di malam hari untuk bertemu dengan bekas istrinya. Lalu dia kembali bergabung dengan para tawanan lain. Di malam hari ketika para Muslim sedang berkumpul di mesjid untuk sembahyang, Zaynab berteriak keras bahwa dia telah memberi perlindungan atas Abu al-As. Muhammad setuju bahwa dia boleh memperlakukan Abu al-As sebagai tamu terhormat tapi tidak sebagai suami. Dia meminta penangkap2 Abu al-As untuk membebaskan Abu al-As dan harta bendanya, jika mereka bersedia. Jika tidak, maka mereka diperbolehkan untuk tetap menawan Abu al-As sebagai hasil rampokan. Penangkap Abu al-As segera bersedia melepaskannya. Abu al-As sangat berterima kasih atas ini dan dia pun kembali ke Mekah, menyelesaikan urusan dagangnya di sana dan kembali ke Medina dan memeluk Islam. Dia lalu bersatu kembali dengan istrinya Zaynab. Akan tetapi, Zaynab meninggal dalam waktu setahun setelah bergabung kembali dengan suaminya – kemungkina karena sakit yang dideritanya akibat keguguran dulu di Mekah.
189 Mubarakpuri, p.385

Muhammad marah sekali akan kelakuan dua orang Quraish yakni Huweirith dan Habbar. Muhammad terutama marah pada Habbar yang melukai anaknya (Zaynab) saat hendak meninggalkan Mekah. Dia memberi perintah agar kedua orang itu dibakar hidup2. Tapi di malam harinya dia merubah keputusan dan menetapkan bahwa mereka harus dijatuhi hukuman mati dengan cara yang biasa gaya Islam, yakni dipancung. Ali nantinya membunuh Huweirith ketika Muslim menguasai Mekah.

Teror Empat Puluh Tiga
Serangan Ketiga Atas B. Thalabah di al-Taraf oleh Zayd b. Haritha—October, 627M


Dengan dua kali keberhasilan usaha perampokan atas Zayd b. Haritha, Muhammad tentunya sangat senang akan anak angkatnya. Karena itu, dia mengirim Zayd bersama 15 tentara Muslim ke Al-Taraf yang jauhnya 36 mil dari Medina untuk menghukum dan merampok B. Thalabah sekali lagi (lihat Teror 35, 36 di atas). Ketika perampokan ini terjadi, suku Bedouin B. Thalabah melarikan diri. Jarahan yang berhasil dirampas Zayd adalah 20 ekor unta. Dia menghabiskan 4 malam untuk merencanakan serangan ini dan akhirnya kembali ke Medina dengan unta jarahan.


Teror Empat Puluh Empat
Penyerangan Atas B. Judham di Hisma oleh Zayd b Haritha—October, 627M


Di Sirah Rasul (biografi) Muhammad, tertulis bahwa setelang menandatangai perjanjian damai Hudaibiya dengan orang Quraish di Mekah, Muhammad ingin menunjukkan dirinya sebagai utusan tulen Allah. Untuk membuktikan ini, dia mengirim beberapa utusannya ke beberapa suku tetangga untuk mengajak mereka masuk Islam. Dia mengirim Dhiyah b. Khalifah al-Kalbi, satu dari pengikut2nya yang setia untuk mengunjungi gubernur Syria dan membicarakan kebijaksanaan dagang dengan propinsi Romawi. Dalam suratnya kepada Heraklius, kaisar Bizantium, Muhammad menulis: “Dalam nama Tuhan yang maha pemurah dan penyayang. Dari Muhammad, utusan Tuhan, kepada Heraklius, penguasa Romawi. Damai kepada siapapun yang mengikuti teladan yang baik!
Menganjurkan: menyerahlah, dan kamu akan selamat. Menyerahlah, dan Tuhan akan menghadiahimu dua kali lipat. Tapi jika engkau berpaling, dosa dari orang2mu akan dibebankan padamu.”
[190]
190 Tabari, vol viii, p.104
Meskipun isi suratnya mengancam dan menghina, Dhiya tetap diterima dengan baik dan bahkan dikenakan baju kehormatan. Setelah menyelesaikan tugasnya di Syria, Dhiya kembali ke Medina membawa hadiah2 mahal dari sang Kaisar. Tapi segerombolan bandit dari B. Judham merampok semua barang milik Dhiya ketika dia sampai di Hisma, daerah yang menuju Syria dan terletak di sebelah barat Tabuk. Dihya lalu mendekati suku tetangga (yang berteman dengannya) untuk minta tolong. Mereka menyerang B. Judham, mengambil kembali barang jarahan dan mengembalikannya kepada Dhiya. Ketika Muhammad mendengar kabar perampokan oleh B. Judham ini, dia segera mengirim Zayd ibn Haritha bersama 500 tentara untuk menghukum mereka. Tentara Muslim bertempur melawan B. Judham, membunuh beberapa dari mereka, termasuk ketua suku yakni Al-Hunayd ibn Arid dan anak lakinya. Zayd juga membunuh 3 orang lain dan menjarah ternak dalam jumlah besar. Ketua B. Judham yang lain yang tak lama sebelumnya memeluk Islam memohon pada Muhammad agar tawanan2 dibebaskan. Muhammad mengirim Ali untuk membebaskan para tawanan.


Teror Empat Puluh Lima
Penyerangan Pertama di Wadi al-Qura oleh Zayd b. Haritha—November, 627M


Setelah berkali-kali sukses dalam melakukan aksi teror, Muhammad memberi Zayd b. Haritha gelar Amir (pemimpin) daerah sekitar yang bernama Wadi al-Qura. Ini adalah daerah oasis yang penting, terletak 70 mil dari Medina, di lembah Qura dan di jalur perjalanan ke Dumat al-Jandal (Duma) dan ke arah Syria. Muhammad perlu mendirikan pengawasan militer di sini untuk mengamankan posisinya. Zayd pergi bersama 12 tentaranya untuk menelaah daerah ini dan mengawasi gerakan2 musuh Muhammad, yakni suku2 non-Muslim yang tinggal di daerah itu. Akan tetapi, para penduduk daerah ini tidak bersikap ramah terhadap Zayd dan Islam. Mereka menyerang dan membunuh 9 tentara Muslim, dan sisanya termasuk Zayd sempat menyelamatkan diri dan kembali ke Medina.

Bersambung ke Bagian 12
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Tue Jan 10, 2006 9:54 am

Bagian Dua Belas
‘Senjata2 akan membuat kami kuat; mentega akan membuat kami gemuk’---Hermann Goering (1893-1946) [191]
Teror Empat Puluh Enam
Perampokan atas Bani al-Mustaliq oleh Muhammad—December, 627M


Bani al-Mustaliq adalah bagian dari suku Yahudi Khozaa. Dua bula setelah Muhammad kembali dari Dhu Qarad (lihat Teror 40, Bagian 11), Allah tiba2 mengatakan padanya bahwa B. al-Mustaliq yang dipimpin oleh kepala suku yang bernama Haritha b. Abi Dirar sedang mengumpulkan kekuatan untuk melawan Muhammad. Sampai saat itu, masyarakat B. al-Mustaliq bersikap ramah kepada Muhammad. Tapi tahu2 bagaikan petir di siang hari bolong, Muhammad menyebarkan kabar bahwa B. al-Mustaliq sekarang bergabung dengan kaum Quraish untuk menyerang pihak Muslim. Bahkan kemudian kaum Muslim membunuh seseorang dari B. al-Mustaliq karena curiga diintai oleh mereka. [192] Dengan alasan ini , Muhammad mengumpulkan seluruh kaum pria yang sanggup berperang untuk menyerang B. al-Mustaliq. Tidak jelas mengapa Allah tiba2 berubah pendapat tentang B. al-Mustaliq. Akan tetapi, alasan sebenarnya adalah B. al-Mustaliq merupakan suku Yahudi yang sangat kaya raya dan punya banyak harta benda dan Muhammad sudah lama mengincar harta mereka sebagai sasaran empuk penjarahan.

Selama ini, Muhammad tidak yakin apakah kampanye terornya terhadap suku Yahudi yang cinta damai ini akan berhasil atau tidak. Ketika usaha pembersihan ras Yahudi di Medina sukses besar, suku2 Yahudi di sekitar Medina jadi merasa takut diserang Muhammad. Jadi kaum Yahudi B. al-Mustaliq mengambil tindakan pencegahan akan serangan terhadap diri mereka. Dapat dimengerti bahwa mereka kemudian mencari pertolongan dari suku2 lain pula. Sekarang setelah Muhammad menjadi sangat kuat secara militer, dia merencanakan untuk merampok masyarakat Yahudi ini untuk terus memperkaya para pengikutnya. Kita dapat mengambil kesimpulan ini dari kenyataan bahwa Muhammad tidak memberi kesempatan bagi suku ini untuk memeluk Islam sebelum mengalami pembasmian rasial gaya Islam. Di perampokan2 terdahulu, biasanya dia mengikuti aturan memberikan waktu tiga hari bagi para kafir untuk mengambil keputusan mau menerima Islam atau kalau tidak akan menghadapi penghancuran. Kenyataannya, Muhammad sekarang tidak suka jika suku yang kaya raya ini masuk Islam, karena ini berarti tidak ada barang jarahan bagi para Jihadisnya. Bagi Muhammad memang jauh lebih baik jika B. al-Mustaliq tidak memeluk Islam sehingga kaum Muslim bisa menjarah apa saja melalui serangan mendadak. Ini Hadisnya:

Sahih Muslim Book 019, Number 4292:
Ibn ‘Aun mengisahkan: Aku menulis pada Nafi’ menanyakan keterangan dari dia apakah perlu untuk mengajak (kaum kafir) untuk menerima (Islam) sebelum memaksa mereka lewat pertempuran. Dia menulis (jawabannya) padaku bahwa hal ini perlu di hari2 awal Islam. Rasul Allah menyerang Banu Mustaliq pada saat mereka tidak siap dan unta2 mereka sedang minum air. Dia membunuh mereka yang melawan dan menawan selebihnya. Pada hari yang sama, dia menangkap Juwairiya bint al-Harith. Nafi’ mengatakan bahwa tradisi ini disampaikan padanya oleh Abdullah b. Umar yang (dia sendiri) berada diantara para tentara yang menyerang.
191 Broadcast, 1936
192 Mubarakpuri, p.386

Hadis berikut menegaskan sekali lagi penyerangan yang tiba2 itu:
Hadis Sahih Bukhari Volume 3, Book 46, Number 717:
Dikisahkan oleh Ibn Aun:
Aku menulis sebuah surat kepada Nafi dan Nafi menulis jawaban suratku bahwa sang nabi tiba2 menyerang Bani Mustaliq tanpa peringatan ketika mereka sedang tidak siap dan ternak mereka sedang diberi minum di tempat air. Para pria mereka yang melawan dibunuh dan kaum wanita dan anak2 mereka ditawanan; sang Nabi mendapatkan Juwairiya di hari itu. Nafi mengatakan bahwa Ibn ‘Umar telah mengatakan kisah di atas dan Ibn ‘Umar ada dalam kelompok tentara (Muslim) tersebut.


Karena itu, dengan tujuan jelas untuk merampok dalam pikirannya, Muhammad mengumpulkan semua tentaranya untuk menyerang B. al-Mustaliq. Banyak para Jihadis yang bergabung dengannya karena berharap dapat bagian jarahan. Muhammad memberi Abu Bakr bendera untuk penyerangan ini. Anehnya, Abdullah ibn Ubay, musuh bebuyutan Muhammad (dan dianggapnya sebagai seorang munafik) jadi salah satu pemimpin dalam serangan ini. Tentara Muslim mulai bergerak dengan 30 kuda. Setelah 8 hari berjalan, mereka berkemah di dekat sumur2 Muraysi dekat pantai, tak jauh dari Mekah. Muhammad mendirikan tenda2 baginya, Aisha dan Umm Slam, dua orang istrinya yang ikut dengannya. Ketika masyarakat B. al-Mustaliq mendengar kedatangan para tentara Muhammad, mereka tercengang, tapi melawan dengan gagah berani. Setelah saling melepas anak2 panah dalam waktu yang singkat, tentara Muslim maju dan dengan cepat mengepung B. al-Mustaliq. Tak lama kemudian tentara B. al-Mustaliq berantakan dan mereka banyak yang terbunuh. Ali b. Talib membunuh beberapa orang B. al-Mustaliq yang terluka, diantaranya adalah Malik dan anak lakinya.[193] Muhammad merampas kumpulan unta2 mereka, menangkap banyak tawanan dan membagi-bagikannya diantara para Jihadis. 200 keluarga ditawan, 200 unta (US$700,000) dan 500 domba dan kambing (US$ 175,000), juga banyak harta benda (kira2 US$ 100,000) dirampas. Juwariyah, anak perempuan pemimpin B. al-Mustaliq yang muda, cantik, dan menarik termasuk salah seorang tawanan.[194] Harta benda dilelang bagi pembeli yang bersedia membayar paling mahal. Dalam usaha perampokan ini, seorang Muslim terluka parah karena Muslim lain secara tak sengaja. Tentara2 Muslim lapar akan seks dan Muhammad mengijinkan mereka memperkosa tawanan2 B. al-Mustaliq.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 459:
Dikisahkan oleh Ibn Muhairiz:
Aku masuk ke dalam mesjid dan melihat Abu Khudri dan lalu duduk di sebelahnya dan bertanya padanya tentang coitus interruptus. Abu berkata, “Kami pergi bersama Rasul Allah untuk Ghazwa (penyerangan terhadap) Banu Mustaliq dan kami menerima tawanan2 perang diantara para tawanan perang dan kami berhasrat terhadap para wanita itu dan sukar untuk tidak melakukan hubungan seksual dan kami suka melakukan coitus interruptus. Maka ketika kami bermaksud melakukan coitus interruptus kami berkata: “Bagaimana kami dapat melakukan coitus interruptus tanpa menanyakan Rasul Allah yang ada diantara kita?” Kami bertanya padanya tentang hal ini dan dia berkata: “Lebih baik kalian tidak melakukan itu, karena jika jiwa (dalam hal ini jiwa bayi) manapun (sampai hari Kebangkitan) memang ditentukan untuk menjadi ada, maka jiwa itu pun akan ada.’”

193 Tabari, vol.viii, p.56
194 Muir, vol. iii, p.238

Setelah memperkosa gadis tawanannya, Said al-Khudri membawa gadis muda ini ke pasar budak terdekat untuk dijual cepat2. Inilah lanjutan kisahnya, seperti yang dikatakan oleh al-Waqidi (vol.i, p.413) dan dikutip oleh Rodinson: [195]
“Seorang Yahudi berkata padaku, Abu Said, tidak heran mengapa kau mau menjual dia (tawanan wanita) karena apa yang dikandungnya dalam perutnya adalah bayi dari kamu.” Aku berkata, “Tidak, aku melakukan ‘azl.” Mendengar ini dia menjawab (dengan kasar), “Itu hampir sama dengan pembunuhan anak!” Ketika aku sampaikan kisah ini kepada sang Nabi, dia berkata, “Orang2 Yahudi itu bohong. Orang2 Yahudi itu bohong.”

Masih berhubungan dengan hal di atas, perlulah kiranya untuk menyinggung isi Hukum Sharia tentang tawanan wanita dan anak2:
Hukum o9.13
Jika seorang anak atau seorang wanita dijadikan tawanan, mereka jadi budak2 bagi penangkapnya, dan pernikahan wanita itu sebelumnya dianggap batal. [196]


Pernikahan Muhammad dengan Juwariyah, istrinya yang ke-tujuh

Tawanan2 B. al-Mustaliq dibawa ke Medina. Diantara para tawanan terdapat 200 wanita. Para pria dari B. al-Mustaliq tak lama kemudian datang untuk membuat perjanjian agar kaum wanita mereka dibebaskan. Awalnya, tanpa diketahui Muhammad, Juwariyah yang cantik jatuh ke tangan Jihadis bernama Thabit b. Qays, seorang Ansar dan saudara sepupunya. Juwariyah adalah gadis muda, putri ketua suku B. al-Mustaliq dan telah menikah dengan Musab b. Safwan. Begitu dia dijadikan tawanan, maka pernikahannya pun batal – berdasarkan hukum Islam/Sharia (lihat di atas) dan di diserahkan kepada kedua Jihadis ini untuk diperlakukan sesuka mereka. Agak mengherankan mengapa seorang tawanan gadis muda diserahkan kepada dua Jihadis pada saat yang bersamaan. Aku tidak menemukan kasus lain di mana seorang tawanan wanita dibagi dua orang tentara Muslim. Akan tetapi, sebuah catatan di buku Ibn Sa’d [197] mengatakan: “Jika seorang tawanan wanita diberikan kepada lebih dari satu orang, tidak ada seorang pun yang boleh berhubungan seks dengannya.” Sudah jelas bahwa ini adalah karangan buatan para penulis biografi Muhammad selanjutnya belaka untuk menyatakan bahwa Muhammad mengawini Juwariyah sebelum Juwariyah ‘dikotori’ oleh Jihadis2 lain.

Karena status sosial Juwariyah yang tinggi, penangkapnya meminta uang tebusan 9 ons emas (hari ini senilai dengan US$ 3.600). Juwariyah tidak dapat mengumpulkan uang sebanyak itu. Jadi dia mendekati Muhammad ketika dia sedang istirahat di rumah Aisha dan minta pengurangan akan harga tinggi yang dituntut oleh penawannya. Seketika saat Aisha melihat Juwariyah, dia merasa cemburu. Muhammad menjawab bahwa dia akan membayar uang tebusan dan mengawininya. Juwariyah setuju akan usul ini. Uang tebusan lalu dibayar dan Muhammad segera mengawiniya dan membangun halaman ke tujuh bagi tempat tinggal Juwariyah dalam kumpulan haremnya yang terus bertambah. Begitu berita perkawinan Juwariyah terdengar orang2, mereka menganggap ini sebagai pertalian hubungan dengan masyarakat B. al-Mustaliq dan dengan begitu semua tawanan dibebaskan. Nama Juwariyah yang asli adalah Barra (Suci). Setelah Muhammad menikahinya, dia memberinya nama Islam yakni Juwariyah. Dia berusia 20 tahun dan Muhammad berusia 58 ketika menikahinya. Aisha saat itu baru berusia 13 tahun! Ini Hadis Abu Daud yang mengisahkan bagaimana Muhammad menikahi Juwariyah:
195 Rodinson, p.197
196 Reliance of the Traveller, p.604
197 Ibn Sa’d, vol.ii, p.77

Hadis Sunaan Abu Dawud Book 29, Number 3920:
Dikisahkan oleh Aisha, Ummul Mu’minin:
Juwariyyah, putri al-Harith ibn al-Mustaliq, jatuh ke tangan Thabit ibn Qays ibn atau kepada saudara sepupunya. Dia mengadakan perjanjian (dengan penawannya) untuk membeli kemerdekaannya. Dia adalah wanita yang cantik, yang paling menarik dipandang mata.
Aisha berkata: Dia lalu datang kepada Rasul Allah, memintanya untuk membeli kemerdekaannya. Ketika dia berdiri dekat pintu, aku memandangnya dengan rasa tidak senang. Aku menyadari bahwa Rasul Allah akan memandangnya sama seperti dia memandangku.
Dia berkata: Rasul Allah, aku adalah Juwariyyah, putri al-Harith dan sesuatu telah terjadi padaku, dan kau pun mengetahuinya. Aku jatuh ke tangan of Thabit ibn Qays ibn Shammas, dan aku membuat persetujuan untuk membeli kemerdekaanku. Aku datang kepadamu untuk meminta bantuan untuk membeli kemerdekaanku.
Rasul Allah berkata: Akankah kau setuju dengan yang lebih baik?
Dia bertanya: Apakah yang lebih baik itu, Rasul Allah?
Dia menjawab: Aku akan membayar kemerdekaanmu atas nama dirimu, dan aku akan menikahimu.
Dia berkata: Aku akan lakukan itu.
Dia (Aisha) berkata: Orang2 lalu mendengar bahwa Rasul Allah telah menikahi Juwariyyah. Mereka membebaskan para tawanan dan melepaskan mereka pergi dan berkata: Mereka adalah anggota keluarga Rasul Allah dengan adanya pernikahan ini. Kami tidak pernah melihat wanita yang membawa anugrah kepada masyarakatnya sebesar Juwariyyah. 150 keluarga B. al-Mustaliq dibebaskan karena dia.


Ini adalah versi lain dari cerita ini:
Harith ibn Abu Dirar, ayah dan ketua B. al-Mustaliq datang menghadap Muhammad untuk menebus anak wanitanya, dan setelah bicara dengan Muhammad, dia pun jadi Muslim. Dikisahkan bahwa dia kagum akan pengetahuan supernatural Muhammad yang tahu di mana Harith b. Abu Dirar menyembunyikan unta2nya. Lalu Juwariyyah mengikuti ayahnya dan memeluk Islam pula. Seketika setelah Juwariyyah menjadi Muslimah, Muhammad menikahniya dan menawarkan uang mas kawin sebesar 400 Dirham. [198]
198 Haykal, Ch. The Campaign of B. al-Mustaliq

Versi lain mengatakan begini:
Ayah Juwariyah tidak setuju atas rencana perkawinannya dengan Muhammad dan salah seorang anggota keluarganya melanggarnya dan memberikan Juwariyah kepada sang Nabi tanpa persetujuan ayahnya. [199] Untuk mendapat keterangan lebih detail tentang perkawina Muhammad dengan tawanan wanitanya (Juwariyah), silakan baca di sini:
http://www.faithfreedom.org/Articles/si ... iriyah.htm
Juga silakan baca versi Islam tentang penyerang terhadap B. al-Mustaliq di: www.trueteachings,com

Dari penyerangan ini kita juga tahu adanya pertentang antara kaum Muhajir dan Ansar. Sejarah Islam seringkali mengatakan kerukunan hubungan antara migran Quraish (Muhajir) dan penduduk asli Medina (Ansar). Ini tidak sepenuhnya benar jika kita lihat detail yang ditulis oleh beberapa sejarawan Muslim. Ini kisah singkat tentang hubungan buruk yang meledak jadi pertikaian dalam penjarahan terhadap B. al-Mustaliq.

Dari buku Tabari [200] kita ketahui::
Pertikaian terjadi diantara kaum Ansar dan kaum Mohjir dan pedang2 dihunuskan ketika mereka menimba air dari sebuah sumur. Terdapar rasa ketidaksukaan yang besar terhadap kaum Muhajir di Medina. Abd Allah ibn Ubayy (penduduk lokal Medina) merasa sangat terganggu dengan kedatangan para migran baru Muslim yang jumlahnya lebih banyak dari penduduk Medina dan bertindak hendak mengambil alih kekuasan sepenuhnya atas Medina. Ketika percekcokan mulut terjadi diantara seorang Ansar dan seorang Muhajir, dan Abd Allah ibn Ubayy lebih merasa jengkel lagi ataus kekurangajaran kaum Muhajir, dia berkata, “Apakah mereka benar2 telah melakukan itu? Mereka telah mencoba menurunkan kedudukan kita dan melebihi jumlah orang kita di tanah kita sendiri. Demi Tuhan, kata kiasan,’Buat anjingmu gemuk dan dia akan memakanmu!’ cocok betul dengan keadaan kita dan (pemakai) jilbab Quriash. Demi Tuhan jika kita kembali ke Medina, yang kuat akan mengusir yang lemah.” Lalu dia berpaling kepada orang2 sesukunya yang ada bersamanya dan berkata, “Inilah yang kau telah lakukan terhadap dirimu sendiri! Kau ijinkan mereka tinggal di tanahmau dan membagi kekayaanmu dengan mereka. Kalau saja kau simpan milikmu dari mereka, demi Tuhan, mereka akan pergi ke tanah lain dan bukan ke tanah milikmu.”

Tak lama kemudian, kebencian yang diutarakan Abd Allah ibn Ubayy sampai ke telinga Muhammad yang sedang duduk bersama Umar b. Khattab. Umar sangat marah dan minta ijin Muhammad untuk membunuh Abd Allah ibn Ubayy. Tapi Muhammad tidak mengijinkannya dan mengatakan bahwa membunuh Abd Allah ibn Ubayy hanya akan memperburuk suasana karena kaum Ansar akan marah. Untuk meredakan permusuhan dan menghindari pertumpahan darah, Muhammad menyuruh para pengikutnya kembali ke Medina tanpa menunda lagi.

Di sini kita ketahui tentang jalan pikiran fundamentalis Islam. Anak laki Abd Allah ibn Ubayy yakni Abd Allah ibn Abd Allah ibn Ubayy adalah seorang fundamentalis. Ibn Sa’d [201] menulis: Abd Allah ibn Abd Allah ibn Ubayy maju ke muka dan menunggu ayahnya datang. Ketika dia melihat ayahnya, dia menyuruhnya duduk dan berkata: “Aku tidak akan membiarkan kau pergi asalkan kau sadar bahwa kau telah direndahkan dan Muhammad adalah yang terhormat” Ini berarti, bagi seorang Jihadis sejati, tidak ada, bahkan tidak pula ayahnya sendiri, yang lebih dicintai daripada Muhammad.
199 Ibid
200 Tabari, vol. viii, pp.52-53
201 Ibn Sa’d vol.ii, p.79

Ketika Abd Allah ibn Ubayy tahu bahwa Muhammad telah mengetahui apa yang dikatakannya di depan orang2 Ansar, dia langsung mendatangi Muhammad sendiri dan menyangkal segala tuduhan atas dirinya. Muhammad sekarang bersikap ramah terhadap Abd Allah ibn Ubayy ketika orang2 mengatakan pada Muhammad bahwa dia (Muhammad) telah melenyapkan harapan Abd Allah ibn Ubayy yang tadinya telah ditentukan untuk jadi raja Medina.

Tentara2 Muslim melakukan perjalanan non-stop selama sehari semalam sampai subuh. Mereka lalu berhenti di suatu tempat dan lalu tidur. Muhammad sengaja melalukan perjalanan panjang ini sehingga kaum Muslim lelah dan melupakan perkataan tentang Abd Allah ibn Ubayy. Di malam harinya, tentara Muslim bangun dan melanjutkan perjalanan ke Hijaj dan berhenti di tempat air bernama Naqa. Di sore harinya, ketika Muhammad berada di Naqa, angin bertiup kencang sekali dan menyusahkan pihak Muslim. Mereka jadi takut dan mengira ini adalah kutukan Allah. Tapi Muhammad dengan cerdik mengatakan bahwa angin kencang itu datang bagi Muhammad untuk mengumumkan kematian salah satu dari orang2 penting kaum kafir. Ketika para Jihadi tiba di Medina, mereka mendengar bahwa Rifaah b. Zayd, orang terkemuka dari kaum Yahudi B. Qaynuqa dan yang menyediakan tempat berlindung bagi kaum pagan telah meninggal. [catatan: kisah ini tidak masuk akal sama sekali karena Muhammad telah mengusir semua kaum Yahudi B. Qaynuqa dari Medina]. Selama perjalanan mengarungi padang pasir, kaum Muslim tidak punya air untuk membersihkan diri, sehingga Allah mengeluarkan ayat Q 4:43 tentang Tayammum (membersihkan diri dengan tanah). Pada saat ini, seluruh Sura 63 diturunkan Allah untuk Abd Allah ibn Ubayy dan orang2 munafik semacamnya.

Ketika anak laki Abd Allah ibn Ubayy yakni Abd Allah b. Abd Allah b. Ubayy mendengar apa yang terjadi, dia mendekati Muhammad dan menawarkan diri untuk membunuh ayahnya sendiri. Dia berkata, “Rasul Allah, aku diberitahu bahwa kau ingin membunuh Abd Allah b. Ubayy karena apa yang dikabarkan padamu tentang dirinya. Jika kau memang ingin melakukan itu, perintahkan aku untuk melakukannya dan aku akan membawa kepalanya padamu. Demi Tuhan, al-Khazraj tahu bahwa tidak ada seorang pun diantara mereka yang lebih berbakti kepadanya ayahnya daripada aku. Aku khawatir engkau akan memerintah orang lain untuk membunuh ayahku dan dia akan melakukannya; dan aku akan tidak tahan melihat pembunuh Abd Allah b. Ubayy berjalan diantara orang2. (Karena itu) Aku bersedia membunuhnya, membunuh seorang Muslim untuk membalasdendam seorang kafir, dan karenanya (aku) akan masuk Api [neraka].” [202] Mubarakpuri [203] menyatakan bahwa tipe Jihadis fanatik seperti ini sebagai Muslim yang ‘alim’.

Akan tetapi, Muhammad secara diplomatis menasehati Abd Allah (anak ibn Ubayy) untuk tidak melakukan hal itu tapi bersikap lembut terhadap ayahnya selama dia (Abd Allah ibn Ubayy) tetap seorang Muslim, meskipun hanya sedikit saja.
202 Tabari, vol. viii, p.55
203 Mubarakpuri, p.391

Setelah Muhammad tiba di Medina, seorang pagan dari Mekah yang bernama Miqyas b. Subbah datang ke Medina dan menjadi Muslim. Dia datang untuk minta uang darah atas saudara lakinya Hisham b. Subbah yang baru saja jadi Muslim tapi secara tak sengaja dibunuh tentara Muslim dalam penyerangan terhadap B. al-Mustaliq. Muhammad membayar uang darah itu pada Miqyas. Setelah menerima uang darah atas saudara lakinya, Miqyas tinggal di Medina untuk waktu singkat. Lalu dia membunuh pembunuh saudara lakinya, jadi murtad, dan kembali ke Mekah. Kita perlu ingat nama Miqyas ini karena sebentar lagi kita lihat dia akan jadi salah satu dari orang2 yang dibidik Muhammad untuk dibunuh ketika dia menaklukkan Mekah. Miqyas dibidik untuk dibunuh bukan karena pembunuhannya atas pembunuh saudara lakinya, tapi karena dia murtad.

Selama penyerangan ini, terjadi peristiwa yang berhubungan dengan perserongan Aisha, yakni istri tersayang dan termuda Muhammad, dengan seorang Bedouin muda. Akan tetapi karena tulisan ini hanya membahas tentang perampokan dan teror, maka kisah perserongan itu tidak dibahas di sini.


Teror Empat Puluh Tujuh
Penyerangan Kedua di Dumat al-Jandal oleh Abd al-Rahman b. Awf—December, 627M


Abd al-Rahman b. Awf adalah salah satu sahabat terdekat Muhammad. Muhammad memerintah dia untuk melakukan serangan kedua terhadap Dumat al-Jandal (Duma). Dia memerintah Abd al-Rahman, “Perangi semua dalam jalan Tuhan dan bunuh semua yang tidak percaya akan Tuhan. Janganlah kau terlena dengan jarahan, jangan berkhianat, jangan memotong-motong (mayat korban), jangan bunuh anak2. Ini adalah perintah Tuhan dan yang dilakukan nabimu diantaramu.”[204]

Abd al-Rahman b. Awf pergi bersama 700 tentara dalam penyerangan ke Dumat al-Jandal (Duma), yang terletak di jalur jalan ke Khaybar, Fadak dan kemudian bercabang ke Syria dan Iraq. Duma adalah pusat perdagangan besar. Penduduknya terutama adalah Kristen dan dipimpin oleh Raja yang beragama Kristen. Dengan mengikuti hukum Islam, ketika Abd al-Rahman b. Awf tiba di Duma, dia memanggil penduduk suku itu untuk memeluk Islam dalam waktu 3 hari atau menerima penghancuran. Orang2 tidak punya pilihan melainkan tunduk pada ancaman maut ini. Di bawah ancaman itu, Al-Asbagh, pemimpin Kristen Bani Kalb menurut dan banyak pengikutnya yang lalu melakukan hal yang sama. Suku2 lain membayar pajak (Jizya) pada Abd al-Rahman. Dengan setuju membayar Jizya secara terus-menerus, mereka diperbolehkan untuk terus memeluk Kristen. Ketika kabar baik ini terdengar oleh Muhammad, dia memerintahkan Abd al-Rahman untuk menikahi Tamadhir, putri dari pemimpin Kristen Al-Asbagh. Dalam suratnya kepada Abd al-Rahman, Muhammad menulis, “Jika mereka tunduk padamu, nikahilah putri raja mereka.”[205] Maka Abd al-Rahman menikahi Tamadhir bt.al-Asbagh, putri raja Kristen dan membawanya ke Medina. Dia jadi salah satu dari istri2nya yang banyak, semuanya berjumlah 16, belum lagi para gundik2nya. [206]


Teror Empat Puluh Delapan
Penyerangan di Fadak terhadap B. Sad oleh Ali ibn Talib—December, 627M


Muhammad menerima kabar dari pengintainya bahwa B. Sa’d b. Bakr, yakni suku yang tinggal di Fadak merencanakan untuk menolong kaum Yahudi Khaybar. Jadi dia lalu mengirim Ali b. Abi Talib untuk menghukum mereka. Setelah melakukan perjalanan di malam hari dan menyembunyikan diri di siang hari, Ali tiba di tempat itu dan bertiarap menunggu mereka di siang hari. Pihak Muslim menangkap mata2 yang memberitahu mereka bahwa B. Sa’d b. Bakr telah setuju untuk membantu kaum Yahudi Khaybar dengan imbalan hasil panen Khaybar. Ali kembali ke Medina bersama tawanannya.
204 Ibn Ishak, p.672
205 Tabari, vol. viii, p.95
206 Muir, vol. iv, p.12, Waqidi’s note


Teror Empat Puluh Sembilan
Penyerangan Terhadap Umm Qirfa dari B. Fazarah oleh Zayd b. Haritha/ Abu Bakr—January, 628M


Para pembaca mungkin masih ingat penyerangan pertama yang dilakukan Zayd b. Haritha di Wadi al-Qura (lihat Teror 45, Bagian 11). Setelah penyerangan ini berakhir dengan kegagalan, Zayd kemudian melakukan beberapa perampokan kecil yang tidak begitu berarti. Dalam masa ini, dia pergi untuk urusan dagang ke Syria. Ketika dia tiba di Wadi al-Qura, dia sekali lagi menyerang penduduk tempat itu. Akan tetapi kafilahnya diserang mendadak oleh suku B. Fazarah. Dalam pertempuran ini, orang2 B. Fazarah membunuh beberapa Muslim termasuk Ward b. Amr, salah seorang kepercayaan Zayd. Zayd sendiri juga terluka.

Setelah Zayd kembali ke Medina dengan lukanya, dia bersumpah untuk membalas dendam kematian rekannya dengan menyerang B. Fazarah lagi. Setelam sembuh dari lukanya, Muhammad mengirim Zayd dengan sepasukan tentara untuk menyerang B. Fazarah. Dia menyerang mereka di Wadi al-Qura dan menghancurkan sebagian besar dari mereka. Dia menawan Umm Qirfa (nama sebenarnya adalah Fatimah bt. Rabiah b. Badr), istri dari Malik b. Hudhayfah, ketua suku B. Fazarah, sebagai tawanan. Umm Qirfa adalah wanita yang sangat tua dan memiliki anak wanita yang muda dan sangat cantik. Dia (Umm Qirfa) adalah bibi Uyeina dan menikah dengan saudara sepupunya yakni Malik, yang adalah paman dari Uyeina. Mereka membentuk cabang suku Fazarah, dan Fazarah adalah cabang suku Ghatafan. Zayd mengambil anak wanitanya sebagai tawan dan memerintahkan seorang Jihadis yang bernama Qays b. Mohsin untuk membunuh Umm Qirfa. Walaupun dia telah berusia tua dan seorang wanita, hal ini tidak menghindarkan dirinya untuk mengalami hukuman barbar Islam dari tentara Muslim (ingat ini sebagai kemunafikan hukum Islam tentang pembunuhan atas seorang wanita . Qays mengikat kedua kakinya dengan tali dan mengikatkan tali2 pada dua unta. Dia lalu memacu unta2 ke dua arah berlawanan sehingga membelah tubuh Umm Qirfa menjadi dua. [207] Rodinson menulis bahwa tubuh Umm Qirfa tercabik dari seluruh anggota badannya karena ditarik berlawanan arah oleh 4 unta.[208] Ketika Zayd membawa anak wanita Umm Qirfa kepada Muhammad, dia memberikannya kepada Salamah b. Amr al-Akwa, Jihadis yang menangkapnya. Dia (wanita ini) berasal dari keluarga Arab yang sangat terhormat. Lalu Muhammad mengetahui bahwa salah satu paman kandungnya yakni Hazn b. Abi Wahb mengincar anak wanita Umm Qirfa yang cantik jelita. Lalu dia (Muhammad) meminta pemiliknya, yakni Salamah b. Amr b. al-Akwa, untuk memberikan wanita ini kepada paman Muhammad. Salamah bersedia memenuhi permintaan Muhammad. Maka wanita dari keluarga ningrat ini diserahkan kepada paman Muhammad untuk digunakan memuaskan nafsunya.
207 Ibn Ishak, pp.664-665
208 Rodinson, p.248
209 Muir, vol.iv, p.13

Versi lain dari kisah ini mengatakan bahwa pemimpin penyerangan adalah Abu Bakr b. Abi Quhafah (dikisahkan oleh Salamah) dan berlangsung seperti ini:
Muhammad menunjuk Abu Bakr sebagai ketua penyerangan. Ketika Abu Bakr tiba di Wadi al-Qura, he memerintahkan tentaranya untuk beristirahat di sana; lalu mereka sembahyang. Setelah sembahyang, Abu Bakr menyerang B. Fazarah. Tentara Muslim membunuh beberapa orang B. Fazarah dan menangkap kaum wanita dan anak2nya. Diantara mereka adalah Umm Qirfa, seorang wanita yang sangat tua yang mengenakan jaket kulit yang tua. Bersamanya adalah anak wanitanya yang muda dan tercantik diantara wanita2 Arab. Abu Bakr memberikan anak wanita Umm Qirfa yang cantik dan muda itu kepada para Jihadis yang menawannya sebagai jarahan perampokan. Setelah Salamah b. al-Akwa kembali ke Medina dan bertemu Muhammad di pasar, dia (Muhammad) meminta Salamah untuk memberikan gadis cantik itu untuknya sendiri. Salamah berkata kepada Muhammad bahwa dia menyukai gadis itu tapi belum berhubungan seks dengannya. Dia lalu menyerahkan gadis itu kepada Muhammad.

Mengutip perkataan Salamah, Tabari (Tabari, vol. viii, p.97) menulis: [210]
‘Ketika aku kembali ke Medina, Rasul Allah menemuiku di pasar dan berkata, “Salamah – betapa hebatnya ayah yang menurunkanmu! – berikan wanita itu padaku.” Aku berkata, “Rasul Allah, aku menyukainya, tapi demi Tuhan, aku belum menyingkapkan gaunnya.” Dia tidak berkata apapun kepadaku sampai hari berikutnya, ketika dia menemuiku di pasar dan berkata, “Salamah – betapa hebatnya ayah yang menurunkanmu! – berikan wanita itu padaku.” Aku berkata, “Rasul Allah, aku belum menyentuh gaunnya. Dia milikmu, Rasul Allah.” Rasul Allah mengirimnya ke Mekah, dan menukarkan wanita itu dengan beberapa tawanan Muslim yang ditawan kaum pagan.’
Isi Hadis Sahih Muslim: Book 19, Hadith number 4345 serupa dengan kisah di atas.
210 Tabari, vol. viii, p.97
211 Ibn Ishak, pp.677-678


Teror Lima Puluh
Pembunuhan Biadab Atas Perampok2 Uraynah Robbers oleh Muhammad—February, 628M


Delapan orang suku B. Uraynah, yang merupakan suku Bedouin, datang menghadap Muhammad dan memeluk Islam. Udara Medina tidak cocok bagi mereka. Mereka mengeluh sakit perut akibat suatu wabah penyakit. Muhammad memberi beberapa untanya untuk dibawa oleh mereka; dan menganjurkan mereka untuk minum susu dan air kencing unta sebagai obat. Mereka mengiring unta2 itu ke dataran di sebelah selatan Quba untuk merumput. Dengan mengikuti anjuran Muhammad, mereka akhirnya sembuh dari masalah sakit perut. Lalu mereka melarikan unta2 itu dan membunuh penggembala unta, memotong kaki2 dan tangan2nya dan menusukkan paku2 tajam ke lidah dan matanya. Ketika kabar ini didengar Muhammad, dia mengirim 20 tentara berkuda untuk mengejar para perampok. Mereka menangkap perampok2 itu dan membawa kembali semua unta2, kecuali satu. Ke-8 orang ini lalu dibawa ke hadapan Muhammad. Dia memerintahkan agar tangan2 dan kaki2 mereka dipotong dan mata2 mereka ditusuk. Tubuh2 mereka dijejerkan dan dibaringkan di bawah panas matahari di dataran al-Ghaba sampai mereka mati. [211] Di kasus ini ayat2 hukuman bagi yang memerangi Allah dan bagi pencuri dikeluarkan (Q 5:39, 33)

Kisah ini terdapat pula di sini
Hadis Sahih Bukhari, Volume 8, Book 82, Number 796:
Dikisahkan oleh Anas:
Sekelompok orang dari (suku) Ukl menghadap kepada sang Nabi dan mereka tinggal bersama orang2 As-Suffa, tapi mereka jadi sakit karena udara Medina tidak cocok bagi mereka, jadi mereka berkata, “O Rasul Allah! Sediakan kami susu.” Sang Nabi berkata, “Aku tidak melihat cara lain bagimu kecuali menggunakan unta2 milik Rasul Allah.” Maka mereka pergi dan minum susu dan air kencing unta2 (sebagai obat) dan menjadi sehat dan gemuk. Lalu mereka membunuh penggembala unta dan mencuri unta2nya. Ketika orang minta tolong dan datang kepada Rasul Allah, dia mengirim beberapa orang2nya untuk mengejar mereka, dan mereka ditangkap dan dibawa kembali sebelum tengah hari. Sang Nabi memerintahkan paku2 besi dipanaskan sampai merah, dan ditusukkan ke dalam mata2 mereka dan tangan2 dan kaki2 mereka dipotong dan tidak dibakar. Lalu mereka dibaringkan di tempat yang bernama Al-Harra dan ketika mereka minta air untuk minum, mereka tidak diberi sampai mereka mati. (Abu Qilaba berkata, “Orang2 itu mencuri dan membunuh dan melawan Allah dan RasulNya.”)



Teror Lima Puluh Satu
Pembunuhan atas Al-Yusayr b. Rizam dan Sekelompok Yahudi Khaybar di al-Qarqara—February, 628M


Bahkan setelah membunuh Abu Rafi (yang juga dikenal sebagai Sallam ibn Abul-Huqayq), yang adalah ketua kaum Yahudi Khaybar di bulan Desember 624 (lihat Teror 20, Bagian 5), Muhammad masih juga belum merasa aman dari kaum Yahudi Khaybar. Ketua Yahudi Khaybar yang baru bernama Al-Yusayr b. Rizam. Dia punya hubungan yang baik dengan B. Ghatafan, suku yang ditakuti Muhammad. Muhammad mendengar bahwa Al-Yusayr b. Rizam merencanakan untuk menyerangnya. Maka dia cepat2 mengutus Abdallah ibn Rawaha, ketua B. Khazraj pergi ke Khaybar untuk mengumpulkan informasi untuk diam2 membunuh Al-Yusayr. Tapi Abd Allah ibn Rawaha menemukan bahwa pihak Yahudi sangat waspada dalam menghadapi kemungkinan pembunuhan politis dan rencana ini sukar dilaksanakan.

Ketika dia kembali ke Medina dengan berita buruk, Muhammad kembali mengirimnya secara terang2an dengan 30 orang (atau 30 pembunuh pilihan) naik unta untuk membujuk al-Yusayr b. Rizam datang ke Medina. Ketika kaum Muslim tiba di Khaybar, orang2 Yahudi memperlakukan mereka dengan baik. Abd Allah ibn Rawaha berpura-pura bersikap ramah dengan orang2 Yahudi dan mengundan al-Yusayr b. Rizam untuk datang ke Medina bersama mereka. Mereka meyakinkan al-Yusayr b. Rizam bahwa Muhammad menjamin keselamatannya dengan setulus hati. Pada mulanya, al-Yusayr menolak. Tapi karena desakan terus-menerus utusan Muslim, akhirnya dia bersedia dan pergi bersama mereka dengan dikawal beberapa orang Yahudi. Satu dari utusan2 Muslim yang bernama Abd Allah b. Unays membantu al-Yusayr naik untanya dan lalu ikut naik dan duduk di belakangnya. Ketika mereka tiba di al-Qarqarat yang letaknya sejauh 6 mil dari Khaybar, al-Yusayr menyadari tujuan buruk kaum Muslim dan dia mengubah pendiriannya untuk pergi bertemu Muhammad. Dia turun dari untanya yang ditungganginya bersama-sama Abd Allah Unays. Abd Allah Unays mengaku bahwa dia melihat al-Yusayr menghunuskan pedangnya. Maka dia menyerang dan memotong kakinya. Al-Yusayr memukul Abd Allah b. Unays dengan sepotong kayu dan melukai kepalanya. Ibn Ishak lalu menulis bahwa Tuhan membunuh al-Yusayr. [21] Kaum Muslim membunuh semua orang2 Yahudi kecuali seorang yang berhasil melarikan diri. Ketika Abd Allah b. Unays menghadap Muhammad, Muhammad meludah di lukanya dan lukanya sembuh seketika. [213] Muhammad memuji Allah ketika dia mendengar berita pembunuhan atas al-Yusayr b. Rizam dan pembunuhan atas kaum Yahudi.
212 Ibn Ishak, pp.665-666
213 Ibn Ishak, p.666

Bersambung ke Bagian 13
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Thu Jan 12, 2006 4:39 am

Bagian Tiga Belas
‘Kekerasan adalah jawaban yang tepat bagi orang yang buta huruf’---Alan Brien (1925) [214]

Teror Lima Puluh Dua
Perampokan Atas Khaybar dan Fadak oleh Muhammad—May, 628M


Di musim semi (sekitar bulan Maret) tahun 628, Muhammad bersama 1.500 pengikutnya yang taat berangkat untuk melakukan Umra (ibadah Haji minor) di Mekah. Akan tetapi karena merasa takut mereka melakukan pengacauan, pihak Mekah tidak memperkenankan Muhammad untuk masuk kota dan memaksa mereka berkemah di tempat yang bernama Hudaibiya tak jauh dari Mekah. Ketika di sana, dia membuat perjanjian bersama kaum Quraish untuk berdamai selama 10 tahun dan kaum Quraish akan mengijinkan Muhammad masuk Mekah mulai tahun depan untuk melaksanakan ibadah Haji dengan para pengikutnya. Inilah perjanjian Hudaibiya yang terkenal itu.

Setelah menandatangani perjanjian ini, Muhammad dan pengikutnya meninggalkan Mekah. Di perjalanan dia mendengar gerutuan para pengikutnya karena Muhammad setuju untuk membuat perjanjian yang sangat menguntungkan pihak Quraish. Apalagi dengan perjanjian itu, kaum Jihadis jadi kehilangan kesempatan lebih jauh untuk merampok orang2 Mekah. Muhammad cukup cerdik untuk menyadari bahwa dia harus terus menerus menghadiahi para Jihadisnya melalui harta benda rampokan, sebab kalau tidak, meraka akan kehilangan iman terhadap dia. Saat itu terjadi kemarau hebat pula di Medina. Lalu di perjalanan pulang ke Medina itu, dia memutuskan untuk melakukan serangan mendadak terhadap kaum Yahudi. Karena semua kaum Yahudi di sekitar Medina telah diusir atau dimusnahkan, maka Muhammad menetapkan untuk merampok dan menjarah suku Yahudi sisa yang tinggal di Khaybar. Haykal menulis [215] bahwa kaum Yahudi yang tinggal di Khaybar adalah yang terkuat, terkaya dan punya peralatan perang terlengkap dari semua masyarakat di Arabia (Hykal, Ch. Khaybar expedition). Untuk meyakinkan dan menyenangkan Muhammad atas tujuan perampokan ini, Allah menurunkan Sura al-Fath (Kemenangan, Sura 48 ), memaafkan dosa2nya yang dulu dan masa depan (48:2) dan menjamin kemenangannya (48:21) melalui bantuan Allah. Di ayat2 48:16, 20 Allah menjanjikan barang2 jarahan karena bergabung dalam Jihad untuk memperkaya kehidupan material para Jihadis. Mubarakpuri [216] mengatakan secara tegas bahwa janji barang jarahan ini berarti perampokan atas Khaybar. Dengan janji2 ilahi ini, para pengikut Muhammad merasa kuat dan sekarang mereka siap untuk melakukan penyerangan baru, dan hanya dalam waktu beberapa minggu setelah kembali dari Hudaibiya, mereka pergi lagi menuju Khaybar untuk merampoki masyarakatnya. Kita bisa baca kebenaran kisah perampokan tanpa sebab ini dari sejarah yang ditulis oleh al-Tabari [217]:
Di masa kemarau besar di Medina saat itu, sekelompok orang B. Aslam yang baru saja memeluk Islam menghadap Muhammad untuk minta bantuan. Tapi Muhammad tidak punya apa2 untuk membantu mereka. Jadi dia berdoa pada Allah agar mereka bisa menjarah perbentengan kaum Yahudi Khaybar yang banyak harta, termasuk pertanian mereka yang hijau subur. Dia berkata, “O Tuhan, Kau tahu keadaan mereka – bahwa mereka tidak punya kekuatan dan aku tidak punya apapun untuk kuberikan pada mereka. Bukalah bagi mereka (kesempatan menyerang) bagian terbesar perbentengan Khaybar, yang paling kaya akan makanan dan daging berlemak.”

Di pagi harinya, Muhammad menjarah benteng Yahudi milik al-Sa’b b. Muadh (ketua suku Yahudi) yang memiliki paling banyak makanan yang berlimpah.
214 Punch, 1973
215 Hykal, Ch. Khaybar expedition
216 Mubarakpuri, p.431
217 Tabari, vol.viii, p.117

Bahkan Sahih Bukhari menulis tujuan utama untuk menyerang Khaybar adalah makanan:
Hadis Sahih Bukhari Volume 5, Book 59, Number 547:
Dikisahkan oleh 'Aisha:
Ketika Khaibar ditaklukkan, kami berkata, “Sekarang kita bisa makan kurma2 kami!”


Hadis Sahih Bukhari Volume 5, Book 59, Number 548:
Dikisahkan oleh Ibn Umar:
Kami tidak makan kecuali setelah kami menaklukkan Khaibar.


Adalah penting untuk menelaah operasi perampokan ini secara detail, karena tindakan2 kaum Jihadis dalam operasi teror ini menggambarkan secara tepat jalan pikir sebenarnya sang Rasul Allah. Seperti yang telah ditulis sebelumnya, ketika dia kembali dari Hudaibiya, Muhammad telah menjanjikan pengikutnya hasil jarahan yang besar. Enam minggu berlalu tanpa ada kejadian apa2. Para pengikutnya jadi mulai tidak sabar. Dia sekarang mulai mencari alasan untuk melakukan perampokan terhadap kaum Yahudi. Tapi alasan tidak kunjung ditemukan. Karena itu pada bulan May 628, dia tanpa alasan dan secara tiba2 melakukan serangan terhadap kaum Yahudi di Khaybar. Tentara Muhammad mulai bergerak ke arah Khaybar dan jumlah mereka adalah 1.400 orang. Tentara berkuda berjumlah sekitar 100 – 200. Banyak orang2 Bedouin dan suku2 Medina lainnya yang sebelumnya tidak peduli akan Muhammad, sekarang ingin ikut bergabung untuk melakukan perampokan. Tapi Muhammad menolak mengajak mereka karena mereka dulu tidak mau ikut pergi ke Hudaibiya. Harta rampokan Khaybar khusus hanya untuk para teroris yang bersedia menemani Rasul Allah di masa susah dan senang. Di ayat Q 48:15, Allah juga memerintahnya untuk tidak mempercayai orang2 Arab munafik ini. Umm Salama, yakni salah seorang dari 7 istri2 Muhammad, menemani sang Nabi penuh kasih ini. Dengan menggunakan undian (yang memang kebiasaannya), Muhammad memilihnya dari antara istri2nya yang banyak itu. Tentara Muslim bergerak mengarungi jarak 100 mil dalam waktu 4 sampai 5 hari. Ibn Sa’d [218] menulis bahwa ini terjadi di bulan puasa, beberapa tentara Muslim sedang berpuasa, beberapa tidak. Sebelum melakukan serangan mendadak terhadap kaum Yahudi Khaybar, Muhamad berhenti di lembah yang bernama al-Rajii, ini bukan al-Rajii dekat Taif di mana pengikut2 Muhammad dibunuh (lihat Teror 25, Bagian 7). Dia berkemah di situ diantara daerah tempat tinggal suku Ghatafan dan masyarakat Khaybar. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah suku Ghatafan datang membantu Yahudi Khaybar pada saat mereka diserang.
218 Ibn Sa’d, vol ii, p.133

Meskipun begitu, kala kaum Ghatafan mendengar bahwa Muhammad berusaha menyerang Khaybar, mereka mengumpulkan tentara mereka dan bergerak maju untuk menolong orang2 Khaybar. Setelah bergerak selama sehari, mereka mendengar bahwa Muhammad telah menyerang sanak keluarga mereka yang ditinggal di rumah. Karena itu mereka balik kembali dengan tujuan melindungi keluarga mereka. Ini adalah tipuan cerdik dari pihak Muslim, karena sekarang jalan ke Khaybar terbuka dari rintangan bagi Muhammad. Muhammad lalu sembahyang subuh dan menyerang masyarakat Khaybar sambil berkata bahwa pagi hari merupakan saat yang sial bagi kaum kafir (lihat Hadis Sahih Bukhari, vol. 4, book 52, number 195). Serangan terjadi begitu mendadak sehingga para petani Khaybar tercengang ketika di dini pagi hari mereka hendak berangkat ke ladang pertanian dan mereka melihat tentara2 Muslim sudah mengepung daerah itu. Serangan tiba2 tentara Muslim in memunahkan semua harapan kaum Yahudi untuk dapat bantuan dari suku B. Ghatafan.

Ibn Ishaq menulis bahwa teriakan perang kaum Muslim di Khaybar adalah, ‘O engkau kaum yang menang, bunuh, bunuh!’ [219] Memang sudah jadi kebiasaan Islam untuk menyerang suatu tempat di pagi hari dengan menyebut nama Allah (ingat kejadian pagi hari 9/11). Ini Hadis Sahih Bukhari yang menegaskan serangan mendadak tanpa alasan kepada kaum Yahudi Khaybar (kau juga akan temukan beberapa Ahadis yang sama di Sahih Bukhari dan Sahih Muslim).
219 Ibn Ishak, p.770
Hadis Sahih Bukhari Volume 1, Book 11, Number 584:
Dikisahkan oleh Humaid:
Anas bin Malik berkata, “Kapanpun sang Nabi pergi bersama kami untuk berperang (demi tujuan Allah) melawan negara manapun, dia tidak pernah memperbolehkan kami menyerang sampai pagi dan dia akan menunggu dan melihat: jika dia mendengar suara Azan, dia akan membatalkan serangan dan jika dia tidak mendengar suara Azan, dia akan menyerang mereka.” Anas menambahkan, “Kami mencapai Kahibar di malam hari dan di pagi hari ketika dia tidak mendengar suara Azan untuk sembahyang, dia (sang Nabi) memacu (kuda) dan aku memacu di belakang Abi Talha dan kakiku menyentuh kaki Nabi. Penduduk Khaibar ke luar dengan keranjang dan pacul dan mereka melihat sang Nabi dan berteriak, “Muhammad! Demi Allah, Muhammad dan tentaranya.” Ketika Rasul Allah melihat mereka, dia berkata, “Allahu-Akbar! Allahu-Akbar! Khaibar hancur. Kapanpun kami mendekati daerah (yang bermusuhan untuk diperangi), maka kesialan datang di pagi hari bagi mereka yang telah diperingatkan.”


Orang2 Yahudi Khaybar yang terkejut itu seketika balik kembali ke dalam benteng mereka dan mempertahankan diri dari serangan tentara Muhammad. Mereka punya sedikit waktu untuk bertemu dengan pemimpin mereka yang baru yang bernama Abul Huqayq dan lalu menempatkan diri mereka di bagian depan benteng Qamus dan siap untuk melakukan pertarungan sengit. Beberapa bulan sebelumnya, Muhammad telah membunuh Sallam ibn Abul-Huqayq (Abu Rafi) dan seorang ketua kaum Yahudi Al-Yusayr b. Rizam (lihat Teror 51, Bagian 12). Di awal pertempuran, Muhammad melakukan beberapa usaha untuk membuat mereka ke luar dari benteng mereka yang kokoh, tapi semuanya tidak berhasil. Lalu seorang Yahudi yang bernama Marhab menantang kaum Muslim untuk bertarung satu lawan satu. Jihadis yang bernama Amir menghadapi Marhab. Ketika sedang menyerang Marhab, Amir secara tak sengaja memotong urat nadinya sendiri dan iapun mati. Banyak Muslim mengira Amir telah bunuh diri dan minta penjelasan Muhammad bagi mereka yang bunuh diri ketika bertarung melawan kafir. Muhammad meyakinkan mereka bahwa Amir akan menerima upah dua kali lipat bagi usaha bunuh dirinya. Dengan mengutip rantai pencerita yang dapat dipercaya (isnad), Ibn Sa’d menulis: ‘ Salamah ibn Akwa berkata: “Aku bersua dengan para pengikut Rasul Allah yang menyatakan: “Semua perbuatan baik Amir telah hilang karena dia bunuh diri.” Salamah berkata: Lalu aku menghadap Rasul Allah sambil menangis dan bertanya: “Apakah amal Amir jadi sia2?” Dia berkata, “Dan siapa yang berkata begitu?” Aku berkata beberapa pengikutmu (berkata begitu). Rasul Allah berkata: “Dia yang berkata begitu menyatakan kebohongan. Upahnya (Amir) telah jadi dua kali lipat.”’ [220]

Tindakan ‘serangan’ Islam bunuh diri yang pertama ini ditulis di Sahih Bukhari:
Hadis Sahih Bukhari Volume 5, Book 59, Number 515:
Dikisahkan oleh Abu Huraira:
Kami menyaksikan (pertempuran) Khaibar. Rasul Allah berkata tentang seorang dari mereka yang bersama dia dan mengaku sebagai orang Muslim. “Orang ini berasal dari penghuni Api Neraka.” Ketika pertempuran mulai, orang tersebut bertempur dengan ganas dan berani sehingga dia menerima banyak luka. Beberapa orang mulai meragukan (perkataan sang Nabi), tapi orang itu karena merasa sakit akibat luka2nya, memasukkan tangannya ke dalam tempat anak panah dan mengambil beberapa anak panah yang digunakannya untuk membunuh dirinya sendiri. Lalu beberapa orang diantara kaum Muslim datang bergegas dan berkata, “O Rasul Allah! Allah telah membuat perkataanmu benar karena dia telah bunuh diri.” Sang Nabi berkata, “O orang itu! Bangun dan umumkan bahwa tiada seorangpun kecuali yang beriman yang akan masuk surga dan bahwa Allah mungkin mendukung agama melalui orang berhati culas kejam.


Setelah kematian (bunuh diri) Amir, Muhammad b. Maslamah (sang pembunuh bayaran) bertarung dengan Marhab dan dalam pertarungan sengit dia membunuh Marhab. Lalu saudara laki Marhab yang bernama Yasir maju ke muka untuk membalas kematian saudaranya. Jihadis al-Zubayr maju ke depan untuk menghadapinya. Setelah bertarung singkat, al-Zubayr membunuh Yasir.

Dalam operasi teror ini kita juga melihat sikap pengecut dari Umar b. Khattab yang digambarkan kaum Islam sebagai Jihadis yang luar biasa berani. Ketika Muhammad berkemah di Khaybar, dia memberi bendera kepada Umar b. al-Khattab. Umar lalu bertarung melawan orang2 Yahudi tapi lari dikejar mereka. Setelah kembali menghadap Muhammad, kawan2nya mengeluh tentang sikap pengecut Umar b. al-Khattab. Karena itu, keesokan harinya Muhammad memberikan bendera kepada Ali yang pada saat menderita mata bengkak. Muhammad meludah pada matanya dan iapun sembuh!
220 Ibn Sa’d, vol.ii, p.138

Versi lain dari pembunuhan Marhab berlangsung seperti ini:
Muhammad seringkali menderita sakit kepala migren dan karenanya dia tidak ke luar dari tempat persembunyiannya selama beberapa hari. Ketika dia menyerang Khaybar, dia menderita sakit kepala migren sehingga dia tidak menampakkan diri. Awalnya, Abu Bakr maju ke medan perang dan bertempur dengan berani. Ketika dia kembali, Umar maju dan bertempur dengan berani dan kembali kepada Muhammad.

Setelah mengetahui bahwa dua pemimpin perangnya tidak begitu membawa keberhasilan, di hari berikutnya Muhammad mengutus Ali untuk berperang. Ali datang menghadapnya dengan mata bengkak. Muhammad meludah ke matanya dan rasa sakit seketika hilang. Lalu Ali berangkat bertempur. Ketika mendekati perbentengan Khaybar, dia bertemu Marhab, pemimpin benteng yang mengajak kaum Yahudi untuk melawan para penyerbu. Ali lalu bertarung melawan Marhab dan kemudian Ali membunuh Marhab dengan satu tebasan pedang yang kuat membelah kepala Marhab.

Pertarungan umum sekarang berlangsung dan pihak Muslim menguasai keadaan. Kaum Yahudi bertambah terdesak. Muhammad mulai merampasi harta benda Khaybar satu per satu, benteng demi benteng. Dia menaklukkan benteng pertama milik Na’im. Sahabat Muhammad yang bernama Mahmud b. Maslama (saudara laki Muhammad b. Maslama) dibunuh ketika sebuah batu digulirkan ke arahnya. Benteng selanjutnya yang takluk adalah Qamus, milik Abul Huqayq. Lalu Muhammad mengepung dua benteng terakhir, yakni milik al-Watih dan al-Sulalim, masing2 selama 13 dan 19 hari. Pemimpin kaum Yahudi yakni Sallam ibn Mishkam dibunuh dan al Harith ibn Abu Zaynab mengambil alih kepemimpinan. Banyak orang2 Yahudi yang dikalahkan di benteng2 sebelumnya lalu berlindung di dua benteng terakhir dan Muhammad menghadapi kesulitan untuk menembusnya. Jadi dia, sebagaimana hukum Islam, memotong jalur air ke benteng. Karena itu pihak Yahudi tidak punya pilihan selain menyerah terhadap tentara Muslim. Muhammad melanjutkan usaha perampokannya sampai dia selesai mengambil semua barang yang bisa dirampasnya. Dia setuju untuk mengampuni nyawa para Yahudi yang telah menyerah dan membiarkan mereka meninggalkan tempat tinggalnya asalkan mereka menyerahkan logam2 kuning dan putih (yakni emas dan perak) yang mereka miliki. Kaum Yahudi diperbolehkan membawa barang2 yang bisa diangkut oleh unta2 dan keledai2 mereka kecuali barang2 emas dan perak. Kalau berani melanggar aturan ini berarti mati – begitu ancaman Muhammad.

Tentara Muslim sangat kekurangan perbekalan dan banyak dari mereka yang merasa lapar. Karena tidak punya bekal cukup, Muhammad meminta untuk makan daging kuda tapi melarang makan daging keledai. Larangan lain adalah makan bawang mentah dan kawin ‘muta’ (kawin kontrak). Akan tetapi, aliran Islam Shia membantah bahwa tidak ada larangan atas kawin ‘muta’.

Pihak tentara Muslim menang mutlak. Kaum Yahudi kehilangan 93 orang, sedangkan pihak Muslim hanya 19 orang. Muhammad menangkap beberapa orang Yahudi sebagai tawanan perang, termasuk Safiyyah bt. Huyayy b. Akhtab, seorang gadis muda yang sangat cantik yang baru saja menikah dengan Kinanah b. al-Rabi b. al-Huqayq. Safiyyah adalah anak wanita ketua kaum Yahudi B. Nadir yakni Huayy b. Akhtab. Muhammad memenggal kepala Huayy b. Akhtab pada saat pemenggalan para lelaki Yahudi B. Qurayzah. Muhammad telah mengusir kaum Yahudi B. Nadir ke luar dari Medina (lihat Teror 28, Bagian 8 ). Kinanah baru saja menikahi Safiyyah yang muda dan ceria dan Kinanah juga menerima banyak harta benda sebagai pemberian. Muhammad juga mengambil dua gadis anak dari paman kandung Safiyyah. Awalnya, Jihadis Muslim bernama Dihyah al-Kalbi meminta Safiyyah. Tapi ketika Muhammad melihat kecantikan Safiyyah yang tiada tandingnya, dia lalu memilih Safiyyah bagi dirinya sendiri dan menukarnya dengan dua saudara sepupu Safiyyah untuk Dihyah.

Tabari menulis [221]:
Setelah Rasul Allah menaklukkan al-Qamus, benteng milik Ibn Abi al-Huqyaq, Safiyyah bt. Huyayy b. Akhtab dibawa menghadap kepadanya dan seorang wanita lagi dengannya. Bilal yang membawa mereka membiarkan mereka menyentuh orang2 Yahudi yang terbunuh. Ketika wanita yang bersama Safiyyah melihat mereka, dia menangis, memukul mukanya dan mencurahkan tanah ke atas kepalanya. Ketika Rasul Allah melihatnya, dia berkata, “Bawa pergi wanita setan ini dari padaku!” Dia memerintahkan agar Safiyyah tetap berada di belakangnya dan Rasul Allah telah memilihnya bagi dirinya sendiri.”

Para sejarawan Muslim menulis bahwa Kinanah telah menamparnya di malam sebelumnya karena dia menunjukkan ketertarikan (seperti jatuh cinta) pada raja Hijaz, yakni Muhammad. Ketika Saffiyah dibawa kepada Muhammad, di mukanya masih tampak bekas tamparan – begitu dikisahkannya. Ketika Muhammad menanyakannya tentang memar hitam di sekitar matanya, Safiyyah menerangkan peristiwa penamparan. Tulisan ini jelas hanyalah karangan belaka, kalau bukan bohong sama sekali, karena tidak ada satupun biografi Muhammad yang menulis bahwa Saffiyah pernah jatuh cinta atau merasa tertarik kepada Muhammad. Bagaimana mungkin gadis remaja B. Nadir bisa jatuh cinta pada penyerang bangsanya yang berusia 60 tahun, yang beberapa tahun lalu baru saja mengusir semua kaum Yahudi B. Nadir ke luar Medina dan bahkan memancung ayahnya sendiri?

Muhammad menuduh suami Saffiyah yakni Knananh dan saudara sepupunya menyembunyikan kekayaan mereka dan ini melanggar aturan penyerahan diri. Muhammad terutama marah karena Kinanah menyembunyikan harta yang diterimanya (berjumlah sekitar 10.000 Dinar atau US$ 500.000) atas perkawinannya dengan anak ketua B. Nadir (yakni Safiyyah). Seorang pengkhianat Yahudi membocorkan rahasia bahwa Kinanah menyembunyikan emasnya. Orang Yahudi ini pergi dan mendapatkan harta itu. Kinanah dan saudara sepupunya lalu ditangkap oleh tentara Muslim dan dibawa menghadap Muhammad. Muhammad menuduhnya menyembunyikan kekayaan. Ketika Kinanah menyangkal, Muhammad memerintahkan penyiksaan bagi dirinya. Dia disiksa dengan cara dadanya dibakar dan lalu dipancung (ingat peristiwa penyiksaan dan pemenggalan gaya Islam atas Nick Berg).

Dengan mengutip Ibn Ishaq, Tabari menulis [222]:
‘Kinanah b. al-Rabi b. al-Huqyaq yang memiliki harta karun B. Nadir dibawa menghadap Rasul Allah, yang menanyai dia, tapi dia membantah tahu akan hal itu. Lalu Rasul Allah membawa seorang Yahudi yang berkata padanya, “Aku telah melihat Kinanah berjalan di sekitar puing2 ini setiap pagi.” Rasul Allah berkata kepada Kinanah, “Apa yang kau lakukan? Jika kita temukan hartamu, aku bunuh kamu.” “Baiklah,” jawabnya. Rasul Allah memerintahkan agar puing2 itu digali dan beberapa harta ditemukan di dalamnya. Lalu dia tanya di mana sisa harta yang lain. Kinanah tidak bersedia menjawabnya, sehingga Rasul Allah memerintahkan al-Zubayr b. al-‘Awwam sambil berkata, “siksa dia sampai dia mengaku apa yang dia miliki.” al-Zubayr b. al-‘Awwam terus-menerus memutar tongkat berapinya di dada Kinanah sampai Kinanah hampir mati dan lalu Rasul Allah menyerahkan Kinanah kepada Muhammad b. Maslamah, yang kemudian memenggal Kinanah sebagai balas dendam kematian saudara lakinya yakni Mahmud b. Maslamah.’
221 Tabari, vol.viii, p.122
222 Tabari vol. viii. p.123

Muir [223] menulis bahwa kepala2 dua pemimpin (Kinanah dan saudara sepupunya) dipenggal. Karena Muhammad merasa pihak Yahudi (dalam hal ini Kinanah) melanggar perjanjian dengan menyembunyikan kekayaan, maka sekarang Muhammad mengijinkan Jihadis Muslim untuk memiliki kaum wanita dan anak2 Yahudi Khaybar.

Ketika pemancungan selesai, Muhammad mengirim Bilal untuk menjemput Safiyyah, istri Kinanah. Kecantikannya terkenal di Medina. Nama aslinya adalah Zaynab dan seperti yang telah ditulis, dia awalnya jatuh ke tangan Jihadis bernama Dhiya al-Kalbi. Akan tetapi, ketika Muhammad mendengar tentang kecantikan Safiyyah yang luar biasa, dia memilih Safiyyah sebagai Safi-nya (yakni pilihan spesial yang ditentukan Muhammad sebelum khumus dan pembagian barang jarahan bagi kaum Muslim). Jadi ketika Zaynab menjadi Safi milik Muhammad, dia pun lalu dikenal sebagai Safiyyah (pilihan spesial Muhammad).

Ini Hadis Sunan Abu Daud yang dikisahkan oleh tak lain daripada Aisya, istri tersayang Muhammad, yang pada waktu itu juga adalah seorang remaja.
Hadis Sahih Sunan Abu Dawud: Kitab al-Kharaj, Book 19; number 2988
Aisya berkata: Safiyyah dipanggil dari kata safi (bagian spesial bagi sang Nabi).

Dari buku Hadis ini kita juga bisa baca
Hadis Sunan Abu Dawud: Kitab al-Kharaj, Book 19; number 2992:
Anas berkata:
Para tawanan dikumpulkan di Khaibar. Dihyah datang dan berkata: Rasul Allah, berikan padaku seorang budak wanita dari antara para tawanan. Dia berkata, “Silakan dan ambillah seorang budak wanita.” Dia mengambil Safiyaah, anak Huyayy. Seorang datang kepada sang Nabi dan berkata, “Kau berikan Safiyaah putri Huyaay, anak ketua suku Quraizah dan al-Nadir pada Dihyah?” Ini menurut versi Ya’qub. Lalu versi ini berkisah sebagai berikut: “Dia layak bagi dirimu.” Dia berkata, “Panggil dia (Dihyah) bersama dia (Safiyaah).” Ketika sang Nabi melihatnya (Safiyaah), dia berkata padanya (Dihyah), “Ambil budak wanita lain dari para tawanan.” Sang Nabi lalu memerdekakannya (Safiyaah) dan mengawininya.

(Mohon ingat: dua hadis di atas tidak terdapat di kumpulan versi Internet Hadis Sunan Abu Daud. Engkau bisa baca dua sunah ini di Sunan Abu Dawud yang asli (volume ii), diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Prof. Ahmad Hasan dan diterbitkan oleh Kitab Bhavan, New Delhi, India)
223 Muir, vol .iv, p.68

Untuk menikmati jarahan spesial ini, Muhammad memerintah Bilal, orang Negro yang menyuarakan sembahyang, untuk menjemput Safiyyah ke kemah Muhammad. Bilal membawa Safiyyah dan kedua saudara sepupunya langsung melalui medan perang di mana terdapat mayat2 Kinana dan saudara sepupunya. Kedua saudara sepupu Safiyyah ketakutan ketika mereka melihat mayat2 anggota keluarga mereka yang dikasihi. Mereka minta pada Bilal yang berhati batu untuk tidak dibawa ke sana, tapi sia2 saja. Ketika mereka dibawa kepada Muhammad, dia mengutuk kedua sepupu yang ketakutan ini sebagai wanita2 setan dan lalu menyelubungkan mantelnya di sekeliling tubuh Safiyyah untuk menandakan bahwa Safiyyah adalah miliknya seorang. Muhammad menghibur Dhiyah yang kecewa dengan memberikannya kedua sepupu Safiyyah tadi. [224]

Kita juga bisa baca bahwa menurut Ibn Sa’d, Muhammad membeli Safiyyah dari Dhiyah seharga 7 unta (sekitar US$ 2.450). Di malam yang sama Muhammad memiliki Safiyyah, dia membawanya masuk ke dalam tendanya untuk tidur bersamanya. Inilah yang ditulis oleh Ibn Sa’d [225]:
“…. di malam harinya, dia (Muhammad) memasuki tenda dan dia (Safiyyah) masuk bersamanya. Abu Ayyub datang ke sana dan berdiri di luar tenda dengan pedang dan kepalanya dekat pada tenda. Di pagi harinya, Rasul Allah melihat gerakan suatu tubuh dan berkata, “Siapa itu?” Dia menjawab,”Aku adalah Abu Ayub.” Dia (Muhammad) bertanya, “Mengapa kamu ada di sini?” Dia menjawab, “O Rasul Allah! Gadis ini baru saja dikawinkan (denganmu) dan kau telah lakukan apa yang kau telah lakukan pada suaminya yang terdahulu. Aku khawatir akan keselamatanmu, jadi aku ingin dekat berjaga bagimu.” Akan hal ini Rasul Allah berkata dua kali, “O Abu Ayub! Semoga Allah menunjukkanmu pengampunan.”

Untuk menyembunyikan sifat Muhammad yang penuh berahi, para penulis biografi Muslim seringkali menyebut bahwa dia mengawini Safiyyah sebelum menidurinya. Tapi mereka lupa mengutarakan bahwa Muhammad tidak mengikuti aturan menunggu (3 bulan lamanya).untuk menikahi janda (Safiyyah) yang suaminya baru saja mati.

Versi Islam tentang pemilikan Muhammad atas Safiyyah tertulis sebagai berikut:
Muhammad segera mengawini Safiyyah dengan menyediakan hidangan perkawinan yang besar. Setelah pesta makan berakhir, Muhammad memerintahkan agar Safiyyah mengenakan cadar untuk menghindari dari tatapan orang2. Ini adalah tanda yang jelas bahwa Muhammad menikahi Safiyyah dan tidak mengambilnya sebagai budak wanita.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 512:
Dikisahkan oleh Anas:
Sang Nabi melakukan sembahyang subuh dekat Khaibar ketika keadaan masih gelap dan berkata, “Allahu-Akbar! Khaibar dihancurkan, karena kapanpun kita mendekati daerah (bermusuhan untuk berperang), maka kesialan akan menimpa di pagi hari bagi mereka yang telah diperingatkan.” Lalu penduduk Khaibar ke luar berlarian di jalan2. Sang Nabi memerintahkan para prajurit dibunuh, dan kaum wanita dan anak2 dijadikan tawanan. Safiya adalah salah satu para tawanan. Awalnya dia jatuh ke tangan Dahya Alkali tapi kemudian dia dimiliki sang Nabi. Sang Nabi memberikan kemerdekaan baginya sebagai ‘Mahr’ (mas kawin).

224 Muir, vol iv, p.69
225 Ibn Sa’d, vol.ii, p.145

Muhammad berusia 60 tahun ketika menikahi Safiyyah yang adalah remaja berusia 17 tahun. [226] Dia dijadikan istri Muhammad yang ke-8.

Pada saat membuat pertimbangan tentang nasib para Yahudi Khaybar, Muhammad mengirim pesan kepada kaum Yahudi Fadak dan meminta mereka untuk menyerahkan harta benda dan kekayaan mereka, kalau tidak Muhammad akan menyerangnya. Pada saat itu kaum Yahudi Fadak telah mendengar kekalahan kaum Yahudi Khaybar. Untuk menyelamatkan nyawa, mereka minta Muhammad mengambil harta benda mereka dan membiarkan mereke pergi meninggalkan tanahnya. Muhammad memang melakukan hal itu. Setelah kaum Yahudi Khaybar menyerah dan kehilangan mata pencarian untuk hidup, mereka minta padanya untuk boleh berladang di tanah bekas mirip mereka dan dengan perjanjian akan membagi setengah dari hasil panen. Muhammad menganggap memang lebih berguna untuk memperkerjakan mereka karena kaum Yahudi sangat ahli dalam bertanam, sedangkan kaum Muslim (pemilik baru tanah itu) tidak punya pengalaman bertanam dan berladang. Jadi Muhammad lalu membuat persetujuan dengan kaum Yahudi Khaybar yang mengijinkan kaum Yahudi untuk bekerja di tanah bekas milik mereka, tapi Muhammad tetap punya kekuasaan untuk mengusir mereka kapan saja dia mau. Kaum Yahudi tidak punya banyak pilihan selain setuju dengan keputusan ini. Keputusan yang sama juga diterapkan pada kaum Yahudi Fadak. Di kemudian hari saat Umar menjadi Kalifah Islam, dia mengusir semua kaum Yahudi dari Khaybar dan Fadak.

Khaybar menjadi jarahan pihak Muslim, tapi Fadak menjadi milik Muhammad pribadi (atau istilah Islamnya adalah Fai), karena tidak terjadi peperangan saat menaklukkan Fadak. Hal pemilikan pribadi ini ditentukan Allah di ayat2 Q 17:64, 59:6-7.

Setelah Muhammad selesai berurusan dengan Khaybar, dia beristirahat. Ketika dia beristirahat, Zaynab bt.al-Harith, seorang wanita Yahudi dan istri Sallam b. Mishkan (Muhammad telah membunuhnya dengan tuduhan menyembunyikan harta miliknya) menyediakan masakan domba panggang. Diduga keras bahwa Zaynab meracuni masakan domba itu untuk membunuh Muhammad. Ketika dia membawa masakan daging itu kepada Muhammad dan kawan2nya, Muhammad menggigit bagiaan kaki depan dan mengunyahnya tapi curiga terhadap makanan itu dan tidak menelannya. Dua kawan2nya mengunyah daging dan menelannya dan satu dari mereka mati seketika itu juga. Muhammad menderita rasa sakit yang hebat. Zaynab lalu dipanggil dan ditanyai mengapa dia melakukan hal itu. Dia dengan berani mengutuk pembunuhan berdarah dingin yang dilakukan Muhammad terhadap ayahnya, suaminya dan pamannya. Dia berkata, “Bagaimana kau membuat masyarakat kami menderita sudah kau ketahui sendiri. Maka aku berkata, ‘Jika dia memang seorang nabi, dia akan tahu, tapi jika adalah seorang raja, aku akan berhasil membunuhnya.’” [227] Zaynab lalu dihukum mati. Penulis sejarah lain mengatakan dia dibebaskan. Dikatakan bahwa efek racun terus bekerja sampai ajal Muhammad.

Nilai harta jarahan dari Khaybar sungguh besar. Seperti biasa, seperlima jarahan diserahkan untuk Muhammad. Sisanya empat per lima jarahan lalu dibagi-bagikan menjadi 1.800 bagian. Satu bagian bagi tentara berjalan kaki dan tiga bagian bagi tentara berkuda. Aturan Islam yang berbeda dietrapkan bagi tanah rampasan. Separuh tanah Khaybar diberikan kepada Muhammad dan keluarganya (yakni seperti tanah milik kerajaan). Sisa tanah yang lain dibagi-bagikan dengan cara yang sama seperti harta benda jarahan. Hanya Jihadis yang sebelumnya ikut ke Hudaibiya saja yang diberi jatah jarahan, terlepas dari apakah mereka ikut dalam perampokan Khaybar atau tidak.
226 Rodinson, p.254
227 Tabari, vol.viii, p.124

Sahih Bukhari, Volume 3, Book 39, Number 531:
Dikisahkan oleh Ibn ‘Umar:
Umar mengusir kaum Yahudi dan Kristen dari Hijaz. Ketika Rasul Allah telah menaklukkan Khaibar, dia ingin mengusir kaum Yahudi dari tanah itu karena tanah itu telah jadi milik Allah, RasulNya dan para Muslim. Rasul Allah bermaksud mengusir kaum Yahudi tapi mereka meminta padanya untuk diijinkan tinggal dengan syarat mereka akan mengerjakan tanah dan menerima separuh panen buahnya. Rasul Allah berkata kepada mereka, “Kami akan ijinkan kamu tinggal dengan persyaratan itu, selama waktu yang kau inginkan.” Jadi mereka (kaum Yahudi) tetap tinggal di tanah itu sampai ‘Umar memaksa mereka pergi ke Taima’ dan Ariha’.


Muhammad menggunakan tanah rampasan dari kaum Yahudi Khaybar untuk membiayai istri2nya yang terus bertambah dalam Haremnya.

Hadis Sahih Muslim Book 010, Number 3759:
Ibn Umar melaporkan:
Rasul Allah menyerahkan kembali tanah Khaibar (dengan syarat) sebagian hasil buah dan panen, dan dia juga memberi istri2nya setiap tahun 100 wasq: 80 wasq kurma dan 20 wasq gandum. Ketika ‘Umar menjadi Kalifah, dia membagi-bagikan (tanah2 dan pohon2) Khaibar, dan memberikan pilihan kepada istri2 Rasul Allah untuk memilih sendiri tanah dan airnya atau tetap memilih menerima wasq setiap tahun. Mereka membuat keputusan yang berbeda satu sama lain. Beberapa dari mereka memilih tanah dan air, dan yang lain tetap memilih menerima wasq setiap tahun. Aisya dan Hafsa adalah diantara dari mereka yang memilih tanah dan air.


Sahabat dan panglima perang Muhammad yakni Umar ibn Khattab menjadi tuan tanah tanah rampasan di Khaybar. Ini Hadis Sahih Muslim yang menjelaskan pengambilan hak tanah milik kaum Yahudi yang dilakukan Umar.

Hadis Sahih Muslim, Book 013, Number 4006:
Ibn Umar melaporkan:
Umar menerima sebidang tanah di Khaibar. Dia menghadap Rasul Allah dan minta nasehat akan hal itu. Dia berkata, “Rasul Allah, aku mendapat sebidang tanah di Khaibar. Aku belum pernah memiliki harta yang lebih bernilai bagiku dariapa ini, jadi apakah yang harus kulakukan dengan tanah ini?” Mendengar itu, sang Nabi berkata, “Jika kau suka, kau bisa tetap memeliharanya dan memberikan hasilnya sebagai sedekah.” Jadi Umar memberi (hasil tanah) sebagai sedekah dan mengumumkan bahwa tanah itu tidak boleh dijual atau diwariskan atau diberikan sebagai hadiah. Dan Umar memberikan hasilnya kepada kaum miskin, keluarga terdekat, dan untuk membebaskan para budak, dan menggunakannya sesuai jalan Allah dan untuk para tamu. Tidak ada dosa bagi yang mengelola tanah itu jika dia memakan hasilnya dalam jumlah yang masuk akal, atau jika dia memberi makan kawan2nya dan tidak menimbun bagi dirinya sendiri. Dia (sang pencerita) mengatakan: Aku menyampaikan Hadis ini kepada Muhammad, tapi ketika aku sampai pada kata2 “tidak menimbun (bagi dirinya sendiri) atas hasil tanah” dia (Muhammad) berkata, “tanpa menimbun harta dengan tujuan jadi kaya.” Ibn ‘Aun berkata, “Dia yang membaca buku ini (tentang Waqf) memberitahu padaku bahwa dalam buku itu tertulis (kata2nya sebagai berikut) “tanpa menimbun harta dengan tujuan jadi kaya.”


Hadis Sahih Muslim, Book 013, Number 4008:
Umar melaporkan
Aku mendapat tanah dari Khaibar. Aku datang kepada Rasul Allah dan berkata: Aku mendapat sebidang tanah. Belum pernah aku mendapat tanah yang lebih kucintai dan kuhargai daripada tanah ini. Sisa isi Hadis ini sama, tapi dia tidak menyebutkan ini: “Aku ceritakan ini kepada Muhammad” dan apa yang dikatakan setelah itu.


Kaum Muslim jadi kaya dan makmur dari jarahan Khaybar. Mereka mendapat jatahan begitu besar sehingga mereka bisa membayar semua hutang2 mereka terhadap kaum Ansar (para penolong, yakni penduduk asli Medina) dan tidak jadi beban bagi mereka lagi. Mubarakpuri [228] mengutip Sahih Muslim menulis:
“Sekembalinya ke Medina, kaum emigran (yang ikut hijrah ke Medina) mampu mengembalikan kepada para penolong orang Medina semua pemberian yang mereka terima. Semua kekayaan ini didapat setelah penaklukkan Khaiber dan keuntungan ekonomi yang mulai dimiliki para Muslim.”

Muhammad sendiri menjadi tuan tanah besar setelah merampas tanah2 kaum Yahudi yakni B. Nadir, Khaybar dan Fadak. Ini Hadisnya.

Hadith from Sunaan Abu Dawud, Book 19, Number 2961:
Dikisahkan oleh Umar ibn al-Khattab:
Malik ibn Aws al-Hadthan berkata: Satu dari perbantahan2 yang diutarakan Umar adalah dia berkata bahwa Rasul Allah menerima tiga hal yang khusus bagi dirinya: Banu an-Nadir, Khaybar dan Fadak. Harta Banu an-Nadir semuanya dimiliki untuk keperluan2nya yang semakin bertambah, Fadak untuk para penjelajahnya, dan Khaybar dibagi oleh Rasul Allah menjadi 3 bagian: dua bagi kaum Muslim dan satu sebagai sumbangan bagi keluarganya. Jika setelah disumbangkan kepada keluarganya masih ada harta yang tersisa, dia membagikan itu diantara para emigran miskin.

228 Mubarakpuri, p.440

Dalam hal ini, dengan menggunakan teror dan perampokan para Muslim mendapat banyak harta dan sumber nafkah tetap. Melalui cara ini pula Muhammad menghadiahi mereka yang setia kepadanya dengan ikut pergi bersamanya ke Hudaibiya. Para tawanan wanita dibagi-bagikan diantara kaum Jihadis. Banyak para Jihadis yang ingin berhubungan seks dengan para wanita tak berdaya ini, bahkan dengan beberapa wanita yang hamil. Jadi Muhammad perlu mengumumkan aturan persetubuhan dengan tawanan2 wanita. Dengan mengutip sumbernya, Ibn Sa’d menulis [229] bahwa Muhammad berkata:
“Dia yang percaya kepada Allah dan Hari Akhir, tidak boleh memanen tanah orang lain (artinya adalah tidak boleh bersetubuh dengan budak yang hamil sampai setelah melahirkan). Dia yang percaya kepada Allah dan Hari Akhir, tidak boleh bersetubuh dengan budak wanita sampai dia (budak wanita) itu bersih (yakni dua masa mens berlalu). Dia yang percaya kepada Allah dan Hari Akhir tidak boleh menjual barang jarahan sampai barang jarahan itu selesai dibagikan. Dia yang percaya kepada Allah dan Hari Akhir tidak boleh mengendarai binatang jarahan kaum Muslim sedemikian rupa sampai binatang itu jadi kurus dan kemudian mengembalikannya kepada jarahan kaum Muslim; atau mengenakan pakaian dan mengembalikannya kepada jarahan kaum Muslim sewaktu baju itu robek.”

Tentang penjarahan di Khaybar, Hadis Sahih Bukhari menyebutkan
Hadis Sahih Bukhari, Volume 2, Book 14, Number 68:
Dikisahkan oleh Anas bin Malik:
Rasul Allah melakukan sembahyang subuh ketika suasana masih gelap,”Allah Akbar! Khaiber telah hancur. Ketika kita mendekati suatu daerah, saat yang paling sial adalah pagi hari bagi mereka yang telah diperingatkan.” Orang2 ke luar ke jalan2 berkata, “Muhammad dan tentaranya.” Rasul Allah menaklukkan mereka dengan kekerasan dan para prajurit mereka dibunuh, anak dan wanita dijadikan tawanan2. Safiya diambil Dihya Al-Kalbi dan kemudia dia dimiliki oleh Rasul Allah yang lalu menikahinya dan mas kawin Safiya adalah kemerdekaannya.


Ditulis bahwa beberapa wanita Jihadis juga berpartisipasi dalam penyerbuan ke Khaybar. Para Muslimah ini tidak mendapat barang jarahan. Muhammad memberi mereka hadiah2 kecil dari barang2 jarahan (mereka diberi dari seperlima barang jarahan milik Muhammad) tapi dia tidak menetapkan bagian apapun bagi mereka.[230]
229 Ibn Sa’d, vol.ii, p.143
230 Tabari, vol.viii, p.126

Di saat itu, beberapa orang dari Abyssinia kembali ke Medina. Diantara mereka adalah saudara sepupu Muhammad yang bernama Jafar, yang adalah saudara laki Ali. Orang2 migran baru ini mendapat bagian jarahan Khaybar.

Sewaktu di Khaybar, Muhamad menerima seorang budak kulit hitam bernama Midam sebagai hadiah. Midam nantinya mati dipanah. Muhammad mengaku bahwa Allah membunuhnya karena Midam mencuri barang jarahan Khaybar.

Hadis Muwatta Malik, Book 21, Number 21.13.25:
Yahya menyampaikan kepada saya dari Malik dari Thawr ibn Zayd ad-Dili dari Abu'l-Ghayth Salim, mawla Ibn Muti bahwa Abu Hurayra berkata, “Kami pergi bersama Rasul Allah, di tahun Khaybar. Kami tidak mendapat emas atau perak kecuali barang2 untuk kebutuhan pribadi, pakaian2 dan barang2. Rifaa ibn Zayd menghadiahkan seorang budak anak laki kulit hitam kepada Rasul Allah yang bernama Midam. Rasul Allah pergi ke Wadi'l-Qura dan ketika dia tiba di sana, Midam sedang melepaskan pelana unta ketika sebuah panah nyasar menusuk dan membunuhnya. Orang2 berkata, “Semoga nasib baik baginya! Taman (Surga)!” Rasul Allah berkata, “Tidak! Demi Dia yang TanganNya menguasai diriku! Jubah yang diambilnya dari jarahan Khaybar sebelum barang2 jarahan dibagi-bagikan akan terbakar dengan api (neraka) bersama dia.” Ketika orang2 mendengar hal itu, seorang membawa sebuah atau dua buah sandal jepit kepada Rasul Allah. Rasul Allah berkata, “Sebuah atau dua buah sandal jepit dari api neraka!”

Setelah Muhammad selesai menjarah Khaybar, dia mengepung kaum Yahudi Wadi al-Qura selama beberapa malam, dan lalu kembali ke Medina (lihat Teror 53, Bagian 14 untuk kisah lengkap tentang ini).

Bersambung ke Bagian 14
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Sun Jan 15, 2006 6:02 am

Bagian Empat Belas
‘Para musuh itu tolol dan Allah benar2 melindungi para Mujahidin….’---Ramzi Binalshibh [231]

Teror Lima Puluh Tiga
Penyerangan Kedua Atas Kaum di Wadi al-Qura oleh Muhammad—June, 628M


Setelah Muhammad selesai dengan urusan perampokan di Khaybar, dalam perjalanan pulang ke Medina, tahu2 tanpa peringatan apapun, dia melakukan penyerangan terhadap masyarakat Yahudi yang tinggal di Wadi al-Qura. Daerah ini merupakan tempat tinggal kaum Yahudi. Dia tiba di Wadi al-Qura sore hari dan mengepung daerah kaum Yahudi. Sa’d b. Ubada, pemimpin Muslim mengajak kaum Yahudi memeluk Islam, tapi usahanya sia2 belaka. Karenanya tentara Muslim menyerang kaum Yahudi. Kaum Yahudi hanya mampu bertahan selama dua hari sebelum akhirnya menyerah dengan persyaratan yang sama dengan kaum Yahudi di Khaybar dan Fadak. Sebelas orang Yahudi dibunuh dalam penyerangan ini. Sejumlah besar barang jarahan dirampas pihak Muslim.

Seorang kawan Muhammad menghadiahinya seorang budak anak laki berkulit hitam (Midam). Ketika kaum Muslim sedang berhenti dari perjalanannya, sebuah anak panah melesat menusuk budak itu dan membunuhnya. Kaum Muslim memuji kematiannya sebagai hadiah (bagi anak itu) ke surga, tapi Muhammad menyangkalnya dengan mengatakan anak laki itu telah mencuri sebuah jubah dari barang2 jarahan di Khaybar dan kematiannya adalah hukumannya. Mendengar perkataannya, seorang Jihadis maju ke muka dan mengaku bahwa dia juga telah mencuri dua buah sandal dari barang jarahan Khaybar. Muhammad pun menjanjikan dia hukuman neraka. (Adadeh: Hebat sekali jalan pikiran nabi jejadian ini. Kalau merampok barang kaum Yahudi, hadiahnya surga; tapi mencuri hasil rampokan dari kaum Yahudi, hadiahnya adalah neraka). Setelah kaum Yahudi Wadi al-Qura menyerah, Muhammad mewujudkan kekuasaannya atas seluruh suku2 Yahudi di sekitar Medina.

Ketika berada di Wadi al-Qura, Muhammad dan pengikutnya tertidur dan terlambat melakukan sembahyang subuh tepat waktu. Dia melakukan pencucian diri dan lalu sembahyang dan orang2pun melakukan hal yang sama. Muhammad mengatakan kepada pengikutnya bahwa jika seseorang lupa sembahyang tepat waktu, dia dapat melakukan sembahyang yang sama kalau dia ingat akan Allah. Tentara Muslim tinggal di Wadi al-Qura selama 4 hari sebelum kembali ke Medina.


Teror Lima Puluh Empat
Penyerangan Pertama Atas B. Hawazin di Turbah oleh Umar b. al-Khattab—July, 628M


Setelah kembali ke Medina dari Wadi al-Qura, Muhammad mengirim Umar b. al-Khattab bersama 30 tentara untuk menyerang cabang suku B. Hawazin di Turbah, yang jaraknya adalah 4 malam naik kuda dari Medina. Turbah terletak di jalan menuju Sana dan Najjran, daerah masyarakat Kristen. Tentara Umar bergerak di malam hari dan menyembunyikan diri di siang hari. Pada saat tentara Muslim tiba di Turbah, masyarakat B. Hawazin telah mendengar penyerangan tentara Muslim dan mereka melarikan diri. Umar kembali ke Medina tanpa pertempuran dan tanpa barang jarahan. Usaha penyerangan ini dianggap usaha perampokan yang gagal.
231 Masterminds of Terror, p.143; Ramzi Binalshibh was an Al-Qaeda planner of 9/11

Teror Lima Puluh Lima
Penyerangan atas B. Kilab di Nejd oleh Abu Bakr—July, 628M


Laporang detail atas penyerangan ini tidak ada, walaupun tertulis bahwa Abu Bakr memimpin pasukan menyerang Bani Kilab di Nejd. Banyak masyarakat B. Kilab yand dibunuh dan dijadikan tawanan. Sebuah Hadis Sunan Abu Daud kemungkinan berhubungan dengan penyerangan yang dipimpin Abu Bakr dan isinya menerangkan dengan jelas kebengisan pembunuhan yang dilakukan tentara2 Muslim.

Hadis Sunaan Abu Dawud: Book 14, Number 2632:
Dikisahkan oleh Salamah ibn al-Akwa':
Rasul Allah menunjuk Abu Bakr menjadi pemimpin kami dan kami bertarung melawan beberapa orang pagan, dan kami menyerang mereka di malam hari, membunuh mereka. Teriakan perang malam hari kami waktu itu adalah, “bunuh, bunuh.” Salamah berkata, “Di malam itu aku bunuh kaum pagan di tujuh rumah.”



Teror Lima Puluh Enam
Penyerangan Pertama Atas B. Murrah di Fadak oleh Bashir Ibn Sa’d—July, 628M


Tiga puluh tentara Muslim dipimpin Bashir ibn Sa’d menyerang B. Mura di sekitar daerah Fadak. Kaum Bedouin ini sedang berada di gurun pasir ketika tentara Muslim menyerang perumahan mereka. Bashir mencuri unta2 dan ternak mereka. Ketika kaum Bedouin kembali ke rumah mereka, mereka mengejar para perampok Muslim, saling melepas anak panah dan berhasil merampas kembali binatang2 piaraan mereka. Para tentara Bashir dibunuh. Dia sendiri terluka pergelangan kakinya dan kembali ke Medina.


Teror Lima Puluh Tujuh
Penyerangan Keempat Atas B. Thalabah di Mayfah oleh Ghalib b. Abd Allah—January, 629M


Mayfah terletak 96 mil dari Medina, ke arah Nejd. Muhammad mengirim Ghalib b. Abd Allah memimpin 130 tentara untuk merampok suku2 B. Uwal dan B. Thalabah yang hidup di daerah itu. Usmah b. Zayd (anak Zayd b. Haritha, anak angkat Muhammad) bergabung dengan para tentara ini. Penyerangan ini sangatlah mendadak dan kaum Muslim membunuh tanpa belas kasihan siapapun yang mereka jumpai dan lalu mengambil unta2 dan kambing2nya ke Medina.

Usama dan seorang kawannya membunuh seorang pria, yang merupakan sekutu dari B. Murrah yang mengucapkan ‘La ilah illa Allah’ yang berarti orang ini memeluk Islam pada saat hendak ditusuk pedang.[232] Ketika Usama kembali ke Medina dan melaporkan kisah ini kepada Muhammad, Muhammad tidak merasa senang dan berkata, “Usamah, siapa yang akan mengatakan padamu ‘Tidak ada tuhan lain selain Tuhan’?” [233]
232 Ibn Sa’d, vol ii, p.149
233 Tabari, vol.viii, p.132


[b]Teror Lima Puluh Delapan
Penyerangan Kedua Atas B. Murrah di Fadak oleh Ghalib b. Abd Allah—January, 629M[/b]

Setelah kegagalan usaha perampokan oleh Bashir ibn Sa’d (lihat Teror 55) terhadap B. Murrah, Muhammad mengutus Ghalib b. Abd Allah, yang adalah seorang pembunuh bengis, untuk menyerang B. Murrah di Fadak. Muhammad berkata kepada al-Zubayr, pemimpin lain dari 200 tentara ini: “Jika Allah membuat kalian menang, jangan tunjukkan ampun kepada mereka.” [234]. Usama b. Zayd juga bergabung dalam usaha perampokan ini. Kaum Muslim menyerang B. Murrah di pagi hari; tanpa ampun membunuhi banyak orang2 B. Murrah; mencuri unta2nya, dan membawa binatang2 ini ke Medina.


Teror Lima Puluh Sembilan
Penyerangan Atas Ghatafan di al-Jinab daerah Yaman oleh Bahir b. Sa’d—February, 629M


Pada saat mengepung Khaybar (lihat Teror 52, Bagian 13), Muhammad mendengar dari pemandunya di Khaybar yakni Husayl b. Nuwayrah bahwa sekelompok orang Ghatafan di bawah pimpinan Uyanah b. Hisn telah berkumpul di al-Jinab, daerah sebelah Khaybar dan Wadi al-Qura. Maka Muhammad mengirim Bashir b. Sa’d bersama 300 orang tentara bersama pandu Husayl b. Nuwayrah untuk menyerang kaum Ghatafan. Tentara Bashir bergerak di malam hari dan menyembunyikan diri di siang hari sampai mereka tiba di tempat dekat pihak musuh. Tentara Muslim meneror suku itu, merampok sebagian besar unta2 mereka dan mengusir para penggembalanya. Melihat tentara Muslim yang mengacau itu, kaum Ghatafan lari berlindung di puncak2 gunung dan dataran2 tinggi. Tentara Muslim merampok barang jarahan dan membunuh seorang budak milik Uyanah b. Hisn. Mereka menawan dua pria dan membawa mereka beserta unta2 ke Medina.


Teror Enam Puluh
Penyerangan Ketiga Atas B. Sulaym di Fadak oleh Ibn al-Awja al-Sulami—April, 629M


B. Sulaym merupakan kerabat dekat suku B. Hawazin dan bertempat tinggal di daerah Najran dan Turbah. Setelah melakukah ibadah Umrah dan kembali ke Medina, Muhhamad segera mengirim Ibn al-Awja al-Sulami bersama 50 tentara untuk menyerang B. Sulaym. Ketika Ibn Awja tiba di daerah B. Sulaym, dia meminta mereka memeluk Islam. Ketika para kafir menolak, tentara Muslim menyerang mereka. Tentara B. Sulaym menyerang balik, menghujani dengan panah dan membunuh banyak tentara Muslim. Ibn Awja terluka tapi berhasil melarikan diri ke Medina meskipun dengan susah payah. Akan tetapi, setahun kemudian B. Sulaym memeluk Islam setelah mengetahui bahwa Muhammad menjadi semakin kuat secara militer.
234 Ibn Sa’d, vol.ii, p.156

Teror Enam Puluh Satu
Penyerangan Atas B. al-Mulawwih di al-Kadid oleh Ghalib b. Abd Allah--May, 629M


Muhammad mengirim Ghalib b. Abdallah al-Laythi, dengan sekitar 13 sampai 19 orang untuk menyerang B. al-Mulawwih di al-Kadid. Ketika tentara Muslim tiba di al-Kadid, mereka bertemu dengan orang yang bernama al-Harith b. Malik dan lalu menawannya. Dia memberitahu Ghalib bahwa dia baru saja memeluk Islam. Meskipun mengaku begitu, Ghalib tetap mengikat dirinya dengan tali untuk berjaga-jaga. Lalu Ghalib memerintahkan seorang budak Negro untuk menjaga al-Harith dan memenggal kepalanya jika dia membuat onar. Ghalib lalu mengirim seorang Muslim untuk mengamati tempat tinggal musuh. Di siang hari dia berbaring menyembunyikan diri dengan muka menghadap tanah. Tak lama kemudian, seorang Bedouin datang dari tempat tinggal masyarakat B. al-Mulawwih dan melihat pengintai Muslim itu dan menduga ia tentunya seorang penyerang. Lalu dia menembakkan dua buah panah ke pengintai Muslim. Dengan cerdiknya pengintai Muslim itu tetap tidak bergerak sehingga orang Bedouin ini menyangka dia adalah benda mati dan lalu meninggalkan tempat itu. Pengintai itu menunggu sampai masyarakat B. al-Mulawwih kembali dengan ternak unta dari padang rumput. Lalu pada malam harinya ketika keadaan tenang dan masyarakat B. al-Mulawwih sedang beristirahat, tentara Muslim melakukan serangan mendadak. Mereka membunuh beberapa orang dan mencuri unta2nya. Pada saat itu, orang2 lain jadi waspada dan berteriak-teriak minta tolong.

Karena takut pihak lain datang menolong, para perampok Muslim cepat2 meninggalkan tempat itu. Sewaktu pergi, mereka sempat membawa tawanan al-Harith b. Malik yang tadi dijaga seorang budak Negro. Tak lama kemudian memang pihak tentara al-Harith b. Malik datang menyerang tentara Muslim. Pada saat itu turunlah hujan lokal dan hampir membanjiri lembah itu sehingga membuat usaha penyerangan kepada pihak Muslim jadi sukar. Dengan memanfaatkan keadaan ini, tentara Muslim cepat2 melarikan diri. Mereka mengambil semua unta2 dan membawanya ke Medina. Di samping itu mereka juga membawa banyak harta jarahan. Jeritan perang Muslim di malam itu adalah “Bunuh! Bunuh!” [235]


Teror Enam Puluh Dua
Penyerangan Atas B. Laith di al-Kadid—May, 629M


Beberapa minggu kemudian, tentara Muslim melakukan penyerangan atas B. Laith. Mereka diserang di al-Kadid ke arah jalan ke Mekah. Tentara Muslim menyerang tiba2 dan mencuri unta2 mereka. Tidak ada keterangan lebih lanjut dari perampokan ini.
235 Tabari, vol.viii, p.142


Teror Enam Puluh Tiga
Pemaksaan Jizya Atas Para Pemeluk Zoroastria - kasus 1 - June, 629M


Setelah merampok B. al-Mulawwih mengirim Jihadis bernama al-Ala b. al-Hadrami membawa surat ancaman kepada Mundhir b. Sawa al-Abdi, ketua suku B. Tamim yang memeluk agama Zoroastria untuk membayar pajak Jizya kepada Muhammad. Muhammad menulis: “Dalam nama Tuhan, yang Maha Pengampun dan Penyayang. Dari Muhammad sang Nabi, Utusan Tuhan, kepada al-Mundhir b. Sawa: Damai kepadamu! Melanjutkan: Aku telah menerima suratmu dan utusanmu. Barang siapa yang melakukan sembahyang sesuai dengan sembahyang kami, makan korban (binatang) kami, dan menghadap ke Qiblah kami adalah orang Muslim: orang ini diijinkan melalukan apa yang diijinkan bagi para Muslim, dan barangsiapa yang menolak (menjadi Muslim) harus bayar pajak.[236] Sebuah Hadis di Sunan Abu Daud mungkin berhubungan akan hal ini dan cocok dengan doktrin Muhammad yang berbunyi ‘bayar Jizya atau mati’ (perlu diketahui bahwa kata Magia di bawah berarti Zoroastria):

Hadis Sunaan Abu Dawud, Book 13, Number 3038:
Dikisahkan oleh Abdullah ibn Abbas:
Seorang yang berasal dari Usbadhiyin dari masyarakat Bahrayn, yang beragama Magian dari Hajar, datang menghadap Rasul Allah dan berbicara dengannya (selama beberapa saat) dan lalu ke luar. Aku bertanya kepadanya, “Apa yang telah ditetapkan Rasul Allah bagimu?” Dia menjawab, “Yang jahat.” Aku berkata, “Diam.” Dia berkata, “Islam atau dibunuh.” Abdur Rahman ibn Awf berkata, “Dia (Muhammad) menerima jizyah dari mereka.” Ibn Abbas berkata,”Orang2 mengikuti apa yang dikatakan Abdur Rahman ibn Awf, dan mereka mengabaikan apa yang kudengar dari Usbadhi.


Karena tidak punya punya pilihan lain, maka orang2 Zoroastria ini setuju untuk membayar pajak ‘perlindungan’ kepada Muhammad. Muhammad lalu memutuskan bahwa orang Muslim tidak boleh memakan kurba sembelihan Zoroastria dan tidak boleh menikahi kaum wanita Zoroastria.


Teror Enam Puluh Empat
Pemaksaan Jizya Atas Para Pemeluk Zoroastria —kasus 2—June, 629M


Muhammad mengirim Amr b. al-As ke Jayfar dan Abbad. Mereka adalah dua bersaudara Zoroastria di Uman. Mereka berkata kepada Amir bahwa mereka percaya Muhammad adalah seorang Nabi dan apa yang diajarkannya. Karena tidak puas akan hal ini dan tidak ada harta jarahan yang dapat dirampas dari mereka, Muhammad memaksakan minta Zakat dan pajak Jizya dari mereka. Tentang Zakat ini, perlu disimak bahwa Abu Bakr memerintahkan pajak Islam ini harus dikumpulkan dengan paksa, dan jika tidak mau bayar, maka akan diperangi. Ini Hadis dari Muwatta Malik (dari bagian tentang Pengumpulan Zakat dan Bersikap Tegas dalam Melakukannya) tentang Zakat:

Hadith Muwatta Malik, Book 17, Number 17.18.31:
Yahya menyampaikan padaku dari Malik bahwa dia mendengar Abu Bakr as-Siddiq berkata, “Jika mereka menahan bahkan tali kekang sekalipun, maka aku akan berkelahi dengan mereka untuk mengambil benda itu.”
236 Tabari, vol.viii, p.142


Teror Enam Puluh Lima
Penyerangan Atas B. Amir di al-Siyii oleh Shuja ibn Wahb al-Asadi—July, 629M


Muhammad mengirim Shuja b. Wahb yang memimpin 24 tentara untuk merampok B. Amir (cabang dari suku Hawazin) di al-Siyii. Al-Siyii berjarak 5 malam naik kuda dari Medina. Setelah tiba di tempat itu, Shuja melakukan serangan tiba2 pagi hari atas B. Tamim. Setelah meneror dan menjarah selama 15 hari, tentara Muslim mengambil unta2 dan domba2 sebagai barang jarahan. Dalam pembagian penjarahan ini harga 10 kambing sama dengan seekor domba. Setiap Jihadis mendapat bagian 15 unta.


Teror Enam Puluh Enam
Penyerangan Atas B. Qudah di Dhat Atlah oleh Amr b Ka’b al-Ghifari—July, 629M


Muhammad mengirim Amr b. Ka’b al-Ghifari yang memimpin 15 tentara untuk menyerang orang2 B. Qudah di Dhat Allah, di perbatasan Syria. Setelah tiba di sana, Amr meminta para penduduk untuk masuk Islam. Para kafir menolak. Lalu Amir mengepung pihak musuh. Tapi dia mendapat perlawanan keras dari mereka. Di pertempuran ini pihak Muslim dikalahkan. Pihak musuh berhasil membunuh semua tentara Muslim kecuali seorang yang berhasil melarikan diri dan kembali ke Medina. Muhammad merasa sangat sedih atas kejadian ini dan merencanakan untuk mengirim pasukan Jihadis yang besar untuk balas dendam. Rencana ini batal setelah Muhammad mendengar pihak musuh sudah meninggalkan daerah tempat tinggal mereka.


Teror Enam Puluh Tujuh
Penyerangan Atas Mu’tah oleh Zayd ibn Haritha—September, 629M


Mu’tah adalah desa kecil di dekat al-Balqa di Damascus, Syria. Setelah kegagalan tim perampok Muslim yang dipimpin oleh Amr b. Ka’b al-Ghifari di Dhat Allah, Muhammad mencari kesempatan untuk menyerang bagian daerah Kekaisaran Byzantium dan untuk memberi pelajaran penduduk daerah ini yang kebanyakan beragama Kristen. Ini adalah usaha pertama Muhammad menyerang daerah Kekaisaran Byzantium.

Versi lain alasan penyerangan ini adalah karena Muhammad mengirim seorang utusan dengan surat kepada Gubernur Byzantine di Busra. Utusan ini dibunuh oleh Shurahbil (anak Amr), ketua daerah Ma’ab atau Mu’ta. Muhammad dengan cepat membalas dendam dengan mengumpulkan 3.000 tentara. Dia juga merasa yakin dengan kekuatannya setelah sukses menaklukkan Khaybar. Kemenangan atas Khaybar memberi rasa percaya diri bahwa dia cukup kuat untuk mengalahkan Kekaisaran Byzantium yang perkasa di Syria.
Dia menunjuk Zayd b. Haritha untuk memimpin tentara ini, memerintahkan dia untuk bergerak ke daerah di mana utusan Muhammad dibunuh, meminta penduduknya masuk Islam dan membunuh mereka jika menolak Islam. Dia juga memberi pesan jika Zayd terbunuh, maka Jafar b. Abi Talib (saudara laki Ali dan saudara sepupu Muhammad) menjadi pemimpin berikutnya, dan jika Jafar terbunuh maka Abd Allah b. Rawaha jadi pemimpin. Lalu 3.000 Jihadi berbaris ke luar, dilengkapi dengan pedang2 dan kuda2. Khalid b. Walid juga ikut dalam operasi militer ini, tapi hanya sebagai prajurit biasa dan tidak punya kedudukan penting karena dia baru saja masuk Islam. Ketika mereka siap berangkat, Muhammad ke luar dan mengucapkan selamat jalan. Beberapa Jihadis ingat ayat Q 19:71, tentang nasib manusia. Muhammad menemani para Jihadis sampai Thaniyat di luar daerah Medina dan berkata, “Semoga Allah membelamu dan semoga kau kembali pulang dengan keadaan suci dan membawa barang jarahan.” [237]
237 Ibn Sa’d, vol.ii, p.159

Tentara Muslim bergerak maju dan berkemah di Mu’an, sebuah desa di Syria. Ketika sedang berada di sana, Zayd menerima berita mengagetkan tentang persiapan perang sekutu Surahbil. Dia mendengar bahwa pihak musuh berkemah di Ma’ab di daerah kekuasaan al-Balqa. Tentara Muslim juga mendengar kabar bahwa Surahbil dan Theodora, saudara laki Heraklius berada di sana bersama 100.000 tentara. Juga 100.000 tentara Romawi siap bergabung bersama mereka untuk berperang. Tentara Syria terdiri dari tentara Romawi dan sebagian tentara dari suku Kristen di padang gurun itu. Zayd juga mendengar banyak suku2 Arab lain seperti Lakham, Judham, Balqayn, Bahran dan Bali juga bergabung dengan tentara Heraklius.

Setelah mendengar berita tentang tentara Romawi yang sangat kuat dan para sekutunya, pihak Muslim jadi gelisah tapi tetap tinggal di Mu’an selama dua malam sambil merencanakan apa yang harus mereka lakukan. Beberapa dari mereka ingin mengirim pesan penting kepada Muhammad untuk minta tambahan kekuatan dalam melawan 100.000 tentara Kekaisaran Byzantium. Tetapi Abd Allah b. Rawaha membangkitkan semangat tempur dengan sumpah Jihad dan membujuk mereka untuk tidak merasa takut akan lawan yang besar itu. Ini adalah kesempatan terbaik untuk jadi martir – begitu katanya. Para tentara Muslim sangat setuju dengan apa yang dikatakan Abd Allah b. Rawaha dan mereka berkeputusan untuk melawan musuh.

Kaum Jihadis Muslim lalu berangkat dan ketika tiba di perbatasan Ma’ab, mereka bertemu dengan tentara Heraklius di desa yang bernama Masharif. Ketika tentara musuh mendekati tentara Muslim, pihak Muslim bersembunyi di desa Mu’tah. Pertempurang sengit terjadi di sana. Zayd b.Haritha bertarung dengan gagah berani tapi tak lama kemudian sebuah lembing dari pihak musuh meluncur menembus badannya sampai terpotong jadi dua dan dia pun mati. Sesuai perintah Muhammad, Jafar b. Abi Talib sekarang memimpin tentara Muslim. Dia juga bertarung dengan gagah berani tapi dia pun mati dalam pertempuran. Sekarang Abd Allah b. Rawaha mengangkat bendera Muslim dan maju ke muka medan tempur tapi dia pun lalu mati terbunuh. Lalu Thabit b. Arqam mengambil bendera dan mengajak pihak Muslim untuk memilih pemimpin dari antara mereka sendiri. Pihak Muslim memilik Khalid b. Walid sebagai pemimpin baru. Akan tetapi susunan tentara Muslim telah jadi kacau dengan terbunuhnya 12 Jihadis. Tidak diketahui pihak Byzantium kehilangan berapa tentara. Dengan mengambil beberapa keputusan cerdik dan tepat, Khalid berhasil mendisiplinkan barisan tentara Muslim. Dia lalu mengelabui tentara Romawi dengan berita bahwa tentara Muslim dalam jumlah besar akan segera datang. Pihak Romawi ternyata percaya akan berita palsu ini. Tentara Muslim lalu mengundurkan diri dan pihak Byzantium pun melakukan hal yang sama. Lalu Khalid memimpin tentara Muslim kembali ke Medina untuk menghindari kekalahan yang lebih besar lagi. Seorang utusan tentara Muslim melaju lebih dahulu ke Medina untuk mengabarkan berita buruk ini kepada Muhammad.

Di tengah2 masyarakatnya di mesjidnya, Muhammad memberitahu bahwa dia telah mendapat wahyu bahwa Zayd mendapat hadiah di surga sebagai martir. Dia juga mengatakan hal yang sama tentang Jafar dan Abdallah b. Rawaha. Dia berkata kepada orang2 [238], “Sekarang aku bisa melihat mereka duduk di singgasana menghadap satu sama lain seperti bersaudara. Diantara mereka kulihat kebencian menggunakan pedang. Dan aku lihat Jafar tampak seperti malaikat dengan dua sayap bernoda darah.” Kaum Muslim terpesona dengan ucapan Muhammad. Dia memberi julukan “Pedang Allah” kepada Khalid b. Walid. Lalu dia membujuk para pengikutnya untuk memperkuat dan bergabung bersama tentara Muslim di Syria. Karena bujukan itu, para Muslim bergabung dengan tentara Muslim dan pergi menuju perbatasan Syria di bawah terik matahari yang panas untuk membantu tentara Muslim di sana. Tapi sudah terlambat karena tentara Muslim di Syria sudah kembali pulang ke Medina.
238 Ibn Sa’d, vol.ii, pp.161-1612

Ketika tentara Muslim yang kembali tiba di daerah Medina, orang2 Muslim melempari mereka dengan tanah, sambil mengutuki mereka karena melarikan diri dari medan perang. Muhammad berusaha menenangkan masyarakat sambil menyerukan bahwa para tentara ini tidak lari tapi kembali untuk nantinya bertempur lagi. Tapi masyarakat tetap tidak puas, dan mereka malah mengejar Muhammad sehingga dia harus berlindung di kamar Umm Salamah, salah satu istri2nya. Ketika orang2 bertanya kepada Umm Salamah mengapa dia tidak sembahyang bersama Muhammad, dia menjawab [239], “Demi Allah, dia (Muhammad) tidak bisa meninggalkan rumah! Setiap saat dia ke luar, orang2 meneriakinya, ‘Apakah kau melarikan diri di jalan Tuhan?’ Sehingga dia dia di rumahnya dan tidak keluar.”
239 Tabari, vol viii, p.160

Bersambung di Bagian 15
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Tue Feb 07, 2006 11:48 am

Bagian Lima Belas
‘Sebagian besar masyarakat…..akan lebih mudah percaya akan sebuah dusta besar daripada sekelompok masyarakat kecil’---Adolf Hitler (1889-1945) [240]

Teror Enam Puluh Tujuh
Penyerangan Atas B. Qudah di Dhat al-Salasil oleh Amr b. al-As—September, 629M


Setelah mengalami kekalahan telak di tangan B. Qudah di Dhat Atlah, ditambah dengan pengunduran diri tentara Muslim yang memalukan dari Mu’tah, kehormatan Muhammad benar2 diuji. Selain itu ditulis bahwa dia juga menerima laporan mata2 yang mengatakan beberapa suku, termasuk suku Qudah, sedang mempersiapkan diri untuk menyerang Medina. Untuk menyelamatkan mukanya, Muhammad lalu memerintahkan Amr b. al-As yang baru masuk Islam untuk menyerang suku B. Qudah yang tidak mau juga tunduk itu. Amr b. al-As sangat berang mendengar beberapa suku Arab malah berpihak kepada pasukan Byzantium dalam peperangan Mu’tah. Muhammad memutuskan sekaranglah saatnya untuk memberi mereka pelajaran.

Amr b. al memimpin 300 pasukan termasuk 30 tentara berkuda untuk menundukkan pemberontakan B. Qudah yang berada di Dhat al-Salasil. Tempat itu berjarak 10 hari naik kuda dari Medina. Nenek Amr b. al-As (yakni ibu dari ayah Amr b. al yang bernama al-As b. Wail) berasal dari suku B. Qudah atau Bali dan Muhammad mengirim Amr b. al untuk mengubah agama neneknya dan masyarakat suku itu ke Islam dengan paksa. Ketika Amr b. al tiba di Dhat al-Salasil, dia menghadapi pasukan musuh yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada pasukan Muslim. Karena itu, dia mengirim utusan untuk minta tambahan pasukan dari Muhammad. Rasul Allah dengan cepat mengirim Abu Bakr b. Quhafa dengan tambahan 200 pasukan untuk membantu Amr b. al. Jadi jumlah total tentara Muslim adalah 500 orang.

Versi lain kisah ini ditulis sebagai berikut:
Muhammad mengirim Amr b. al-As ke perbatasan Bali (Bali adalah salah satu cabang suku Qudah) dan Udhrah untuk mendapat bantuan mereka ke penyerangan ke Syria yang telah direncanakannya selama beberapa waktu. Nenek Amr b. al-As (yakni ibu dari ayah Amr b. al yang bernama al-As b. Wail) hidup di Bali. Muhammad mengirim Amr b. al-As kepada masyarakat neneknya untuk mengajak mereka memeluk Islam dan menerima maksud baik mereka. Setelah bergerak selama 10 hari, dalam perjalanan ke Bali, Amr b. al-As bertemu dengan B. Judham, yakni suku lain dari Dhat al-Salasil dan dia merasa takut akan jumlah pasukan dari suku ini yang amat banyak. Dia lalu mengirim pesan darurat kepada Muhammad untuk minta tambahan tentara dan Muhammad pun dengan segera memenuhinya.

Muhammad mengirim pasukan tambahan yang dipimpin oleh Abu Ubaydah b. al-Jarrah, Abu Bakr dan Umar. Abu Ubaydah adalah pemimpin pasukan tambahan itu, dan Muhammad berpesan kepada mereka agar tidak bertengkar atas soal kepemimpinan ketika mereka tiba di Dhat al-Salasil.Meskipun telah dipesan begitu, ketika Abu Ubaydah tiba di Dhat al-Salasil, tetap terjadi pertengkaran atas siapa yang berhak memimpin pasukan Islam. Amr b. al-As bersikeras bahwa Abu Ubaydah hanyalah membantu saja dan kepemimpinan harus tetap berada di tangan Amr b. al-As. Abu Ubaydah akhirnya setuju dengan pandangan Amr b. al-As dan Amr memimpin sembahyang.
240 Mein Kampf (1925)

Dengan tambahan tentara Muslim, Amr b. al-As menyerang pihak musuh dengan penuh semangat dan kebuasan. Pasukan B. Qudah panik dan kocar-kacir. Setelah menaklukkan pihak musuh, pasukan Muslim kembali ke Medina. Tidak ada penulis sejarah yang memberi keterangan detail tentang barang jarahan yang dirampas pihak Muslim dalam penyerangan ini.


Teror Enam Puluh Delapan
Penyerangan Atas B. Juhayna di al-Khabat (Penyerangan Ikan) oleh Abu Ubaydah ibn Jarrah—October, 629M


Di bulan berikutnya, Muhammad mengirim Abu Ubaydah b. Jarrah beserta 300 tentara untuk menyerang dan menghukum suku Juhaynah at al-Khabat yang tinggal di tepi pantai, berjarak 5 malam perjalanan dari Medina. Tugas penyerangan ini sangat berat dan tentara Muslim mengalami masalah kelaparan yang hebat – sedemikian rupa sehingga mereka membagi-bagi biji kurma dengan jumlah tertentu. Mereka bahkan sampai makan dedaunan dari pohon2 selama sebulan. Akan tetapi tidak ada pertarungan yang terjadi dengan pihak musuh karena mereka telah melarikan diri saat mendengar kedatangan tentara Muslim.

Akhirnya tentara Muslim menangkap bangkai makhluk laut (ikan paus) yang terdampar di pantai dan memakannya selama setengah bulan (atau 20 hari, menurut Ibn Ishak). Karena inilah usaha penyerangan ini disebut sebagai ‘penyerangan ikan.’ Mereka membawa sebagian dari ikan busuk ini kepada Muhammad dan Muhammad pun memakannya pula. Sahih Bukhari menyebut bagaimana tentara Muslim makan gunungan yang tampak seperti ikan selama 18 hari. Ini Hadisnya.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 3, Book 44, Number 663:
Dikisahkan oleh Jabir bin 'Abdullah:
Rasul Alalh mengirim sejumlah tentara ke pantai Timur dan menunjuk Abu 'Ubaida bin Al-Jarrah sebagai pemimpin pasukan dan seluruh jumlah tentara adalah 300 orang termasuk diriku. Kami bergerak sampai mencapai sebuah tempat dan persediaan makanan kami sudah hampir habis. Abu 'Ubaida memerintahkan kami untuk mengumpulkan semua makanan yang dibawa di perjalanan. Bekal makananku adalah buah2 kurma. Abu 'Ubaida memberi kami setiap hari jatah makanan sejumlah kecil buah kurma, sampai semuanya habis. Bagian setiap orang hanyalah sebiji kurma setiap hari. Aku berkata, “Bagaimana bisa sebiji kurma bermanfaat bagiku?” Jabir menjawab, “Kita akan tahu nilainya jika kurma itu sudah habis semua.” Jabir menambahkan, “Ketika kami tiba di tepi pantai, kami melihat seekora ikan sangat besar seperti sebuah gunung kecil. Para tentara memakannya sampai selama 18 hari. Lalu Abu 'Ubaida memerintahkan tentara untuk memotong dua buah iga ikan dan mereka lalu memotongnya di atas tanah. Lalu Abu ‘Ubaida memerintahkan agar seekor unta betina ditunggungi dan unta itu berjalan melalui bagian bawah kedua iga itu (yang berbentuk seperti busur melengkung) tanpa menyentuhnya.



Teror Enam Puluh Sembilan
Pemenggalan Ketua Suku B. Jusham di al Ghabah oleh Abd Allah ibn Hadrad –November, 629M


Seorang Jihadis bernama Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami pergi menghadap Muhammad dan minta uang sejumlah 200 Dirham (US$ 1.000) sebagai uang mas kawin (dowry) yang harus diberikannya kepada pengantin barunya. Sebelum memberi uang mas kawin ini, dia tidak berhak meniduri pengantinnya. Muhammad mengaku tidak punya duit untuk membantu Hadrad. Beberapa hari kemudian, sekelompok orang dari B. Jusham yang dipimpin oleh Qays b. Rifaah berkemah di Ghabah, di dekat padang rumput. Meskipun tanpa bukti, pihak Muslim menduga mereka berada di sana untuk menyerang Muhammad. Muhammad lalu memanggil Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami dan dua orang Muslim lain dan memerintahkan mereka untuk menangkap dan menawan Qays b. Rifaah atau membawa keterangan lebih jauh tentang gerakan mereka.

Ketiga orang itu lalu pergi dengan membawa panah dan pedang mengendarai sebuah unta yang lemah. Ketika mereka mendekati perkemahan orang2 B. Jusham di sore hari, Hadrad menyembunyikan dirinya dari penglihatan musuh dan meminta kedua kawannya untuk juga bersembunyi di tempat lain. Dia lalu memberitahu kedua kawannya bahwa dia akan membunuh Qays b. Rifaah dan jika mereka mendengar teriakan “Allahu Akbar” dari jauh maka mereka pun harus pula berteriak “Allahu Akbar,” sambil ke luar dari tempat persembunyian dan menyerang musuh secara serentak dengannya.

Mereka menunggu sampai hari gelap. Pada saat ini Qays b. Rifaa sedang berada di luar kemahnya untuk mencari salah seorang sukunya yang terlambat kembali ke perkemahan. Qays berada di luar kemah tanpa menghiraukan peringatan kawan2nya untuk tidak berada di luar saat hari gelap. Ketika jaraknya sudah dekat, Abd Allah b. abi-Hadrad melepaskan sebuah anak panah dan mengenai jantung Qays sehingga dia seketika tewas. Abd Allah b. abi-Hadrad lalu lari ke luar dengan pedang terhunus dan memenggal kepala Qays sambil berteriak, “Allahu Akbar.” Kedua kawannya pun menyahut seketika dengan jeritan “Allahu Akbar.” Pihak musuh sekarang panik dan mereka lalu melarikan diri sambil membawa istri2 dan anak2nya. Abd Allah b. abi-Hadrad dan kedua kawannya membawa lari unta2, kambing2 dan domba2 musuh dan membawa semuanya kepada Muhammad. Abd Allah b. abi-Hadrad mempersembahkan kepala Qays b. Rifaa yang berlumuran darah. Muhammad amat senang melihat kepala Qays b. Rifaa itu dan menghadiahi Abd Allah b. abi-Hadrad 13 ekor unta (senilai US$ 4.550) dari bagian barang2 rampokan. Dari hasil merampok ini Abd Allah b. abi-Hadrad bisa membayar dan meniduri istri barunya.

Al-Waqidi menulis bahwa kaum Jihadis juga menculik 4 orang wanita, salah satunya sangat cantik dan menggairahkan. Muhammad memberikan gadis cantik ini kepada Abu Qatadah yakni seorang Jihadis. Ketika salah seorang sahabat Muhammad yakni Mahimiyah b. al-Jaz al-Zubaydi memberitahunya tentang kecantikan luar biasa gadis itu, Muhammad meminta gadis itu kembali dari Abu Qatadah. Tapi Abu Qatadah menolak sambil berkata [241], “Aku membelinya dari barang2 jarahan.” Rasul Allah berkata, “Berikan dia padaku.” Karena itu Abu Qatadah tidak punya pilihan selain memberikan gadis itu kepada Muhammad. Kemudian Muhammad menyerahkan gadis itu sebagai hadiah kepada Mahimiyah b. al-Jaz al-Zubaydi
241 Tabari, vol.viii, p.151


Teror Tujuh Puluh
Perampokan Atas Sebuah Kafilah di Batn al-Idam oleh Abd Allah b. Abi Hadrad—November, 629M


Muhammad merasa sangat puas dengan operasi terorisme yang dilakukan oleh Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami (lihat Teror 69 di atas) dan juga atas pemancungan Qays b. Rifaa tanpa alasan jelas itu sehingga dia mengirim Hadrad bersama Abu Qatadah al-Harith b. Ribi bersama 8 Jihadis lain untuk merampok sebuah kafilah yang lewat Idam, di sebelah utara Medina. Kelompok perampok Muslim ini tiba di Idam dan menunggu kafilah itu datang. Sebuah kafilah Bedouin berlalu dan menyapa para Muslim dengan kata “Assalamu Alaikum.” Tapi para Jihadis/teroris ini tetap saja menyerang kafilah karena perseteruan masa lalu, membunuh pemimpin kafilah dan mencuri unta2 dan makanan. Mereka kembali kepada Muhammad dan menceritakan apa yang baru saja mereka lakukan. Allah mengeluarkan ayat Q 4:94 yang meminta pihak Muslim yang melakukan penyerangan untuk memeriksa terlebih dahulu sebelum melakukan penjarahan. Ahli2 sejarah seperti Ibn Sa’d mengatakan bahwa serangan ini adalah awal rencana serangan ke Mekah dan Muhammad ingin mengalihkan perhatian orang dari tujuannya yang sebenarnya pada saat dia diam2 mempersiapkan untuk menaklukkan Mekah.


Teror Tujuh Puluh Satu
Perampokan Atas B. Khudra di Suria oleh Abu Qatadah—December, 629M


Ini adalah penyerangan berskala kecil terhadap B. Khudra yang merupakan bagian dari B. Ghatafan, tapi hasil rampokan berjumlah besar. Abu Qatadah memimpin penyeranganya dan berhasil merampas semua harta benda masyarakat B. Khudra. Dengan cara ini Muhammad membalaskan dendamnya pada B. Khudra yang berani berpihak kepada kaum Kristen Kekaisaran Byzantium.

Karena kekuatan militer Muhammad semakin meningkat, banyak suku2 Arab yang kecil yang takut padanya, dan bahkan akhirnya mereka mengambil keputusan untuk bergabung dengan pihak Muslim untuk menyelamatkan nyawa dan harta mereka dari serangan Muhammad di masa depan. Mereka pikir jika mereka tidak mampu melawannya, lebih baik bergabung saja. Mereka juga mendapat kesempatan baik untuk memperkaya diri mereka sendiri melalui penjarahan dan perampokan.

Selain alasan2 di atas, banyak suku2 yang dipaksa membuat perjanjian untuk bersekutu dengan pihak Muhammad. Diantara suku2 ini adalah: Bani Dzobian, B. Fazara dengan pemimpin mereka yang bernama Uyana. B. Hisn, Bani Sulaym, yakni suku yang kuat dari Hejaz juga dipaksa masuk Islam (lihat Teror 60, Bagian 14). Sang Nabi Muhammad sekarang benar2 jadi penguasa militer yang ditakuti.

Bersambung ke Bagian 16.
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Thu Feb 09, 2006 7:08 am

Bagian Enam Belas
‘Tuhan tahu, jika kami benar2 memiliki (bom kimia), kami tidak ragu sedetik pun untuk menggunakannya’---Abu Musab al-Zarqawi [242]

Teror Tujuh Puluh Dua
Penaklukkan Atas Mekah oleh Muhammad—January, 630M


Setelah kekalahan di Mu’tah, Muhammad diam di Medina selama 2 bulan tanpa melakukan perampokan atau penyerangan yang besar, kecuali beberapa yang disebutkan di Bagian 15. Setelah itu dia menerima berita bahwa seseorang yang berasal dari B. Bakr, yakni suku Quraish, telah membunuh seorang dari B. Khuzaa’h di tempat pengambilan air di Mekah. Suku Khuzaa’h adalah sekutu Muhammad dan dilaporkan bahwa orang yang dibunuh adalah orang Muslim. Penyerangan atas orang Khuzaa’h ini adalah pembalasan dendam atas pertentangan berdarah kedua suku yang bermusuhan itu. Lingkaran saling berbalasan dendam berdarah ini sudah dimulai lama sebelum Muhammad lahir. Akan tetapi dengan adanya perjanjian Hudaibiyah, diharapkan bahwa akhirnya akan terjadi perdamaian di pihak2 yang bermusuhan.
242 Abu Musab al-Zarqawi was the Islamic terrorist who beheaded Nicholas Berg amidst the chanting of Qur’anic verses as shown in a video tape; reported by Robert Leiken and Steven Brooke (The Australian, Worldwide section, p12, May 24, 2004

Beberapa orang Quraish juga terlibat dalam perkelahian ini. Muhammad menganggap pertengkaran kecil ini sebagai pelanggaran terhadap perjanjian Hudaybiah diantara pihak Quraish dan Muhammad. Wakil Khuzza’h yang bernama Amr b. Salim al-Khuzai pergi ke Medina untuk melaporkan Muhammad akan peristiwa ini dan minta tolong kepadanya. Muhammad tidak tertarik sama sekali untuk menjaga perdamaian. Dia tidak melakukan usaha apapun untuk menengahi pertengkaran ini dengan pihak Quraish. Malah sebaliknya, dia menggunakan pertengkaran sepele ini sebagai alasan bagi kesempatan emas menyerang orang2 Mekah. Pada kenyataannya, setelah perampokan besar2an di Khaybar, Allah telah memberikannya ayat Q 48:27 tentang penaklukannya atas Mesjid Suci – yakni Ka’ba di Mekah. Perkembangan ini membuat Muhammad yakin sekali bahwa inilah kesempatan besar yang dikirim Allah. Setelah mendengar laporang dari wakil B. Khuzaa’h, Muhammad menjanjikan bantuan teguh bagi mereka. Pada saat itu, sebuah awan besar meliputi langit dan Muhammad yang doyan takhayul menganggap ini sebagai tanda bukti janjinya pada B. Khuzaa’h. Sebentar kemudian, kelompok utusan lain yang dipimpin oleh orang Khuzaa’h yang bernama Budayl b. Warqa bertemu Muhammad di Medina. Sekali lagi Muhammad mengucapkan janjinya kepada mereka. Setelah mendengar janji Muhammad lagi, Budayl pergi menuju Mekah.

Pada saat itu, pihak Quraish menyadari kegentingan keadaan dan mereka ingin berbicara dengan Muhammad untuk menjaga perdamaian, mencegah pertumpahan darah dan terus mematuhi perjanjian diantara pihak mereka dan Muhammad. Mereka mengirim Abu Sufyan b Harb untuk berdiskusi dengan Muhammad agar suasana tidak panas lagi. Di perjalanan ke Medina, Abu Sufyan b Harb bertemu dengan Budyal b. Warqa di Usfan dan Abu Sufyan menanyakan apakah Budyal sudah berdialog dengan Muhammad atau belum. Budyal berbohong pada Abu Sufyan dengan mengatakan bahwa dia belum bertemu Muhammad. Tapi Abu Sufyan dengan cerdik bisa mengamati dari kotoran unta Budayl yang mengandung biji2 kurma (makanan unta khas Medina) bahwa Budayl sesungguhnya telah bertemu Muhammad. Setelah menebak dengan tepat, sekarang Abu Sufyan gelisah karena dia menduga Muhammad hendak melakukan serangan. Abu Sufyan bertekad mencegah pertumpahan darah lebih besar atas pertengkaran kecil yang telah terjadi.

Sewaktu dia tiba di Medina, Abu Sufyan pertama-tama mengunjungi anak wanitanya yang bernama Umm Habibah bt. Abu Sufyan. Ketiak Umm Habibah kembali dari Ethiopia, dia dijadikan istri Muhammad yang ke-9 setelah suaminya mati di Ethiopia. Ketika Abu Sufyan masuk ke kamar anaknya dan hendak duduk di ranjang Muhammad, Umm Habibah melarangnya untuk duduk di situ. Dia memaki Abu Sufyan dan mengatakan bahwa ayahnya sebagai seorang pagan adalah orang najis (kotor) dan tidak pantas untuk duduk di ranjang Muhammad yang suci. Abu Sufyan sangat gusar akan sikap anaknya yang kurang ajar itu dan dia berkata pada Umm Habibah bahwa setan jahat telah merasukinya sejak dia meninggalkan Abu Sufyan dan memeluk Islam.

Kemudian Abu Sufyan datang menghadap Muhammad dan bicara padanya tentang masalah yang dihadapi, tapi Muhammad diam saja dan tidak menunjukkan ketertarikan untuk membicarakan hal itu. Abu Sufyan lalu mendekati Abu Bakr untuk memintanya bicara dengan Muhammad akan hal itu, tapi Abu Bakr menolak. Lalu dia bertemu Umar b. Khattab, tapi Umar mengancamnya dengan perang. Dalam keadaan putus asa, Abu Sufyan pergi menemui Ali ketika Ali sedang bersama Fatima, anak wanita Muhammad. Anak lakinya yang masih kecil yakni al-Hasan b. Ali juga ada bersamanya. Abu Sufyan memohon pada Ali demi persaudaraan antara mereka untuk jadi penengah dalam menghindari pertumpahan darah. Ali ternyata juga mengecewakan Abu Sufyan dengan mengatakan bahwa Muhammad telah menetapkan keputusan, dan tidak ada penengah yang dapat membuat keadaan berubah. Lalu sebagai usaha terakhir, Abu Sufyan berpaling kepada anak Muhammad yakni Fatima dan berkata [243], “Anak Muhammad, tidakkah kau ingin memerintahkan anak lakimu ini untuk membawa perdamaian diantara para masyarakat, sehingga dia bisa menjadi pemimpin bangsa Arab untuk selamanya?”

Fatima menjawab, “Demi Tuhan, anak lakiku belum cukup dewasa untuk membawa kedamaian diantara para masyarakat, dan tidak ada seorang pun yang dapat melawan keinginan Rasul Allah.” [244] Ketika Abu Sufyan menyadari bahwa tidak ada harapan lagi, dia meminta nasehat pada Ali tindakan apa yang harus dilakukan untuk mendamaikan suasana. Ali kembali mematahkan harapan Abu Sufyan dengan mengatakan tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah pikiran Rasul Allah. Dengan perasaan kecewa Abu Sufyan datang ke pertemuan di mesjid dan berkata, “Saudara2, aku di sini untuk berdamai dengan kalian semua.” [245] Setelah menawarkan perdamaian pada orang Muslim, Abu Sufyan naik untanya dan pulang ke Mekah.

Ketika Abu Sufyan tiba di Mekah, orang2 Quraish menanyakan padanya hasil usaha perdamaiannya. Mereka mendengar seluruh cerita bagaimana Muhammad bersikap sangat keras dan bermusuhan. Orang2 Mekah menyalahkan Abu Sufyan karena dia dipermainkan oleh Muhammad.

Setelah Abu Sufyan pergi, Muhammad memerintahkan pengikutnya untuk mempersiapkan diri melakukan suatu penyerangan, tapi merahasiakan tujuan serangan itu. Bahkan Aisha, istri favorit Muhammad, juga tidak tahu tujuan rencana penyerangan itu. Untuk memastikan siapapun tidak tahu rencana dalam pikirannya, Muhammad mengirim sebuah kelompok Jihadis di bawah pimpinan gabungan Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami dan Abu Qatadah al-Harith b. Ribi, ke Batn. Idam, sebelah Utara Medina untuk menyerang kafilah Mekah yang melewati daerah itu (lihat Teror 70, Bagian. 15). Dia membuat rencana ini agar orang2 berpikir bahwa tujuan penyerangan adalah ke arah utara, padahal sebenarnya Muhammad sedang merencanakan penyerangan mendadak ke Mekah pada saat orang2 Quraish sedang tidak dalam keadaan siap. Ini memang rencana yang benar2 cerdik dan tak dapat disangkal lagi atas kemampuan Muhammad dalam melakukan teror, penjarahan dan penyerangan. Dia benar2 berhati-hati dalam merencanakan penyerangan ke Mekah ini.
243 Tabari, vol. viii, p.164
244 Tabari, vol .viii, p.165
245 Tabari, vol. viii, p.165

Ketika semua sudah siap, Muhammad memanggil orang2nya dan mengatakan kepada mereka untuk melakukan serangan mendadak ke Mekah. Dia juga mengajak suku2 tetangganya untuk bergabung dengannya menyerang Mekah. Ayat2 keras, pidato yang berpengaruh dan ceramah2 agama yang membangkitkan semangat dilakukan untuk mempersiapkan mental para Jihadis dalam penyerangan ke Mekah. Sewaktu persiapan penyerangan ini dilakukan, seorang Muslim bernama Hatib b. Abi Baltaah mengirim sebuah surat kepada Quraish yang isinya memberitahukan mereka terhadap persiapan Muhammad untuk menyerang Mekah. Seorang budak wanita menyembunyikan surat ini di bawah penutup kepalanya di dalam rambutnya dan pergi untuk menyerahkan surat ini kepada kaum Quraish. Muhammad mendengar kabar tentang kegiatan mata2 Hatib dari surga dan menyuruh Ali b. Abi Talib dan seorang Muslim lain untuk menangkap budak wanita ini. Mereka bergerak cepat dan berhasil menangkap wanita itu. Mereka memeriksa pelana kuda, tapi tidak menemukan apa2. Ketika Ali mengancam untuk menelanjanginya, wanita itu mengambil surat dari rambutnya dan menyerahkannya kepada Ali b. Abi Talib. Lalu Ali menyerahkan surat itu kepada Muhammad. Setelah tahu isi surat ini, Muhammad memanggil Hatib. b. Abi Baltaah dan meminta penjelasan akan tindakannya. Hatib berkata bahwa semua anggota keluarganya masih tinggal di Mekah dan dia ingin memperingatkan mereka agar mereka selamat. Mendengar hal ini Umar menjadi marah dan minta ijin Muhammad untuk memancung kepala Hatib. Tapi Muhammad memaafkan Hatib karena Hatib berperang dengan sengit bagi pihak Muslim di perang Badr. Allah dengan segera menurunkan ayat Q 60:1-4 untuk memaafkan Hatib. b. Abi Baltaah. [246]

Dengan persiapan penuh untuk menyerang Mekah, Muhammad meninggalkan Medina pada tanggal 1 January, 630 M, tapi dia menyembunyikan tujuan pasti keberangkatan ini dari pengikutnya. Beberapa pengikutnya mengira mereka akan menyerang suku Hawazin, beberapa yang lain mengira mereka akan merampok suku Thaqif, beberapa berkata mereka akan menyerang kaum Quraish. Meskipun dia dan pasukannya membawa persenjataan lengkap, dia tidak menunjuk seorang pemimpin militer dan tidak membawa bendera apapun, sehingga tujuan penyerangan ini merupakan teka-teki bagi pengikutnya. Pasukan Muhammad berjumlah sekitar 8.000 sampai 10.000 orang di bawah pimpinan Muhammad yang meninggalkan Medina dengan cepat. Dua orang istrinya yakni Zaynab bt. Jahsh dan Umm Salamah menemaninya dalam perjalanan.

Pada saat itu adalah bulan Ramadan, Muhammad dan para prajuritnya puasa. Ketika mereka tiba di al-Kadid, ketua B. Sulaym yang bernama Uyanah b. Hisn bergabung dengannya. Ketika Muhammad dan pasukannya berangkat pergi, banyak suku2 kecil yang berdiam di daerah sekitar juga bergabung bersama Muhammad. Ketika mereka bertanya padanya tentang tujuan perjalanan itu, Muhammad tidak memberitahu mereka. Dia buka puasa di al-Kadid dan dia mengatakan pada para pengikutnya bahwa mereka boleh melanjutkan puasa atau batal. Lalu dia mendirikan perkemahannya di Marr al-Zahran setelah melakukan perjalanan selama 8 hari. Tentara dari suku2 lain yang berjumlah 1.700 orang juga bergabung dengannya untuk menyerbu Mekah. Sampai saat ini, kaum Quraish belum tahu tentang rencana Muhammad. Di malam hari Muhammad berkemah di Marr al-Zahran, dia memerintahkan setiap Jihadis untuk menyalakan api bagi diri sendiri. Maka 10.000 api menyala untuk menunjukkan kesan pasukan tentara yang luar biasa besarnya. Tak jauh dari sana Abu Sufyan b. Harb bersama Hakim b. Hizam dan Budayl b. Warqa kebetulan juga sedang berada di daerah sekitar untuk mencari tahu tentang gerak-gerik Muhammad.
246 Ibn Ishak, p.545

Ketika Muhammad berhenti di Marr al-Zaharan, al-Abbas b. Abd al-Muttalib menemuinya. Seperti yang telah ditulis di bagian sebelumnya, al-Abbas sebenarnya adalah pengintai bagi Muhammad, dan dia memberitahu Muhammad tentang kegiatan para pasukan Quraish. Sebagai seorang pengusaha sukses dan ahli keuangan, [247] al-Abbas adalah seorang yang cerdas dan pandai dalam berkata-kata. Ketika dia mengetahui tanpa ragu lagi bahwa keponakannya (Muhammad) telah jadi penguasa militer yang kuat, dia bergabung dengannya, tapi merahasiakan hubungan ini dengan kaum Quraish. Muhammad menyambutnya dengan hangat.

Alasan al-Abbas b. Abd al-Muttalib mengunjungi Muhammad adalah untuk menjamin keselamatan orang2 Mekah karena dia takut jika banyak orang Mekah yang dibunuh oleh Jihadi Muslim, maka orang2 Mekah akan hancur sepenuhnya dan ini nantinya akan menghancurkan pula usaha bisnisnya yang berhasil. Dia berkata pada Muhammad bahwa jika dia mendapat jaminan keselamatan itu dari Muhammad, dia akan memberitahu siapapun yang dia temui di jalan agar pesan keselamatan ini terdengar oleh semua orang di Mekah.

Muhammad melanjutkan perjalanan dan tiba di Niq al-Uqh, tempat diantara Mekah dan Medina. Abu Sufyan b. al-Harith b. Abd al-Muttalib (bukan Abu Sufyan b. Harb; Abu Sufyan b. al-Harith adalah saudara sepupu Muhammad dan seorang penyair) dan seorang Quraish ingin bertemu dengan Muhammad. Tadinya Muhammad menolak menemui mereka karena Muhammad menuduh keduanya dahulu menyakiti hatinya ketika Muhammad masih tinggal di Mkeha. Ketika kedua orang ini berkata pada Umm Salamah, istri Muhammad, bahwa mereka berdua akan melakukan mogok makan jika Muhammad tidak mau menemui mereka, hati Muhammad yang sekeras batu jadi agak melunak. Mereka berdua menemui Muhammad dan lalu memeluk Islam. Ibn Ishak [248] melapokan bahwa Muhammad dengan geram memukul dada Abu Sufyan b.al-Harith karena dulu dia pun memukul Muhammad. Abu Sufyan b.al-Harith lalu meminta Muhammad agar Allah bersedia menghapus dosanya yang dulu.

Setelah bertemu dengan Muhammad dan mendapat jaminan keselamatan, al-Abbas kembali ke Mekah. Ketika dia tiba di al-Arak dia bertemu Abu Sufyan b.Harb dan Hakim b. Hizam dan seorang Quraish lain yang sedang dalam perjalanan untuk memeriksa keadaan sekitar. Ketika mereka mlihat kobaran api yang dinyalakan oleh para tentara Muhammad, mereka sangat terkejut karena mereka belum pernah melihat jumlah tentara sebanyak itu.
247 Rodinson, p.259
248 Ibn Ishak, p.546

Abu Sufyan bertanya kepada al-Abbas apa yang terjadi, dan al-Abbas memberitahunya bahwa Muhammad bersama 10.000 tentara Muslim akan menyerang Mekah dan jika Abu Sufyan berani datang menghadap Muhammad, maka kepalanya akan dipancung. Karena tidak siap menghadapi serangan Muslim yang dahsyat itu, Abu Sufyan jadi gelisah dan tertekan sehingga dia pun menuruti nasihat al-Abbas. Al-Abbas mempersilakan Abu Sufyan naik keledai bersamanya. Kedua kawan Abu Sufyan yang lain mengikutinya sambil berjalan kaki. Mereka lalu bertemu sekelompok tentara Muslim di daerah perkemahan Umar b. Khattab. Umar segera menyerang Abu Sufyan dengan pedangnya dan mencoba membunuh Abu Sufyan. Karena itu, al-Abbas dengan cepat memacu keledainya untuk melarikan diri dari Umar. Umar mengejar dan mereka semua akhirnya mencapai perkemahan Muhammad. Umar masuk kemah Muhammad untuk minta ijin memancung kepala Abu Sufyan. Al-Abbas mengingatkan Muhammad bahwa dia sendiri telah memberi jaminan keselamatan Abu Sufyan. Karena permohonan al-Abbas, makan Muhammad menyampaikan pesan bahwa dia ingin bertemu dengan Abu Sufyan di pagi hari. Abu Sufyan ditahan dan bermalam dengan gelisah di perkemahan Umar.

Di pagi harinya, Umar membawa Abu Sufyan untuk bertemu Muhammad. Ketika Muhammad menyatakan dirinya adalah utusan Allah, Abu Sufyan mengatakan dia tidak percaya akan hal itu. Al-Abbas dengan cepat memperingatkan Abu Sufyan agar memeluk Islam, kalau tidak kepalanya bisa dipancung Muhammad. Inilah yang dikatakan al-Abbs, “Hati2lah! Katakan pengakuanmu sebelum, demi Allah, dia akan memancung kepalamu.”[249] Karena takut dan ingin menyelamatkan nyawanya, Abu Sufyan tidak punya pilihan dan saat itu juga dia jadi Muslim.

Ada beberapa alasan mengapa Abu Sufyan b. Harb menyerah begitu mudah kepada Muhammad. Sebelumnya, dia telah kehilangan pemimpin tentaranya yang lihai dan dia percayai yakni Khalid b. Walid karena Khalid jadi Muslim dan bergabung dengan Muhammad dalam usaha2 perampokan. Lagipula kaum perampok Jihadis telah menutup jalur perdagangan bagian utara dan selatan bagi kaum Quraish padahal kehidupan mereka tergantung pada kedua jalur perdagangan itu. Keadaan diperburuk karena terjadinya bencana kelaparan besar di Mekah. Dimengerti bahwa bencana kelaparan ini disebabkan oleh Muhammad. Dengan mengambil sumber tulisan ibn Hisham, Hamidullah mengutip, “Ketika Thumamah ibn Uthal, yakni ketua suku Yamamah, atas perintah Muhammad berhenti mengirim suplai gandum, para penulis sejarah mencatat bahwa akibatnya terjadi wabah kelaparan di Mekah.” [250] Karena semua keadaan yang menghimpit ini, Abu Sufyan jadi tidak berdaya dan dia menyerah pada Muhammad untuk menyelamatkan nyawa penduduk Mekah dari ancaman pembantaian oleh tentara haus darah yang sudah siap untuk menyerang Mekah.

Lalu al-Abbas meminta Muhammad untuk memberi Abu Sufyan keringanan karena dia telah memeluk Islam. Muhammad berkata, “Baiklah, siapapun yang masuk rumah Abu Sufyan akan aman; siapapun yang masuk tempat perlindungan itu tidak akan dicelakai; dan siapapun yang mengunci dirinya di dalam rumah akan selamat.” [231] Dalam jaminan keamanan ini, tempat perlindungan yang dimaksud adalah Ka’abah. Meskipun begitu, Hadis Sahih Muslim menuliskan bahwa biarpun telah mengucapkan janji itu, Muhammad tetap saja memerintahkan bahwa siapapun yang berada di atas puncak gunung Safa harus dibunuh. Ini Hadisnya.
Hadis Sahih Muslim: Book 019, Number 4396:
Dikisahkan atas kuasa Abdullah b. Rabah yang berkata:
Kami bertemu dengan Mu’awiya b. Abu Sufyan sebagai seorang utusan dan Abu Huraira ada diantara kami. Setiap orang dari kelompok kami menyiapkan makanan bagi kawan2nya secara bergiliran tiap hari. Ketika tiba giliranku, aku berkata, “Abu Huraira, hari ini adalah giliranku. Maka mereka datang ke tempatku. Makanan belum siap disajikan, jadi aku berkata kepada Abu Huraira, “Aku harap kau bersedia menceritakan padaku kisah dari Rasul Allah sampai makanan selesai disajikan.” (Dengan menyetujui permintaanku) Abu Huraira menjawab, “Kami sedang bersama Rasul Allah pada hari penaklukkan Mekah. Dia menunjuk Khalid b. Walid sebagai pemimpin pasukan sayap kanan, Zubari sebagai pemimpin pasukan sayap kiri, dan Abu ‘Ubaida sebagai pemimpin pasukan infanteri (yang sedang melaju) ke daerah dalam lembah. Dia lalu berkata, “Abu Huraira, panggilah kaum Ansar menghadap padaku.” Lalu aku memanggil mereka semua dan mereka datang dengan segera. Dia berkata,”Wahai kalian orang Ansar, kau lihat para bajingan bajingan orang Quraish itu?” Mereka berkata, “Ya.” Dia berkata,”Maka, kalau kau bertemu mereka besok, musnahkan mereka semua.” Dia menunjukkan hal ini dengan tangannya, diletakannya tangan kanannya di atas tangan kirinya dan berkata, “Kalian akan bertemu dengan kami di as-Safa’.” (Abu Huraira melanjutkan): Siapapun yang dilihat mereka pada hari itu akan dibunuh. Sang Rasul Allah naik ke gunung as-Safa’. Kaum Ansar juga tiba di sana dan mengepung gunung itu. Lalu datanglah Abu Sufyan dan berkata, “Rasul Allah, kaum Quraish sudah kalah. Tiada seorang pun dari kaum Quraish yang akan selamat hari ini.” Rasul Allah berkata, “Siapapun yang masuk rumah Abu Sufyan akan selamat, yang meletakkan senjata akan selamat, yang mengunci pintunya akan selamat.” (Beberapa) orang Ansar berkata, “(Akhirnya) Orang itu (Muhammad) goyah jadi lembut terhadap sanak saudara dan rasa cintanya akan kotanya sendiri.” Mendengar hal ini, datanglah inspirasi illahi kepada Rasul Allah. Dia berkata, “Kau berkata bahwa orang itu goyah jadi lembut terhadap sanak saudara dan rasa cintanya akan kotanya sendiri. Tahukah kalian siapa namaku? Aku adalah Muhammad, orang jaminan Tuhan dan RasulNya.” (Dia mengulangi kalimat ini tiga kali). “Aku meninggalkan tempat asalku karena Allah dan menggabungkan kalian. Sehingga aku akan hidup bersamamu dan mati bersamamu.” Sekarang orang2 Ansar berkata, “Demi Tuhan, kami berkata begitu karena keserakahan kami akan Allah dan RasulNya.” Dia berkata, “Allah dan RasulNya bersaksi padamu dan menerima permohonan maafmu.”


Setelah masuk Islam dan dapat jaminan keselamatan dari Muhammad, Abu Sufyan segera mendahului tentara Muslim masuk Mekah dan mengumumkan jaminan keselamatan dari Muhammad kepada semua orang2 Mekah. Orang2 Mekah yang ketakutan langsung masuk ke dalam rumah2 mereka atau menuju ke tempat perlindungan yakni Ka’abah. Banyak pula yang masuk ke rumah Abu Sufyan untuk menyelamatkan nyawa mereka dari serangan orang2 Muslim.
249 Hamidullah, p.80
250 Tabari, vol. viii, p.173
251 Tabari, vol. viii, p.173

Setelah Abu Sufyan dan Hakim b. Hizam pergi, Muhammad mengirim al-Zubayr yang membawa bendera Muslim dan memerintahkannya untuk menancapkan tiang bendera itu di bagian atas daerah Mekah (yakni di sebelah gunung utara) dan memerintahkannya untuk tidak beranjak dari situ. Muhammad masuk ke Mekah dari tempat itu.

Muhammad memerintahkan Khalid b. Walid dan orang2 yang baru saja memeluk Islam seperti kaum B. Sulaym, Qudaah, dll untuk masuk Mekah melalui daerah yang lebih rendah dari Mekah (yakni bagian selatan jalan raya ke Yemen). Ini adalah daerah B. Bakr. Meskipun Abu Sufyan menyerah, beberapa pemimpin Quraish yang lain di bawah pimpinan Ikrimah b. Abi Jahl tidak mau membiarkan kaum Muslim masuk Mekah tanpa perlawanan. Maka mereka mengumpulkan orang dari B. al-Harith b. Abd Manat dan orang2 Ahabish dan beberapa suku kecil lain yang merupakan bagian dari Mekah untuk melawan tentara Muhammad. Khalid b. Walid ditunjuk untuk melawan orang2 ini. Muhammad memerintahkannya untuk hanya memerangi mereka yang melawannya. Pasukan Ikrimah bertarung melawan pasukan Khalid, tapi kalah sehingga Ikrimah b. Abi Jahl melarikan diri bersama beberapa pasukannya. Dua puluh empat orang pagan (atau 28 menurut Muir) dibunuh. Ini adalah satu2nya pertempuran yang terjadi di Mekah. Akan tetapi, sebagian tentara al-Zubayr mengambil jalur terpisah dari yang ditentukan Muhammad. Mereka menutup jalur barat ke arah pantai yang dikenal sebagai jalan Kada. Jalur2 timur dan utara ditutup oleh tentara2 Muhammad. Jadi Mekah diserang dari 4 penjuru sehingga tentara Quraish sukar melarikan diri. Meskipun sudah dikepung seperti itu, tentara al-Zubayr bertemu dengan beberapa tentara Quraish di Kada dan pihak Quraish berhasil membunuh beberapa tentara Muslim.

Lalu Muhammad masuk Mekah lewat tempat al-Zubayr menancapkan benderanya. Hari itu adalah tanggal 11 January, 630, sepuluh hari setelah Muhammad meninggalkan medina. Banyak orang2 Mekah yang mengelilinginya untuk memeluk Islam. Muhammad tinggal di Mekah selama setengah bulan. Ketika Muhammad masuk Mekah, dia memberikan pengampunan bagi seluruh penduduk Mekah kecuali bagi 8 orang (atau 10 menurut Ibn Sa’d [252]). Dia memerintahkan agar orang2 ini dibunuh bahkan walaupun mereka bersembunyi di bawah tirai Ka’abah. Sebenarnya menumpahkan darah di tempat suci itu sangatlah dilarang bagi kaum pagan. Muhammad ingin mempertahankan tradisi ini, tapi keinginannya untuk membalas dendam lebih kuat sehingga dia menyatakan bahwa Allah mengijinkan hanya untuknya untuk menumpahkan darah di tempat suci untuk beberapa jam saja. Ini Hadis Sahih Bukhari tentang hak khusus bagi Muhammad untuk menumpahkan darah di tempat suci.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 3, Book 34, Number 303:
Dikisahkan oleh Ibn Abbas:
Rasul Allah berkata, “Allah membuat Mekah sebagai tempat suci dan tidak diijinkan seorang pun sebelumnya atau sesudah aku (untuk berperang di tempat itu). Dan berperang diperbolehkan bagiku untuk beberapa jam dalam satu hari khusus saja. Tidak seorang pun boleh mencabut semak2nya yang berduri atau memotong pohon2nya atau mengejar maksudnya atau memungut Luqata (benda2 yang jatuh) –nya kecuali oleh orang yang akan mengumumkan hal ini secara umum.” 'Abbas bin 'Abdul-Muttlib meminta kepada sang Nabi, “Kecuali Al- Idhkhir, bagi tukang2 emas kami dan atap2 rumah kami.” Sang Nabi berkata, “Kecuali Al-Idhkir.” ‘Ikrima berkata, “Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan mengejar maksudnya? Itu berarti memindahkannya dari kegelapan dan duduk di tempatnya.” Khalid berkata, “(‘Abbas berkata: Al Idhkir) bagi tukang2 emas dan kuburan2 kita.

252 Ibn Sa’d, vol. ii, p.165

Nafsu amarah Muhammad berkobar-kobar terutama bagi mereka yang murtad dari Islam. Inilah daftar orang2 Mekah yang diincar untuk dibunuh oleh Muhammad:
1. Abd Allah b. Sa’d.
Dosa Abd Allah b. Sa’d adalah murtad setelah memeluk Islam. Dia adalah juru tulis Muhammad, tapi tak lama kemudian dia menyadari akal2an Muhamad yang mengaku dapat ilham illahi, sehingga dia lalu meninggalkan Islam dan kembali ke Mekah. Ketika Muhammad ingin orang membunuh Abd Allah. B. Sa’d, dia melarikan diri kepada Uthman, yang merupakan saudara angkatnya. Ketika ribut2 kedatangan pasukan Muhammad ke Mekah telah mereda, Uthman membawa Abd Allah ibn Sa’d kepada Muhammad untuk minta diampuni. Ketika Uthman meminta Muhammad menunjukkan belas kasihan kepada Abd Allah ibn Sa’d, dia (Muhammad) diam untuk waktu yang lama sebelum akhirnya berkata, ‘baiklah.’ Setelah Abd Allah ibn Sa’d berlalu, pengikut2 Muhammad bertanya mengapa dia berdiam diri lama sekali. Muhammad menjawab bahwa sikap berdiam diri itu maksudnya agar pengikutnya berdiri dan membunuh Abd Allah ibn Sa’d. Lalu seorang Ansar bertanya kepada Muhammad mengapa dia tidak langsung saja memberi isyarat untuk membunuh Abd Allah ibn Sa’d. Muhammad menjawab, “Seorang nabi tidak membunuh dengan menggunakan isyarat.” [253]

2. Abd al-Uzza b. Khatal or Abd Allah ibn. Khatal.
Kesalahan Abd Allah ibn. Khatal adalah dia membunuh budaknya ketika budak itu tidak memasak makanan baginya (Catatan: membunuh budak tidak dianggap sebagai tindakan kriminal serius di jaman itu). Lalu Abd Allah ibn. Khatal melarikan diri ke Mekah dan meninggalkan Islam. Dia memiliki dua orang gadis yang biasa bernyanyi satir (ejekan) bagi Muhammad. Muhammad memerintahkan kedua gadis ini dan Abd Allah ibn. Khatal dibunuh. Ketika diketahui bahwa Abd Allah ibn. Khatal bersembunyi di dalam tirai Ka’ba, kedua Jihadis yakni Said b. Hurayth al-Makhzumi dan Abu Barzah membunuh Abd Allah dengan merobek perutnya. [254]

3. Satu dari kedua gadis penyanyi Abd Allah yang bernama Fartana juga dibunuh.
4. Gadis penyanyi yang lain berhasil melarikan diri.
Tentang pembunuhan gadis penyanyi, Sunan Abu Daud menulis Hadis ini:
Sunaan Abu Dawud: Book 14, Number 2678:
Dikisahkan oleh Sa'id ibn Yarbu' al-Makhzumi:
Sang Nabi berkata: di hari penaklukkan Mekah, ada 4 orang yang tidak akan kuampuni di tempat suci maupun non suci. Dia lalu menyebutkan nama orang2 itu. Dua gadis penyanyi al-Maqis; yang seorang dibunuh dan yang seorang lagi melarikan diri dan memeluk Islam.


5. Al-Huwayrith
Muhammad menuduh dia menyakiti anak wanita sulung Muhammad yang bernama Zaynab ketika Zaynab berusaha melarikan diri dari Mekah. Atas perintah Muhammad, Ali b. Talib membunuh Al-Huwayrith.

6. Miqyas b. Subabah
Sebelumnya, Miqyas b. Subabah membunuh pembunuh saudara lakinya dan lalu melarikan diri ke Medinah dan murtad (lihat Teror 46, Bagian 12). Muhammad memerintahkan agar dia dibunuh karena kemurtadannya. Numaylah b. Abd Allah lalu membunuhnya.

7. Ikrimah b. Abi Jahl
Ikrimah b. Abi Jahl melarikan diri ke Yemen. Lalu istri Ikrimah memohon kepada Muhammad agar Ikrimah diampuni. Muhammad mengampuni Ikrimah dengan syarat dia kembali ke Mekah dan memeluk Islam. Istri Ikrimah lalu menyusulnya ketika dia hendak pergi melaut ke Ethiopia. Istrinya membawanya kembali ke Mekah. Ikrimah dan istri lalu memeluk Islam guna menyelamatkan nyawa mereka.

8. Sarah
Sarah adalah budak yang dimerdekakan yang tadinya milik anak laki Abd al Muttalib. Muhammad menuduhnya suka menyakiti Muhammad ketika dia dulu masih hidup di Mekah. Dikisahkan kemudian bahwa Muhammad pada akhirnya memaafkan Sarah.
253 Tabari, vol. viii, p.179
254 Ibn Sa’d, vol.ii, p174

Di samping ke-8 orang2 Mekah itu, Ibn Sa’d menulis dua orang lagi yang Muhammad incar untuk dibunuh. Mereka adalah
9. Habbar b. al-Aswad
Dosa Habbar b. al-Aswad adalah menyakiti anak Muhammad yakni Zaynab ketika dia berusaha meninggalkan Mekah. Habbar b. al-Aswad lalu menyembunyikan diri tapi beberapa bulan kemudian tertangkap. Habbar b. al-Aswad lalu memeluk Islam dan nyawanya diampuni.

10. Hind bt. Utbah, istri dari Abu Sufyan b. Harb.
Hind bt. Utbah mengunyah hati Hamzah yang sudah terbunuh di Perang Badr II (Perang Uhud). Hind lalu memeluk Islam dan Muhammad pun mengampuninya.

Di kemudian hari, Umar membunuh Sarah dengan cara menggunakan kudanya untuk menginjak-injaknya di al-Abtah. Di hari penaklukkan Mekah, Muhammad memerintahkan 6 pria dan 4 wanita dibunuh. Para wanita adalah:
1. Hind bt. Utbah b. Rabiah,
2. Sarah, budak merdeka yang tadinya milik Amr b. Hashim b. Abd al-Muttalib; dia dibunuh (menurut penulis biografi Muhammad yakni Waqidi) di hari Mekah ditaklukkan.
3. Quraybah; dibunuh di hari Mekah ditaklukkan
4. Fartana menyelamatkan diri dari pembunuhan dan terus hidup sampai Kalifah Uthman berkuasa.

Pembunuhan2 atas wanita2 Mekah itu merupakan tamparan di muka Islam yang mengaku sebagai agama yang melarang pembunuhan wanita dalam perang. Kenyataannya, kita bisa kutip dari Sahih Adadith untuk menunjukkan bahwa pembunuhan wanita dan anak2 dan orang2 tua paga secara jelas diperintahkan oleh Muhammad. Ini beberapa contohnya:
Sahih Muslim: Book 019, Number 4321:
Dikisahkan atas wewenang Sa’b b. Jaththama bahwa sang Nabi ketika ditanya tentang para wanita dan anak2 pagan yang mati dibunuh di malam penyerangan, menjawab: Mereka (wanita dan anak2 itu) adalah bagian dari mereka (masyarakat pagan, sehingga sah saja untuk dibunuh).

Sunaan Abu Dawud: Book 14, Number 2664:
Dikisahkan oleh Samurah ibn Jundub:
Sang Nabi berkata: “Bunuh orang2 tua yang berkepercayaan pagan, tapi jangan bunuh anak2nya.”


Setelah pembunuhan dilaksanakan di Mekah, Muhammad lalu menuju sebuah bukit, ke tempat dekat kuburan Abu Thalib, pamannya, dan Khadija, istri pertamanya.. Dia mendirikan tenda di sana. Ketika pengikutnya bertanya apakah dia ingin mengunjungi rumahnya yang dulu, dia menjawab, “Tidak.” Bendera besar ditancapkan di pintu tendanya. Sekarang dialah penguasa Mekah.

Tak lama kemudian dia mengendarai al-Qaswa, untanya, dan menuju Ka’abah dan mengitari Ka’abah tujuh kali. Lalu dia memerintahkan pengikutnya untuk menghancurkan patung2 berhala di Ka’abah. Patung berhala besar Hubal di depan Ka’abah dihancurkan. Dikatakan bahwa terdapat 360 patung berhala dalam Ka’abah. Semua patung2 ini dihancurkan di hadapan orang2 Quraish yang terperangah, dan atas agama penuh toleransi yang dikhotbahkan oleh Muhammad, Allah dengan segera menurunkan ayat Q 17:81 yang mengumumkan sirnanya kesalahan dan datangnya kebenaran.

Setelah menaklukkan Mekah dengan sangat mudah dan tanpa banyak pertumpahan darah, Muhammad berdiri di depan pintu Ka’abah dan memuji Allah dan berterima kasih pada Allah karena kemenangan itu. Berasamanya adalah Usama b. Zayd, Uthman b. Talhah dan Bilal, seperti yang ditulis di hadis berikut.
Hadis Sahih Bukhari, Volume 1, Book 9, Number 483:
Dikisahkan oleh Ibn ‘Umar:
Sang Nabi masuk Ka’abah bersama Usama bin Zaid, 'Uthman bin Talha dan Bilal dan berada di sana untuk waktu yang lama. Ketika mereka ke luar, akulah orang pertama yang masuk Ka’abah. Aku bertanya pada Bilal, “Di manakah sang Nabi sembahyang?” Bilal menjawab, “Diantara dua pilar depan.”


Allah dengan gesitnya mengirim turun ayat Q 49:13 dan mengumumkan bahwa umat manusia diciptakan sebagai lelaki dan wanita dan Dia menciptakan banyak negara dan suku2 bangsa.

Lalu Muhammad pergi ke rumah Abraham yang berjarak 20 sampai 30 langkah dari Ka’abah dan mengambil kunci Ka’abah dan memberikannya kepada Uthman ibn Talha untuk menjaga Ka’abah secara turun temurun. Al-Abbas ditunjuk untuk menyediakan minum bagi para peziarah. Muhammad lalu menghancurkan gambar2 Abraham dan malaikat2 yang berada di dinding2 Ka’abah. Dia menghancurkannya dengan kedua tangannya sebuah patung merpati terbuat dari kayu dan lalu melemparkannya. Allah cepat2 menurunkan ayat Q 3:67 tentang Abraham yang mensahkan penghancuran yang dilakukan Muhammad atas patung2 berhala dan gambar2. Di ayat ini Allah mengumumkan bahwa Abraham bukanlah orang Yahudi atau Kristen, tapi Hanif (Muslim?) dan Muhammad adalah yang terdekat dengan Abraham.

Ini Hadis tentang penghancuran patung2 berhala Ka’abah.
Hadis Sahih Bukhari, Volume 3, Book 43, Number 658:
Dikisahkan oleh ‘Abdullah bin Masud:
Sang Nabi masuk Mekah dan (di saat itu) terdapat 360 patung2 berhala di sekitar Ka’abah. Dia mulai menusuk-nusuk patung2 berhala dengan tongkat di tangannya dan berkata, “Kebenaran (Islam) telah datang dan Kekeliruan (tak percaya) telah dilenyapkan.”


Setelah itu Muhammad mengumumkan bahwa siapapun yang percaya kepada Allah tidak boleh menyimpan gambar apapun dalam rumahnya dan harus menghancurkan segala patung berhala di dalam rumahnya. Dia menyampaikan khotbah penuh perasaan tentang kedekatan hatinya atas kota Mekah. Para ahli sejarah Muslim menulis bahwa khotbah ini berhasil menarik hati dan pikiran masyarakat Mekah. Para penduduk Medina sekarang mulai curiga bahwa Muhammad akan tinggal di Mekah selamanya. Tapi Muhammad menghibur mereka dengan mengatakan dia tidak akan pernah meninggalkan Medina. Lalu dia kembali ke tendanya. Abu Bakr membawa ayahnya yang tua dan buta bernama Abu Quahafa untuk menghadap Muhammad dan dia lalu memeluk Islam di hadapan Muhammad.

Setelah semua patung2 berhala dihancurkan dan disingkirkan, Muhammad memerintahkan Bilal untuk naik ke atas Ka’abah dan menyuarakan Adhaan – yakni suara panggilan sembahyang. Lalu para Muslim berkumpul dan sembahyang di bawah pimpinan Muhammad.

Lalu Muhammad mengumumkan pengampunan umum bagi masyarakat Mekah. Dia duduk di al-Safa dan Umar b. Khattab mengucapkan sumpah persekutuan orang2 Mekah dengan Islam. Pertama-tama, para pria mengucapkan sumpah, lalu para wanita. Diantara kaum wanita adalah Hind bt. Utbah, istri Abu Sufyan b. Harb. Hind bt. Utbah memakai kerudung untuk menyembunyikan dirinya dan dia khawatir jangan2 Muhammad akan menghukumnya. Ketika dia berjumpa dengan Muhammad, dia minta maaf padanya. Muhammad memaafkannya dan mengikatnya dengan sumpah bahwa dia tidak akan berzinah dan membunuh anak2. Karena Muhammad tidak pernah bersalaman dengan wanita kecuali dengan wanita2 yang diijinkan baginya, pengutaraan sumpah dengan wanita dilakukan dengan cara Muhammad meletakkan tangannya di dalam air dan wanita itu melakukan hal yang sama.

Safwan b. Umayyah, seorang Quraish dan musuh besar Muhammad pergi ke Jeddah untuk menetap di Yemen. Ketika dia mendengar berita kemenangan Muhammad, dia hampir saja bunuh diri dengan terjun ke laut. Orang2 mendekati Muhammad dan menceritakan hal ini kepadanya. Dia mengampuni Umayyah dan memberikan Umayyah sorbannya sendiri sebagai tanda pengampunannya. Umayr pergi dan bertemu Umayyah dan menunjukkan sorban Muhammad itu kepada Umayyah. Muhammad memberi waktu 4 bulan bagi Umayyah untuk mengambil keputusan masuk Islam atau mati. Akhirnya Umayyah masuk Islam. Istrinya yang bernama Fakhitah bt. Al-Walid juga jadi Muslim.

Ibn Sa’d [255] menulis bahwa Muhammad juga mengunjungi rumah Umm Hani (yang juga dikenal sebagai Hind bt. Abu Talib), yang adalah saudara sepupunya dan melakukan sembahyang kemenangan di sana. Umm Hanni lalu memeluk Islam dan suaminya pun melakukan hal yang sama. Dua saudara ipar Umm Hani yang menganut agama pagan dan tidak suka akan Muhammad tinggal di rumah Umm Hani. Ali ingin membunuh kedua orang ini, tapi Umm Hani memohonkan ampun kepada Muhammad bagi kedua saudara iparnya itu. Ditulis bahwa Muhammad memberi mereka pengampunan dan mereka pun memeluk Islam.

Wahsi, sang budak Abyssia yang membunuh Hamza, melarikan diri ke Taif dan akhirnya dia pun dapat pengampunan.

Muhammad sangat murah hati kepada masyarakat Mekah. Dia melakukan hal ini untuk keuntungan bagi dirinya. Para politisi cerdik dalam keadaan serupa juga akan melakukan hal yang sama, yakni memberikan pengampunan umum. Sikap murah hatinya mengakibatkan banyak masyarakat Mekah yang mendukungnya. Dalam waktu dua minggu, 2.000 orang Mekah memeluk Islam.

Muhammad lalu menikahi Mulaykah bt Dawud al-Laythiyaah. Sebelum mengawini Mulaykah, Muhammad membunuh ayahnya. Ini diceritakan padanya oleh istri2 Muhammad. Salah satu istri2 Muhammad datang kepada Mulaykah dan berkata padanya, “Apakah kau tidak malu menikahi pria yang membunuh ayahmu?” [256] Karena itu Mulaykah yang muda dan cantik meninggalkan Muhammad. Dikisahkan bahwa Muhammad membunuh ayah Mulaykah di hari dia menaklukkan Mekah.

Sejarawan Muslim seringkali memuji-muji kemurahan hati Muhammad kepada masyarakat Mekah. Mereka juga memuji bahwa tidak ada pertumpahan darah. Akan tetapi, dengan berpikir sedikit saja dapat diketahui bahwa demi keuntungan Muhammad sendiri dia harus menaklukkan Mekah tanpa pembunuhan besar2an. Jika dia melakukan genosida dan menjarah seperti biasanya dilakukan, maka dia tidak akan dapat banyak dukungan orang2 Mekah dan dia tahu akan hal itu. Selain itu dia pun berasal dari suku yang sama dengan orang2 Mekah. Dia punya banyak hubungan saudara dengan orang2 itu, dan ini membuktikan kebenaran pepatah ‘darah lebih kental daripada air’.
255 Ibn Sa’d, vol.ii, p.179
256 Tabari, vol. viii, p.187

Kita juga bisa menyangkal bahwa penaklukkan ini tidak mengucurkan darah sama sekali. Sejumlah kecil para pagan telah melawan dan dalam pertempuran mereka dan beberapa Muslim juga terbunuh. Di samping itu, Muhammad di kemudian hari terus-menerus mengirim pasukan demi pasukan untuk menghancurkan suku manapun di sekitar Mekah yang menolak Islam. Lebih2 lagi, dua tahun setelah dia memberikan pengampunan umum kepada masyarakat Mekah, dia membatalkan pengampunan ini sewaktu dia mengirim dua utusannya yakni Abu Bakr dan Ali untuk mengumumkan kepada kaum pagan di Mekah bahwa mereka akan menghadapi hukuman mati jika tidak masuk Islam (Q 9:5 yang dikenal sebagai ayat pedang membatalkan pengampunan apapun yang diberikan kepada kaum pagan Mekah).

Meskipun begitu, harus diakui kecerdikan Muhammad dalam menaklukkan tempat yang nantinya jadi pusat Islam terbesar yakni Mekah. Orang memang perlu dedikasi, kekejaman, kelicikan, kecerdikan dan di atas semuanya pengabdian pada paham fasisme mutlak yang ditunjukkan oleh Muhammad untuk jadi biang teroris atau penguasa militer (warlord).

Banyak Jihadis yang tidak senang dengan jatah jarahan yang mereka terima. Mereka menggerutu dan Muhammad harus pinjam duit dari orang2 kaya Quraish untuk memberi upah 50 Dirham (sekitar US$250) sampai 2.000 Dirham setiap Jihadis yang ‘membutuhkan’ itu [257]. Akhirnya di hari penaklukkan Mekah, Muhammad membuat peraturan bahwa Muslim wajib untuk melakukan Jihad (perang agama) terhadap non-Muslim di mana pun mereka diminta melakukan itu. Ini beberapa Ahadith yang menjelaskan sifat keharusan dari Jihad:
257 Rodinson, p.262
Hadis Sahih Muslims: Book 020, Number 4597:
Dikisahkan berdasarkan wewenang dari Ibn ‘Abbas bahwa Rasul Allah berkata di hari penaklukkan Mekah: Tidak ada Hijrah sekarang, tapi yang ada adalah Jihad (perang demi Islam) dan ketulusan tujuannya (untuk dapat upah besar); jika kau diminta untuk melakukannya (dalam perang demi Islam) kau harus bersedia melakukannya.

Hadis Sahih Bukhari: Volume 4, Book 52, Number 42:
Dikisahkan oleh Ibn 'Abbas:
Rasul Allah berkata, "Tidak ada Hijrah (pindah dari Mekah ke Medinah) setelah penaklukkan (Mekah), tapi Jihad dan tujuan tulus tetap berlaku, dan jika kau dipanggil (oleh pemimpin Muslim) untuk berperang, pergilah segera.


Sahih Bukhari: Volume 4, Book 52, Number 311:
Dikisahkan oleh Ibn 'Abbas:
Sang Nabi berkata, di hari penaklukkan Mekah, "Tidak ada Hijrah (setelah penaklukkan), tapi (yang tetap ada adalah) Jihad dan tujuan tulus, dan jika kau dipanggil untuk melakukan Jihad, kau harus segera melakukannya."


Bersambung ke Bagian 17
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Tue Feb 14, 2006 9:20 am

Bagian Tujuh Belas
‘Kekerasan adalah Pilihan Akhr bagi yang Orang yang Tak Mampu' ---Isaac Asimov (1920-1992) [258]
Teror Tujuh Puluh Tiga
Penghancuran al-Uzza di Nakhla oleh Khalid b. al-Walid—January, 630M


Dua minggu setelah Muhammad menaklukkan Mekah ((lihat Teror 72, Bagian 16), keaslian pandangan Muhammad tentang kebebasan beragama dan toleransi jadi tampak nyata. Setelah menguasai Mekah, dia mengirim bala tentara ke segala daerah sekitar Mekah untuk menghancurkan patung2 berhala dan memaksa orang masuk Islam. Tindakan pertama dari ‘pembersihan agama’ ini terjadi 5 hari sebelum akhir Ramadhan dan yang dihancurkan adalah al-Uzza oleh panglima perang yang ditakuti yakni Khalid b. al-Walid. Al-Uzza adalah dewi terbesar di Nakhla, lebih baru daripada al-Lat dan dipuja dan disembah oleh suku B. Shayban, cabang suku B. Sulaym, Quraysh, Kinanah dan al-Mudar, yang semuanya tinggal di sekitar Mekah. Ibn Kalbi menulis argumen bahawa Muhammad pernah sekali memberikan persembahan kepada al-Uzza. Dia menulis:
“Kita telah diberitahu bahwa Rasul Allah pernah sekali mengucapkan tentang al-Uzza dan berkata, “Aku telah mempersembahkan seekor domba putih kepada al-Uzza ketika aku masih jadi penganut agama masyarakatku.”’ (Ibn al-Kalbi, hal. 16)

Atas perintah Muhammad, Khalid menjarah kuil dan menghancurkan berhala. Dia menjarah kuil ini dua kali. Di kali pertama, dia potong sebuah pohon dalam kuil, menghancurkan berhala dan membunuh para jemaat dan kembali ke Medina. Karena tidak puas akan ini, Muhammad sekali lagi mengirim Khalid ke sana. Kali ini, Khalid datang dengan segala kebuasan, menghancurleburkan kuil di hadapan pengurus kuil dewi al-Uzza yakni Dubayyah al-Sulami yang menangis melihatnya. Khalid membunuhnya, memotong sebuah pohon lain di lingkungan kuil. Ketika Khalid sedang sibuk menghancurkan, seorang wanita Ethiopia yang melolong dan telanjang menyerbu Khalid. Khalid memenggal kepalanya, mengambil perhiasannya dan menyerahkannya kepada Muhammad. Melihat perhiasan2 itu, Muhammad merasa sangat senang dan berkata bahwa wanita telanjang itu sebenarnya adalah al-Uzza itu sendiri.


Teror Tujuh Puluh Empat
Penghancuran Suwa di Ruhat oleh Amr b. al-As—January, 630M


Hampir pada waktu yang bersamaan kala Muhammad mengirim Khalid untuk menghancurkan al-Uzza, dia juga mengirim Amr b. al-As untuk menghancurkan berhala batu dewi Suwa di Ruhat yang jaraknya sekitar 3 km. dari Mekah. Suwa adalah sebuah arca yang berbentuk wanita untuk mewakili perubahan dan keindahan [259]. Suwa dipuja oleh suku Hudhayl. Pengurus kuil Suwa adalah seorang dari B. Lihyan [260]. Amr b. al-As menghancurkan berhala batu sampai hancur berkeping-keping dan memaksa pengurus kuil dengan ancaman pedang untuk masuk Islam. Amr merasa kecewa karena tidak menemukan barang berharga dalam kuil itu.
258 Foundation (1951)
259 Yusuf Ali, The Holy Qur’an, Appendix xiii, p.1619
260 Ibn al-Kalbi, p.8


Teror Tujuh Puluh Lima
Penghancuran al-Manat di al-Kadid oleh Sa’d b. Zayd al-Ashhali—January, 630M


Lalu Muhammad mengirim Sa’d b. Zayd pergi ke al-Kadid bersama 20 tentara berkuda dan menghancurkan dewi Manat yang disembah orang2 suku al-Aws al-Khazraj dan Ghassan. Manat adalah dewi yang paling purba dari semua dewa dewi di daerah sekitar Mekah. Ketika tentara Muslim tiba di kuil, mereka berjumpa dengan seorang wanita kulit hitam yang rambutnya berantakan. Sa’d menebasnya dengan pedang dan membunuhnya. Lalu Sa’d mengobrak-abrik kuil itu guna mencari harta berharga tapi tidak mendapatkan apapun. Beberapa penulis mengatakan bahwa Manat telah dihancurkan oleh Ali. Ali menemukan dua batang pedang di bawah fondasi kuil Manat dan Muhammad memberikan kedua pedang itu kepada Ali.[261]


Teror Tujuh Puluh Enam
Penyerangan Terhadap B. Jadhimah di Tihamah oleh Khalid b. al-Walid—January, 630M


Karena puas atas hasil kerja Khalid, Muhammad mengirimnya lagi dengan 350 pasukan untuk menyerang Banu Jadhimah yang tinggal di dataran rendah Tihamah. Mereka bukanlah penganut pagan atau politheisme, melainkan Sabean. Orang2 Sabean percaya bahwa diri mereka adalah keturunan dari Seth, anak Adam. Mereka memuja Matahari, Bulan dan Bintang, percaya bahwa agama mereka adalah agama Nabi Nuh. [262] Muhammad memerintah Khalid untuk meminta mereka masuk Islam dengan sukarela. Akan tetapi ketika Khalid tiba di tempat itu, dia mengungkit-ungkit masalah permusuhan lama dan tidak bersikap baik terhadap mereka. Karenanya masyarakat B. Jadhimah tidak mau memeluk Islam dan bangkit melawan Khalid.

Tapi setelah beberapa anggota senior masyarakat membujuk, akhirnya masyarakat B. Jadhimah menyerah. Meskipun sudah menyerah, Khalid b. Walid tetap saja membunuh beberapa orang dari mereka. Haykal [263] menulis bahwa mereka yang menyerah tapi tidak mau masuk Islam akan dibunuh. Ketika Muhammad menerima berita pembunuhan yang dilakukan Khalid, dia merasa tidak senang dan meminta pada Allah untuk membebaskan dirinya dari kesalahan atas tindakan kekerasan yang dilakukan Khalid, yang dianggap berdosa atas tindakan itu. Dia berkata, “Bunuh orang2 selama kau tidak mendengar Muadhdin (panggilan sembahyang Islam) atau melihat sebuah mesjid.” [264] Ini hadisnya yang mengungkapkan kekejaman yang dialami B. Jadhimah oleh Muslim:

Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 628:
Dikisahkan oleh ayah Salim:
Sang Nabi mengirim Khalid bin Al-Walid ke suku Jadhima dan Khalid mengundang mereka untuk memeluk Islam tapi mereka tidak sanggup mengatakan, “Aslamna (yakni kami memeluk Islam),” dan mereka mulai berkata, "Saba'na! Saba'na (yakni kami telah meninggalkan agama lama dan memeluk agama baru).” Khalid terus-menerus membunuh (beberapa dari mereka) dan menahan sebagian dari mereka dan menyerahkan setiap tawanan kepada kami. Ketika suatu hari Khalid memerintah setiap orang (tentara Muslim) untuk membunuh tawanan2 itu, aku berkata, “Demi Allah, aku tidak akan membunuh tawananku, dan tiada kawan2ku yang mau membunuh tawanan2 mereka pula.” Ketika kami datang kepada Nabi, kami menyampaikan seluruh cerita. Mendengar itu, Muhammad mengangkat kedua tangannya dan berkata dua kali,”O Allah! Aku bebas dari apa yang telah dilakukan Khalid.”

261 Ibn al-Kalbi, p.14
262 Hughes Dictionary of Islam, p.551
263 Haykal, Ch. The Conquest of Mecca
264 Ibn Sa’d, vol. ii, p.182

Lalu Muhammad meminta Ali pergi ke B. Jadhimah untuk membayar ganti rugi pembunuhan yang dilakukan Khalid. Ali membayar uang darah terhadap B. Jadhimah dan barang2 kepunyaan mereka yang dihancurkan Khalid.

Tapi menurut Ibn Ishak [265], Muhammad telah memerintahkan Khalid untuk membunuh B. Jadhimah karena tidak mau memeluk Islam. Inilah kisah kekejaman tentara Muslim seperti yang dikisahkan oleh seorang Jihadis [266] ketika Khalid menyerang B. Jadhimah:
Menurut Sa’id b. Yahya al-Umawi …. Abdallah b. Abi Hadrad, yang berkata:
Aku termasuk diantara tentara berkuda di bawah pimpinan Khalid hari itu. Seseorang dari pemuda2 mereka, - dia adalah salah satu dari para tawanan, kedua tangannya terikat di lehernya dengan seutas tali, dan beberapa wanita dikumpulkan tidak jauh dari dirinya – dia berkata kepadaku, “Anak muda!” “Ya, “ kujawab. Dia berkata, “Sudikah kau memegang tali ini dan menuntunku ke arah para wanita itu, sehingga aku bisa berbicara dengan mereka? Setelah itu kau bisa membawaku kembali dan berbuat sekena hatimu atas diriku.” Aku berkata, “Demi Tuhan, yang kau minta adalah hal sepele.” Aku pegang talinya dan membimbingnya sampai berada dekat kaum wanita itu. Dia berkata, “Selamat tinggal, Hubayshah, karena nyawaku sudah habis!”

Saat orang itu bertemu dengan kekasih hatinya, dia lalu melantunkan sajak bagi wanita itu dan wanita itu menjawab, “Dan engkau – semoga engkau hidup selama 10 tahun, lalu 7 tahun tanpa gangguan, dan 8 tahun lagi setelah itu!”

Setelah itu para Jihadis membawanya pergi dan memenggal kepalanya. Sang wanita yang sedih itu berlari menghampiri kekasihnya yang sudah putus kepalanya, menjatuhkan dirinya dan terus menciuminya sampai dia pun mati di sebelah kekasihnya.



Teror Tujuh Puluh Tujuh
Penyerangan Kedua terhadap B. Hawazin atau Perang Hunayn oleh Muhammad—January, 630M


Suku B. Hawazin merupakan kelompok besar suku2 Arabia utara yang bermusuhan dengan B. Quraysh. Permusuhan ini gara2 persaingan dagang antara Mekah dan Taif. Tempat berlangsungnya pertempuran adalah sebuah lembah yang disebut Hunayn dan jauhnya tiga hari perjalanan dari Mekah. Perang ini disebut di ayat Qur’an 9:25-26. Muhammad tinggal di Mekah selama dua minggu setelah menaklukkan Mekah. Selama itu dia mengirim bala tentaranya ke daerah sekitar Mekah untuk menyingkirkan sisa2 masyarakat yang masih menganut politheisme dan memaksa masyarakat non-Quraish yang tinggal di sekitar Mekah untuk memeluk Islam. Dia melakukan penindasan agama ini dengan mudah karena kebanyakan masyarakat pagan tidak siap menghadapi serangan mendadak yang ganas itu. Suku2 Hawazin dan Thaqif sangat marah akan penghancuran berhala2 mereka di Mekah dan daerah sekitar. Mereka mengambil keputusan untuk tidak membiarkan penindasan dan perlakuan barbar tentara Muhammad ini berlangsung tanpa perlawanan.
265 Tabari, vol.viii, p.190
266 Tabari, vol.viii, p.191

Ditulis bahwa ketika Malik b. Awf dari B. Nasri (cabang dari suku Hawazin), mendengar takluknya Mekah di bawah kekuasaan Muhammad, dia lalu menggalang kekuatan yang terdiri dari B. Tharif, B. Nasr dan B. Jusham dan suku2 kecil lainnya. Dengan harapan bergabungnya suku2 cabang dari Hawazin, suku2 lainnya yang tinggal di daerah itu bergabung dalam rencana perang ini untuk menentang serangan Muhammad. Di hari2 terakhir dia tinggal di Mekah, Muhammad menerima berita bahwa suku Hawazin dan Thaqif ke luar untuk melawan Mekah dan sudah tiba di Hunayn untuk menantang Muhammad.

Suku Hawazin dengan 20.000 pasukan tentara [267] di bawah pimpinan Malik b. Awf berbaris untuk melawan Muhammad dan membawa para wanita, anak, dan ternak mereka. Ini berarti mereka bertekad perang sampai mati. Begitu Muhammad mendengar berita berkumpulnya B. Hawazin dan Thaqif, dia mengirim Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami untuk memata-matai mereka dan mencari keterangan akan apa yang mereka rencanakan. Mata2 Muslim menyelusup ke dalam masyarakat Hawazin dan Thaqif dan kembali kepada Muhammad bahwa mereka memang hendak perang. Ditulis oleh Tabar bahwan ketika mata2 Muhammad, Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami membawa informasi tentang B. Hawazin, Umar b. Khattab tidak percaya dan memanggil mata2 Muslim itu sebagai pembohong. Karena sakit hati dituduh begitu, mata2 Muslim ini mengungkapkan rahasia bahwa Umar dalam beberapa kejadian juga memanggil Muhammad sebagai pembohong pula. Inilah yang dikatakan Abd Allah, “O, Umar, jika kau menuduh aku berbohong, maka kau telah banyak kali menyangkal kebenaran. Kau pun telah menuduh orang yang lebih baik dari aku (yakni Muhammad) berbohong.” [268]

Tabari [269] menulis lebih lanjut bahwa kaum Hawazin dan suku2 lain Mekah menganggap Muhammad seorang yang murtad di jamannya karena dia memisahkan diri dari agama Quraish. Malik bersumpah kalau dia tidak menang melawan orang murtad (yakni Muhammad) maka dia akan bunuh diri. Prajurit2 Malik juga setuju untuk melakukan hal yang sama, menang atau mati. Setelah mendapat dukungan penuh dari masyarakatnya, Malik memberi perintah kepada tentaranya bahwa kalau mereka melihat musuh, maka mereka akan menyerang mereka dalam satu kesatuan pasukan dan karenanya mempertahankan kesatuan yang utuh dalam berperang.

Setelah itu mata2 Malik ke luar untuk mendapat keterangan tentang gerakan tentara Muhammad. Dongengnya mengatakan bahwa mereka melihat orang2 putih (malaikat?) naik kuda putih dan hitam dan setelah itu mereka jadi tidak bisa melihat lagi sehingga harus cepat2 balik lagi. [270]

Setelah Muhammad mendengar berita dari mata2 Muslim tentang B. Hawazin dan sekutunya, dia bertekad untuk menghadapi musuh. Karena pada saat itu dia hanya punya sedikit uang, dia datang kepada Safwan b. Umayyah (Safwan di bawah hukuman mati yang dibatalkan oleh Muhammad – lihat Teror 72, Bagian 16), yakni seorang yang punya usaha membuat peralatan perang. Safwan menganut agama politheisme. Dia meminjamkan para tentara Muslim peralatan perang yang dibutuhkan. Safwan menerima perjanjian peminjaman peralatan perang dari Muhammad dan menyuplai (sebagai pinjaman) dan membawa semua senjata yang diperlukan Muslim untuk berperang.
267 Rodinson, p.263
268 Tabari, vol. ix, p.6, footnote 45
269 Tabari, vol ix, p.5, footnote 38
270 Tabari, vol. ix, p.6

Setelah mendapat persenjataan dari orang kafir, Muhammad bersama 10.000 tentara Medina dan 2.000 tentara Mekah yang baru saja masuk Islam, jadi total adalah 12.000 Jihadis, bergerak maju untuk menghadapi B. Hawazin dan b. Thaqif. Ini adalah pertempuran kedua terhadap B. Hawazin oleh Muslim (yang pertama dapat dibaca di Teror 54, Bagian 14). Dia memerintah Attab b. Asid yang baru saja masuk Islam untuk mengawasi keadaan Mekah selama perang berlangsung. Yang terbayang di benak para prajurit Muslim adalah barang jarahan yang banyak sekali dari B. Hawazin dan sekutunya. Ini hadisnya yang menerangkan bagaimana Muhammad memotivasi prajuritnya dengan barang jarahan (arena panjang sekali, maka aku kutip bagian yang relevan saja).
Hadis Sahih Sunaan Abu Dawud, Book 14, Number 2495:
Dikisahkan oleh Sahl ibn al-Hanzaliyyah:
Di hari Hunayn kami melangsungkan perjalanan bersama Rasul Allah dan kami bergerak lama sampai malam tiba. Aku melakukan sembahyang bersama Rasul Allah.
Seorang penunggang kuda datang dan berkata: Rasul Allah, aku berangkat sebelum kau pergi dan mendaki sebuah gunung di mana aku lihat suku Hawazin bersama-sama dengan kaum wanita, unta2, sapi2 dan kambing2, berkumpul di Hunayn.
Rasul Allah tersenyum dan berkata: “Itu adalah barang jarahan Muslim besok jika Allah menghendaki.” Lalu dia bertanya: “Siapa yang harus jaga malam?”……….


Muhammad tiba di Hunayn pada sore atau malam hari dan berkemah di sana. Ibn Ishak [271] (Ibn Ishak, hal. 565) menulis bahwa saat beristirahat dalam perjalanan, kaum Muslim meminta Muhammad untuk membuat sebuah pohon untuk menggantung pedang2 mereka, seperti tradisi kaum Mekah yang biasa menggantung pedang2 mereka dan memotong hewan kurban pada pohon itu. Muhammad membandingkan permintaan para pengikutnya ini dengan permintaan pada Musa untuk membuat patung lembu untuk dipuja sewaktu Musa memimpin bangsa Israel menyeberangi laut Merah. Allah menurunkan ayat Q 7:138 tentang hubungan ini. Di waktu subuh sebelum matahari terbit (kebiasaan Muhammad untuk melakukan teror di pagi hari) Muhammad mengendarai Duldul (keledai putihnya) menuju bagian belakang pasukan. Di bagian depan adalah pasukan B. Sulaym yang dipimpin oleh Khalid b. Walid.

Ketika kaum Muslim mendekati lembah Hunayn dan melampaui celah bukit, tiba2 dari kegelapan tentara Hawazin datang menyerang mereka semua. Kaum Muslim sangat ketakutan dan melarikan diri. Setiap orang berusaha menyelamatkan diri sendiri sambil berlari. Tidak ada satu Jihadis pun yang peduli akan Jihadis lain. Kekacauan karena serangan mendadak itu begitu hebat sehingga tidak ada seorang pun yang mau mentaati perintah Muhammad yang berteriak-teriak kepada kaum Jihadis yang melarikan diri untuk kembali berperang. Dia berkata, “Ke manakah kalian, wahai orang2? Datang padaku! Aku utusan Tuhan! Aku adalah Muhammad, anak Abd Allah!” Tapi permintaannya yang memelas itu tidak didengar pengikutnya. (Tabari, vol. ix, p.8 ).272
271 Ibn Ishak, p.565

Hanya sekelompok Jihadis yang diam di tempat, sedangkan yang lain melarikan diri dari medan perang. Yang tetap tinggal bersama Muhammad adalah beberapa Muhajir, beberapa Ansar dan saudara2 terdekatnya seperti Abu Bakr, Umar, Ali, al-Abbas dan anaknya al-Fadl, Abu Sufyan b. al-Harith dan Usamah b. Zayd b. Haritha.

Ketika Muslim saling injak-menginjak berlarian tanpa kontrol, Abu Sufyan b. Harb berkata, “Mereka saling injak dan tidak akan berhenti sampai mereka mencapai lautan!” Abu Sufyan b. Harb hampir menggunakan sihir tapi saudara angkatnya yakni Safwan b. Umayyah b.Khalaf berkata bahwa sihir tidak ada gunanya lagi hari itu. Safwan masih seorang pagan pada saat itu. Ini adalah termasuk dalam senjang waktu yang diberikan Muhammad padanya sebelum masuk Islam (lihat Teror 72, Bagian 16). Tapi Abu Sufyan b. Harb panik karena dia lebih memilih dipimpin orang dari suku Quraish daripada jatuh di bawah pimpinan orang Hawazin. Desas-desus tersebar bahwa Muhammad telah dibunuh, dan ini menambah kepanikan dan rasa teror dalam diri para Muslim.

Akan tetapi segera setelah terdengar kabar bahwa usaha membunuh Muhammad pada keadaan panik ini ditengahi oleh kekuasaan Ilahi – begitu katanya. Pada saat ini, Muhammad bertemu dengan seorang wanita hamil yang bernama Umm Sulaym bt Milhan yang adalah istri dari Abu Talhah. Umm Sulaym menasehati Muhammad untuk membunuh para Jihadis yang melarikan diri dari medan perang sama seperti Muhammad membunuh musuhnya dalam perang. Tapi Muhammad tidak tertarik untuk melakukannya dan berkata bahwa Allah sudah cukup baginya. Di hari itu, Umm Sulaym dan suaminya telah bersenjata lengkap untuk membunuh orang pagan sebanyak mungkin dan mengambil jarahan perang milik korban. Suaminya Abu Talhah mengambil jarahan perang dari 20 orang yang dia bunuh.

Ketika Muhammad mengetahui bahwa panggilannya terhadap para Jihadis sia2 belaka, dia memanggil pamannya al-Abbas (yang bersuara menggelegar), untuk meneriakkan panggilan dengan suara yang sangat keras bagi para Muslim untuk kembali dan melanjutkan perang. Al-Abbas lalu melakukannya, dan akhirnya 100 orang Muslim kembali berkukmpul mengelilingi Muhammad. Mereka pun mulai bertempur melawan musuh dengan semangat baru dan Muhammad menonton peperangan dengan berdiri di atas pedal keledainya.

Ketika peperangan berlangsung, Ali b. Abi Talib menyerang seorang pemimpin Hawazin dari belakang yang sedang bertarung dengan sengitnya dengan tombaknya. Ali menahan unta orang itu. Orang2 Muslim berloncatan menyergapnya dan memotong pergelangan kakinya dan separuh betisnya. Orang Hawazin ini tetap bertempur sampai akhirnya mati.

Ketika perang semakin sengit, Muhammad turun dari keledainya, si Duldul, memungut beberapa kerikil dari tanah dan melemparkannya ke arah musuh (ingat perang Badr II?) dan mulai melafalkan ayat Sura Ha-Mim (Sura 41); pihak musuh mulai mundur – begitu lho katanya. Lalu seperti kain hitam tampak turun dari langit, oh ternyata itu adalah kumpulan semut2 hitam! Mereka adalah malaikat2 dari surga yang datang untuk membantu para Muslim, demikian kata Muhammad. Sebenarnya kumpulan semut hitam ini tampaknya adalah awan gelap di langit, seperti yang ditulis oleh Ibn Sa’d [273] bahwa hujan turun pada saat perang Hunayn berlangsung (Ibn Sa’d, vol. ii, hal.194). Dengan bantuan malaikat2 yang menyamar jadi semut hitam ini, para Muslim akhirnya mengalahkan B. Hawazin – demikian ditulis sejarawan Muslim. Beberapa sejarawan Muslim bahkan menulis bahwa malaikat2 pakai sorban merah di saat perang Hunayn!
272 Tabari, vol. ix, p.8
273 Ibn Sa’d, vol. ii, p194

Setelah mengalahkan B. Hawazin, terjadi pembunuhan terhadap mereka. 70 orang dibunuh ketika bendera Hawazin tumbang. Ibn Ishak [274] (Ibn Ishak, p.566-576) menulis bahwa panglima perang Khalid b. Walid yang ganas membunuh beberapa wanita dan anak kaum pagan. Muhammad memperingati Khalid karena melakukan hal itu. Malik berusaha sebaik mungkin tapi tetap tidak dapa menyelamatkan kaum wanita dan anak2. Karena itu dia melarikan diri. Kaum wanita dan anak2 jatuh ke tangan Muhammad, juga barang2, perkemahan dan ternak mereka. 6.000 orang ditawan. Ibn Ishak [275] (Ibn Ishak, p.837) menulis bahwa beberapa orang yang diikat tangannya dipancung karena menyinggung perasaan orang2 Muslim. Para prajurit Jihadis lalu merampasi baju2 perang, persenjataan dan barang2 berharga lainnya dari mayat2 musuh yang dibunuh dengan tangan mereka sendiri. Seorang Jihadis membeli tanah dari barang jarahan ini. Ini Hadisnya:
Hadis Muwatta Malik, Book 21, Number 18.299
Yahya menyampaikan padaku dari Malik dari Yahya ibn Said dari Amr ibn Kathir ibn Aflah dari Abu Muhammad, dari Abu Qatada bahwa Abu Qatada ibn Ribi berkata,
“Kami pergi bersama Rasul Allah (SAW) di tahun Hunayn. Ketika pasukan bertemu, pihak Muslim jadi kacau balau. Aku melihat orang pagan yang sedang mengalahkan seorang Muslim, lalu aku berbalik dan datang dari belakangnya dan menusuknya dengan pedangku ke bagian bahunya. Dia berbalik padaku dan menerjangku begitu keras sampai aku jatuh dan mencium bau kematian. Lalu orang itu mati dan melepaskanku.”

Dia melanjutkan, “Aku bertemu Umar ibn al-Khattab dan berkata padanya, “Apa yang terjadi dengan orang2?” Dia menjawab, “Perintah Allah.” Lalu orang2 meninggalkan perang dan Rasul Allah berkata, “Siapapun yang membunuh musuh dan dapat membuktikannya, dia boleh mengambil barang2 pribadi musuh itu.” Aku berdiri dan berkata, “Siapa yang bisa jadi saksiku?” lalu aku duduk. Rasul Allah mengulangi, “Perintah Allah.” Lalu orang2 meninggalkan perang dan Rasul Allah berkata, “Siapapun yang membunuh musuh dan dapat membuktikannya, dia boleh mengambil barang2 pribadi musuh itu.” Aku berdiri dan berkata, “Siapa yang bisa jadi saksiku?” dan Rasul Allah berkata, “Ada apa, Abu Qatada?” Lalu kusampaikan kisahku padanya. Seseorang berkata, “Dia bicara jujur, Rasul Allah. Aku menyimpan harta orang yang dibunuhnya, maka kiranya berilah dia barang gantinya, Rasul Allah.”

Abu Bakr, berkata, “Tidak, demi Allah! Dia tidak bermaksud bahwa satu dari singa2 Allah harus berperang demi Allah dan RasulNya dan lalu memberimu barang2 jarahannya.” Rasul Allah berkata, “Dia bicara benar, serahkan kepadanya.” Dia memberikan (barang jarahan) kepadaku, dan aku menjual baju perang dan kubeli sebuah taman di daerah Banu Salima dengan uang itu. Itu adalah kekayaanku yang pertama, dan kudapat itu karena Islam.”


Beberapa penulis menyatakan bahwa pihak Muslim hanya kehilangan sedikit kerugian, tapi penulis lain berkata mereka kehilangan sangat banyak orang – dua suku musnah dan karenanya Muhammad mengadakan sembahyang khusus. Muhammad kehilangan pembantunya yakni Umm Ayman di perang ini.
274 Ibn Ishak, p.566-576
275 Ibn Ishak, p.837

Sisa2 tentara pagan beserta pemimpin mereka Malik, melarikan diri ke Taif. Beberapa yang lain pergi ke Nakhla, dan yang lain ke Awtas. Di hari kemudian, orang2 Awtas dikalahkan melalui pertarungan sengit.

Tentara Muhammad mengejar musuh yang melarikan diri ke Nakhla tapi balik kembali setelah mengejar dalam waktu singkat. Ketika mengejar musuh, tentara2 Muslim menangkap Durayd b. Simmah, orang tua yang tidak bertempur sama sekali di perang itu. Durayd bertanya kepada seorang Jihadis muda bernama Rabiah b. Rufay apakah yang dia ingin lakukan terhadap Durayd. Rabiah menjawab bahwa dia ingin membunuhnya. Lalu Rabiah menggunakan pedangnya untuk membunuh Durayd tapi tebasan pedang tidak membunuhnya. Durayd tertawa melihat cara Rabiah menggunakan pedang. Durayd lalu minta Rabiah memberikan pedang itu padanya dan Durayd menunjukkan cara yang tepat menggunakan pedang untuk membunuh. Kemudian Durayd berkata pada Rabiah bahwa setelah dia membunuhnya, Rabiah harus kembali kepada ibunya sendiri dan memberitahunya tentang pembunuhan terhadap Durayd, karena Durayd sebelumnya telah menyelamatkan banyak nyawa wanita2 dari tempat Rabiah berasal.

Setelah membunuh Durayd, Rabiah menghadap ibunya dan menceritakannya tentang apa yang baru saja dia lakukan. Ibunya berkata, “Demi Tuhan, dia telah membebaskan tiga ibu2mu.” [276] (Tabari, vol. ix, p.17). Inilah contoh bagaimana Jihadis fanatik memperlakukan musuh mereka yang lanjut usia di waktu perang. Di Hadis sahih bisa kita baca bahwa dalam Jihad diijinkan untuk membunuh kafir usia lanjut, tapi anak2nya tidak boleh dibunuh. Ini Hadisnya.
Sunaan Abu Dawud: Book 14, Number 2664:
Dikisahkan oleh Samurah ibn Jundub:
Sang Nabi berkata: Bunuh orang2 tua yang pagan, tapi jangan bunuh anak2 mereka.

[Catatan: Hukum Sharia (hukum Islam) mengijinkan pembunuhan orang usia lanjut dalam Jihad. Aku mengutip hukum Sharia yang relefan di bagian sebelumnya (lihat hukum o9.10, p.603, Reliance of the Traveller)]

Akan tetapi di Hadis sahih yang lain kita baca bahwa dalam penyerangan malam hari, Muhammad mengijinkan pembunuhan anak2 kafir. Ini Hadisnya.
Hadis Sahih Muslim Book 019, Number 4322:
Dikisahkan oleh Sa'b b. Jaththama bahwa dia berkata (kepada sang Nabi suci): “Rasul Allah, kami membunuh anak2 pagan dalam serangan2 malam hari.” Dia berkata: “Mereka (anak2 tsb.) berasal dari mereka (kaum pagan).”

Seperti yang dikisahkan sebelumnya, setelah kalah dalam perang Hunayn, Malik b. Awf melarikan diri bersama prajuritnya. Seorang pria Hawazin bernama Bijad juga melarikan diri bersamanya. Muhammad mengincar Bijad karena dia menuduh Bijad telah memotong-motong tubuh seorang Muslim dan membakarnya. Muhammad memberi perintah siapapun yang menangkap Bijad tidak boleh melepaskannya.
276 Tabari, vol. ix, p.17

Pihak Muslim mengejar Bijad yang lari bersama saudara perempuannya yakni Shayma bt. al-Harith. Tentara Muslim akhirnya berhasil menangkap mereka, lalu mengikat mereka dan membawa mereka ke hadapan Muhammad. Ternyata Shayma bt. al-Harith adalah saudara angkat Muhammad (yakni Shayma adalah anak Halima, wanita yang menyusui Muhammad sewaktu bayi) tapi pihak Muslim tidak percaya atas pengakuan Shayma. Muhammad minta bukti bahwa Shayma memang benar saudara angkatnya. Lalu Shayma menunjukkan pada Muhammad bekas gigitan di punggungnya yang dilakukan Muhammad ketika dia memanggul Muhammad di pinggangnya. Bukti ini meyakinkan Muhammad dan dia lalu menawarkan pada Shayma pilihan untuk hidup dengan Muhammad atau kembali ke masyarakatnya sendiri. Shayma memilih kembali ke masyarakatnya. Muhammad memberinya seorang budak pria bernama Mukhul dan seorang budak wanita. Setelah dia pergi, dia menjodohkan kedua budak ini untuk menikah. Versi kisah yang lain mengatakan bahwa akhirnya Shayma memeluk Islam dan Muhammad memberinya 3 budak. Tidak diketahui apa yang terjadi pada Bijad.

Kemenangan Hunayn menghasilkan jumlah tawanan dan jarahan yang jauh lebih banyak daripada yang pernah dilihat Muslim sebelumnya. Jarahan perangnya besar sekali: 22.000 unta, 42.000 kambing, 4.000 ons perak. Pihak Muslim merampas semuanya. Barang jarahan (yang kira2 bernilai sekitar US$ 9 juta) dan 6.000 tawanan (berjumlah sekitar US$12 juta), terdiri terutama atas kaum wanita dan anak dikawal tentara Muslim dan dibawa ke lembah Jirana dan ditempatkan di sebuah gudang penyimpanan di sana. Pihak Muslim mabuk keserakahan. Mereka merayakan kemenangan mereka dan menunggu pembagian harta jarahan. Akan tetapi Muhammad memerintahkan orang2nya untuk bergerak ke Taif untuk menangkap Malik. Mereka harus menunggu menerima barang jarahan sampai usaha menangkap Malik berhasil – begitu perintah Muhammad.

Orang2 Thaqif yang berhasil selamat dari perang Hunayn kembali ke Taif dan menutup diri mereka dalam benteng yang kokoh. Mereka trampil dalam melakukan perang modern dan bersiap untuk menjalani perang jangka panjang. Untuk menyaingi mereka, Muhammad mengirim Urwah b. Masud dan Ghaylan b. Salamah ke Jurash untuk belajar teknik perang menggunakan ketepel dan testudo – tank primitif dari kayu. Dua orang Muslim ini tidak ikut perang Hunayn atau Taif karena tugas untuk mempelajari teknik perang modern.

Bersambung ke Bagian 18
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Wed Feb 15, 2006 1:35 pm

Bagian Delapan Belas
‘Sesuatu belum tentu benar hanya karena orang mati akan hal itu’ --- Oscar Wilde (1854-1900) [277] Sebastian Melmoth (1904)

Teror Tujuh Puluh Delapan
Penghancuran Berhala Yaghuth di Dhu al-Kaffyan oleh Tufayl ibn ‘Amr al-Dawsi—January, 630 M


Ketika Muhammad mengirim Urwah b. Masud dan Ghaylan b. Salamah (lihat Teror 77, Bagian 17) ke Jurash untuk mempelajari tekni perang menggunakan ketepel dan Testudo, dia juga mengirim al-Tufayl ibn ‘Amr al-Dawsi untuk menghancurkan patung berhala Dewa Yaghuth di Dhu al-Kaffyan. Patung berhala ini berbentuk seekor singa (atau kerbau) yang memperlihatkan kekuatan fisiknya [278] (Yusuf Ali, The holy Quran, appendix xiii, hal.1619) dan berhala ini dimiliki masyarakat Amr ibn Humamamh al-Dawasi (suku asal Tufayl). Muhammad memerintahkan Tufayl untul mengumpulkan orang2 untuk menghancurkan berhala ini. Setelah itu Tufayl harus bergabung bersama Muhammad di Taif. Dengan bantuan 400 orang, Tufayl menghancurkan patung berhala dengan membakarnya. Lalu Tufayl dengan 400 prajuritnya pergi ke taif untuk bergabung bersama Muhammad. Mereka juga membawa ketepel dan Testudo ( diserahkan kepada Tufayl oleh Urwah di Taif).


Teror Tujuh Puluh Sembilan
Penyerangan Atas Taif oleh Muhammad—January, 630M


Seperti yang telah ditulis sebelumnya (Teror 77, Bagian 17), tentara pagan dari suku Thaqif dan B. Hawazin dan beberapa suku yang lain yang melarikan diri dari Perang Hunayn berlindung di Taif. Kota Taif terkenal akan perkebunan anggurnya yang subur dan dikelilingi perbentengan yang kokoh. Ali Dashti [279] menulis bahwa Taif merupakan tempat pariwisata bagi masyarakat Mekah. Masyarakat B. Thaqif tidak berpihak kepada Muhammad karena hubungan baiknya dengan masyarakat Mekah. (Dahsti, hal. 77). Para pelarian perang berlindung dalam benteng Thaif yang kokoh, dan pintu2 benteng ditutup dan mereka bersiap untuk melakukan perang. Kota itu dapat bertahan menghadapi pengepungan yang lama sampai berbulan-bulan jika perlu, karena mereka punya persediaan air yang cukup. Para pelarian perang menimbun bahan makanan yang cukup untuk waktu setahun lebih. Diantara para pelarian terdapat pemimpin mereka yakni Malik dari B. Hawazin, dan Adry yang adalah anak laki filantropis terkenal yakni Hatim dari B. Tayii.
277 Sebastian Melmoth (1904)
278 Yusuf Ali, The holy Quran, appendix xiii, p.1619
279 Dashti, p.77

Di lain pihak, setelah memenangkan Perang Hunayn, Muhammad langsung menuju Taif. Ketika dia tiba di sana, Muhammad mendapatkan bahwa masyarakat Thaqif dan para pelarian perang telah masuk ke dalam benteng2 mereka yang kokoh. Jadi Muhammad mengadakan pengepunganselama 15 (atau 20) hari. Dalam perjalanan menuju Taif, dia meninggalkan jejak teror, darah, dan penghancuran. Mula2 dia berhenti di Bahrat al-Rugha dan membangun sebuah mesjid dan sembahyang di sana. Di tempat ini Muhammad memerintahkan pembunuhan atas seorang Hudhayl yang sebelumnya telah membunuh seorang Muslim dari B. Layth. Lalu dia mengumumkan tata cara hidup untuk hidup atau hukum balas dendam karena pembunuhan. Di ayat Q 2:178, Allah merestui aturan keadilan yang ditetapkan Muhammad.

Setelah itu dia berhenti di Liyyah dan memerintahkan penghancuran istana milik ketua Hawazin yakni Malik. Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, Malik telah melarikan diri ke Taif dan bersembunyi dalam benteng Thaqif. Dari Liyyah Muhammad pergi ke Nakhb. Di perjalanan, dia mengubah nama beberapa tempat dengan alasan sepele hanya karena dia tidak suka akan nama2 aslinya. Ketika di Nakhb, Muhammad memerintahkan penghancuran taman yang dikelilingi tembok milik seseorang hanya karena orang itu tidak mau ke luar dari rumahnya ketika Muhammad memerintahkannya begitu. Dalam perjalanan berikut, Muhammad berhenti di Taif dan mendirikan tendanya dekat benteng utama di mana masyarakat Thaqif berlindung. Orang2 yang tinggal di sekeliling benteng terpaksa menyerah padanya.

Tentara Thaqif menghujani tentara Muhammad dengan panah2 dan membunuh beberapa Muslim. Karena itu, Muhammad mundur lagi dan mendirikan tendanya di tanah yang lebih tinggi. Dia mendirikan mesjid di sana dan mendirikan dua tenda merah bagi istri2nya Umm Salamah dan Zaynab bt. Jahsh. Dia terus mengepung perbentengan Taif, sambil sembahyang di mesjid yang baru dan tinggal bergiliran di kedua tenda istri2nya.

Pada saat ini, Tufayl ibn Amr al-Dawsi dengan 400 tentara tiba dan bergabung dengan Muhammad. Sebelumnya mereka berada di Dhu al-Kaffayn untuk menghancurkan patung berhala (lihat Teror 78, Bagian 17). Mereka membawa ketepel dan Testudo. Tentara Thaqif terus-menerus menyerang Muslim dengan panah dan api dari balik bentengnya, dan tidak pernah ke luar. Tentara Muslim tidak bisa mendekati tembok benteng.

Lalu Muhammad menggunakan mesin2 perangnya yang baru: ketepel dan Testudo (lihat gambar).
Testudo (yang ini gaya Romawi):
Image
Tentara Taif sudah bersiap penuh untuk menghadapi serangan semacam ini. Tentara Muslim yang baru datang menggunakan ketepel dan melemparkan batu ke dinding benteng sampai berlubang. Lalu tentara Muslim dikirim masuk lewat lubang ini dengan menggunakan Testudo. Ketika tentara Muslim ke luar dari Testudo, tentara Thaqif menyiram mereka dengan besi meleleh dan menghujani mereka dengan anak panah, sehingga beberapa Muslim mati dan banyak yang terluka. Dikisahkan bahwa anak Abu Bakr yakni Abd Allah luka parah di perang ini. Dia tidak pernah pulih dari lukanya dan akhirnya mati. Akibat disiram besi cair dan hujan panah, tentara Muslim berlarian menyelamatkan diri.

Muhammad menutup jalur jalan suplai makanan ke Thaqif. Tapi masyarakat Thaqif tenang2 saja. Mereka sudah menimbun cukup banyak makanan untuk pengepungan jangka panjang. Lalu Muhammad memerintahkan perkebunan anggur Thaqif yang terkenal itu dipotong dan dibakar. Dia sudah pernah melakukan cara potong dan bakar pohon seperti ini sewaktu mengepung B. Nadir dan dia ingat betapa efektifnya cara itu. Perintahnya dilaksanakan dengan penuh semangat oleh para prajuritnya. Orang2 Thaqif mulai merasa takut dan mencoba berkomunikasi dengan Muhammad. Untuk mengatur perjanjian keamanan dengan orang2 Thaqif, Muhammad lalu mengirim Abu Sufyan b. Harb dan al-Mughira b. Shuba untuk berdiskusi dengan mereka.

Anak wanita Abu Sufyan yang bernama Amina menikah dengan pria Thaqif bernama Urwa b. Masud dan mereka berdua memiliki seorang anak laki. Selain mereka, terdapat sejumlah wanita2 Quraish dan B. Kinanah di dalam benteng. Abu Sufyan ingin mengungsikan para wanita dan anak2 karena dia tidak mau mereka semua jatuh ke tangan tentara Muslim. Pemimpin Thaqif meminta Muhammad berhenti membabati pohon2 anggur mereka yang berharga. Sebagai gantinya, para wanita dan anak2 Quraish dan B. Kinanah boleh ikut ke luar benteng bersama Abu Sufyan. Muhammad berhenti memotongi pohon2 anggur. Abu Sufyan meminta para wanita Quraish meninggalkan benteng, tapi mereka tidak mau ke luar dan lebih memilih tinggal bersama masyarakat Thaqif. Karenanya misi perdamaian Abu Sofyan gagal membuahkan hasil.

Pengepungan terus berlanjut. Muhammad menawarkan kemerdekaan bagi budak2 Thaqif jika mereka mau meninggalkan para majikan Thaqif mereka dan memeluk Islam. Sebagian besar para budak tidak menanggapi tawaran Muhammad. Hanya 13 sampai 23 budak yang bersedia ke luar dan memeluk Islam. Muhammad pun memberi mereka kemerdekaan.

Pada saat ini, seorang Muslimah mendekati Muhammad dan memintanya jika Allah menganugerahkan kemenangan bagi Muslim, maka Muhammad hendaknya memberinya perhiasan milik wanita2 Thaqif. Demikianlah motivasi kaum Muslim dalam melakukan Jihad!

Setelah mengepung selama 15 hari, Muhammad mulai jadi tak sabar. Para pengikutnya juga sudah tidak sabar ingin cepat2 menikmati barang jarahan dari Perang Hunayn yang dikumpulkan di Jirana. Mereka mulai mengomel pada Muhammad dan dia tidak tahu harus berbuat apa. Lalu tiba2, dia mendapat sebuah mimpi buruk dan Abu Bakr mengartikan mimpinya sebagai tanda sial akan pengepungan jangka panjang ini. Muhammad setuju dengan interpretasi Abu Bakr atas mimpinya. Dia lalu memerintahkan pembongkaran perkemahan tentara Muslim dan meninggalkan tempat itu untuk pergi ke Jirana. Yang sebenarnya terjadi adalah seorang ahli perang menasehati Muhammad bahwa tentara Thaqif dapat dikalahkan dengan mudah di kemudian hari jika mereka sedang tidak bersembunyi di dalam bentengnya. Keadaan saat mereka berada dalam benteng itu seperti seekor rubah bersembunyi dalam liangnya (sukar dikalahkan atau ditangkap). Muhammad yang cerdik mengetahui kebenaran nasehat ini dan memutuskan untuk mengakhiri pengepungan sambil bersumpah untuk menghukum Thaqif setelah dia selesai membagi-bagikan harta jarahan Perang Hunayn. Beberapa pengikutnya mengeluh karena mereka tidak dapat harta jarahan dan wanita2 cantik Thaqif. Muhammad menghibur dan membujuk mereka untuk bersabar guna mendapat kemenangan di kemudian hari. Dia tidak terburu-buru.
Dua belas tentara Muslim tewas dalam pengepungan Taif. Mereka terdiri dari 7 orang Quraish, 4 orang Ansar, dan 1 dari B. Layth. [280]
280 Ibn Ishak, p.591

Dari pengepungan ini kita bisa melihat motif terbesar para Jihadis yang bergabung dengan Muhammad yakni keserakahan untuk mendapatkan barang jarahan. Hal ini misalnya tampak pada pernyataan wanita yang datang menghadap Muhammad untuk minta jarahan perhiasan wanita2 Thaqif. Karenanya muncul anekdot yang mengatakan bahwa para Jihadis terutama mengincar kaum wanita pihak musuh!

Ketika masyarakat Thaqif melihat tentara Muhammad meninggalkan tempat, mereka menangis penuh rasa bahagia. Mendengar sorakan kegembiraan itu, seorang Muslim baru bernama Uyaynah b. Hisn menunjukkan rasa solidaritas dengan masyarakat Thaqif dengan mengaku bahwa mereka memang menang. Seorang prajurit Muslim menegurnya karena berkata begitu, tetapi Uyaynah menjawab bahwa sesungguhnya dia ikut perang ini untuk menikmati wanita2 Thaqif. Dia berkata, “Demi Tuhan, aku tidak datang untuk berperang melawan Thaqif bersamamu, tapi aku berharap agar Muhammad menang sehingga aku bisa dapat seorang budak wanita Thaqif yang nantinya akan kuhamili dan dia akan melahirkan seorang anak laki bagiku karena orang2 Thaqif terkenal sebagai orang2 yang cerdas.” Ketika Umar menyampaikan apa yang dikatakan Muhammad kepada Uyaynah, Muhammad berkata, “[Orang ini menunjukkan] kebodohan yang dapat dimaklumi.” [281]
281 Tabari, vol.ix, p.25

Di bagian berikut akan kita lihat keserakahan tanpa batas para Jihadis terhadap barang jarahan.


Pembagian Harta Jarahan Perang Hunayn

Setelah meninggalkan Taif, Muhammad langsung menuju Jirana di mana semua barang jarahan dari Perang Hunayn dikumpulkan (lihat Teror 77, Bagian 17). Ini adalah salah satu hasil jarahan terbesar yang pernah didapat para Jihadis. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, jarahan terdiri dari 6.000 wanita dan anak2, 24.000 unta, 40.000 domba, dan 4.000 ons perak. Para Muslim sangat tidak sabar lagi untuk menikmati barang jarahan ini dan Muhammad harus segera meninggalkan Taif untuk menyenangkan hati mereka.

Ketika Muhammad tiba di Jirana, sekelompok utusan Hawazin menjumpainya untuk memintanya melepaskan kaum wanita dan anak2 mereka. Sebelum diperkenankan menghadap Muhammad, mereka diharuskan memeluk Islam terlebih dahulu. Seorang dari para utusan itu yakni B. Sa’d b. Bakr tersungkur di lantai sambil memohon atas dasar hubungan darah. Muhammad menjawab bahwa mereka harus memilih:
para wanita dan anak2 mereka atau harta benda mereka.
Mereka tidak bisa mendapatkan keduanya, begitu ketetapan Muhammad. Para pria B. Hawazin ingin mendapatkan keluarga mereka kembali, dan tidak peduli akan ternak dan harta benda mereka. Dikisahkan bahwa B. Sa’d b. Bakr berasal dari suku yang sama dengan Halima, wanita yang menyusui Muhammad sewaktu bayi. B. Sa’d b. Bakr mengingatkan Muhammad bahwa sebagian tawanan adalah saudara2 Muhammad berdasarkan hubungannya dengan Halima. Pada saat perundingan tentang para tawanan inilah Muhammad bertemu dengan saudara wanita angkatnya Shyama (lihat Teror 77, Bagian 17).

Karena permintaan yang penuh harapan dan hubungan darah tak langsung ini, hati Muhammad tergerak (sedikiiit saja). Dia mau melepaskan bagian tawanannya (yakni seperlima atau 1.002 wanita dan anak2) dan dia juga meminta para Muslim lain secara sukarela melepaskan tawanan mereka pula. Sebagian Muslim melakukannya dengan rela, tapi sebagian besar tidak mau. Ketika Muhammad mengetahui hal ini, dia mengadakan negosiasi dengan para Muslim. Dikatakannya jika seorang tentara Muslim bersedia melepaskan seorang tawanan, maka dia akan menerima 6 ekor unta. Dengan perjanjian ini, sebagian besar tawanan wanita dan anak2 akhirnya bisa bebas. Ini Hadisnya.
Hadith Sahih Bukhari, Volume 3, Book 46, Number 716:
Dikisahkan oleh Marwan dan Al-Miswar bin Makhrama:
Ketika utusan2 dari suku Hawazin datang menghadap sang Nabi dan mereka memintanya untuk mengembalikan barang2 dan tawanan2 perang. Sang Nabi berdiri dan berkata kepada mereka, “Aku punya orang2 lain yang berkepentingan dengan hal ini (seperti yang kau lihat) dan keputusan yang paling arif daripadaku adalah yang benar. Kau boleh memilih antara barang2mu atau tawanan2 perang karena aku telah menunggu pembagian jarahan.” Sang Nabi telah menunggu mereka lebih dari 10 hari sejak dia tiba dari Ta’if. Karenanya, setelah jelas bagi mereka bahwa sang Nabi tidak akan mengembalikan keduanya tapi hanya salah satu saja, mereka berkata, “Kami memilih para tawanan.” Sang Nabi berdiri diantara para pengikutnya dan memuji Allah sebagaimana Dia layak menerimanya dan berkata, “Orang2 ini telah datang kepada kita dengan pertobatan, dan aku melihat selayaknya untuk mengembalikan tawanan2 perang. Jadi, barang siapa yang bersedia melakukan hal ini dengan rela hati, dia boleh melakukannya, dan barang siapa yang tetap mau memiliki bagiannya sampai kami menggantinya dengan jarahan perang yang pertama yang Allah berikan kepada kita, maka dia boleh melakukannya (menyerahkan tawanan perangnya).” Orang2 menjawab, “Kami mau melakukannya (mengembalikan tawanan perang) dengan suka rela.” Sang Nabi berkata, “Kami tidak tahu yang mana dari kalian yang setuju dan yang mana yang tidak setuju. Jadi kembalilah dan biarkan pemimpinmu menyampaikan keputusanmu.” Lalu orang2 kembali dan berdiskusi akan hal ini dengan para pemimpin mereka yang lalu kembali menghadap Muhammad dan memberitahu bahwa semua orang rela membebaskan tawanan perang mereka. Inilah yang kami dengar tentang tawanan2 Hawazin. Dikisahkan oleh Anas bahwa Abbas berkata kepada sang Nabi, “Aku membayar uang tebusan bagi kebebasanku dan kebebasan Aqil.”


Dari bagian tawanan2 wanita miliknya, Muhammad menghadiahi menantunya, Ali, seorang budak wanita bernama Raytah bt. Hilal untuk dinikmati Ali semaunya. Muhammad juga menghadiahi menantunya yang lain Uthman b. Affan seorang budak wanita bernama Zaynab bt. Hayyan. Dia juga menghadiahi Umar b. Khattab seorang budak wanita yang dimerdekakan. Umar lalu memberikan wanita ini kepada anak lakinya, Abd Allah. Abd Allah lalu mengirim wanita ini kepada pamannya agar wanita ini siap melayaninya setelah dia menjalani ibadah mengelilingi Ka’abah! Kebanyakan rekan2 elit Muhammad menerima hadiah budak2 wanita. Dikabarkan bahwa Abd Allah kemudian melepaskan budak seksnya setelah dia mendengar Muhamad meminta para Muslim untuk melepaskan tawanan2 mereka.[282]

Uayanah b. Hisn menerima seorang janda tua sebagai tawanan, dan dia berhadap dapat uang tebusan bagi wanita ini. Ketika dia mendengar permintaan Muhammad untuk membebaskan tawanan wanita, dia sangat kecewa dan tidak mau mengganti janda ini dengan 6 ekor unta. Seorang rekannya lalu memintanya “untuk melepaskannya karena mulut janda itu tidak dingin dan buah dadanya tidak montohk, dia tidak bisa mengandung lagi, air susunya sudah kering dan suaminya pun juga tidak peduli.” Karena sedih mendengar penjabaran wanita ‘tiada guna’ ini, Uayanan b. Hisn akhirnya membebaskannya dan dapat ganti 6 ekor unta. Lalu Uayanah bertemu kawannya di al-Aqre dan mengomel permintaan Muhammad. Kawannya menjawab, “Demi Tuhan, kau kan tidak mendapatkan wanita itu ketika dia masih perawan dan tidak juga ketika tubuhnya penuh di usia lanjut!” [283]

Muhammad lalu menawarkan Malik, ketua kaum Hawazin, yang sedang bersembunyi di Taif untuk ke luar menemui Muhammad. Jika Malik bersedia memeluk Islam, maka Muhammad akan mengembalikan keluarganya dan harta bendanya. Ketika berita ini didengar Malik, dia meninggalkan Taif diam2 dan menghadap Muhammad di Jirana. Malik memeluk Islam dan dia mendapatkan keluarganya kembali. Setelah jadi Muslim, dia membantu Muhammad memerangi masyarakat Thaqif.

Rupanya kaum Muslim tidak senang dengan kemurahan hati Muhammad terhadap musuhnya. Mereka khawatir sikap Muhammad akan mengurangi jatah jarahan dan tawanan perang yang seharusnya mereka dapat. Mereka merasa bagian upah mereka diambil setelah melakukan perang sengit. Maka ketika Muhammad pergi setelah membebaskan tawanan Hunayn, para Muslim mengejarnya dan berkata, “O Rasul Allah, bagi2lah unta2 dan ternak2 diantara kami.” [284] Mereka sangat bersikeras dan memaksa sampai2 mereka mendorong Muhammad sampai punggungnya bertumbuk pada sebuah pohon, lalu mereka mengambil mantelnya. Para Jihadis mengamuk karena barang jarahannya diambil dari mereka. Muhammad dengan putus asa berteriak, “Kembalikan mantelku, orang2, karena demi Tuhan jika kau punya domba sebanyak pohon2 di Tihama, aku akan membagi-bagikannya diantaramu. Aku tidak bersalah atau bersikap pengecut.” [283] Untuk menenangkan gerombolan Jihadis yang haus jarahan ini, Muhammad bahkan terpaksa berjanji pada mereka untuk menyerahkan bagiannya (1/5 jarahan total = khums) pada para Jihadis. Setelah mendengar janji itu, para Jihadis melepaskan Muhammad yang sangat amat tertekan.
282 Tabari, vol. ix, pp.29-30
283 Tabari, vol. ix, pp.29.30

Muhammad memberi hadiah2 khusus sebagai sogokan kepada mereka yang baru saja masuk Islam, yakni kaum Quraish, agar mereka senang. Untuk mendukung tindakannya ini, dia berkata bahwa iman Islam kaum Quraish kurang kuat, jadi dia harus menyogok mereka dengan harta untuk mengambil hatinya. Ini Hadis yang menerangkan usaha menyogok yang dilakukan Muhammad.

Hadith Sahih Bukhari, Volume 4, Book 53, Number 374:
Dikisahkan oleh Anas:
Sang Nabi berkata, “Aku beri orang2 Quraish agar mereka lebih kuat dalam Islam, karena hidup mereka penuh ketidakpedulian (artinya mereka baru saja masuk Islam dan belum begitu kuat imannya)”


Allah dengan gesit menyetujui penyogokkan ini dengan menurunkan ayat Q 9:60. Bahkan kaum Quraish yang masih pagan juga menerima hadiah. [286] Dia memberikan 100 unta bagi orang2 terkemuka yang baru masuk Islam seperti Abu Sufyan b. Harb, dua putranya Muawiyah dan Yazid, Safwan b. Uumayyah, Suhayl b. Amr, Uyayanah b. Hisn dll. Ketika Abu Sufyan mengomel dan minta tambah hadiah baginya dan kedua putranya, Muhammad memberi mereka 40 ons emas (harga jaman sekarang sekitar US$ 16.000). Safwan b. Umayyah minta hadiah lebih dan Muhammad memberinya tambahan lagi 200 unta, jadi seluruhnya dia menerima 300 unta. [287] Mereka lalu dikenal sebagai “Orang2 Ratusan.” Muhammad tidak hany menyogok Muslim baru dengan uang dan harta benda, tapi dia juga memberi kedudukan yang penting. Putra Abu Sufyan yang bernama Yazid jadi gubernur Tayma dan putranya yang lain Muawiya jadi sekretaris Muhammad. [288] Muslim2 baru di bawah ranking sosial para elite Quraish menerima kurang dari 100 unta per orang. Sebagian hanya menerima 50 unta. Beberapa Muslim baru tidak suka akan “penyogokan diskriminasi” ini dan mereka menghadap Muhammad. Untuk menutup mulut para Muslim baru ini, Muhammad memberi mereka lebih banyak unta2 sampai mereka puas dan berhenti mengritiknya.
284 Tabari, vol. ix, p.31
285 Ibn Ishak, p.594
286 (Rodinson, p.264
287 Mubarakpuri, p.484
288 Rodinson, p.272

Ketika Jihadis sejati bernama Juayl b. Suraqah mengomel tentang ketidakadilan Muhammad tentang pembagian harta jarahan B. Hawazin, Muhammad menjawab, “Demi Dia yang memiliki jiwaku, Juayl b. Suraqah lebih berharga daripada seluruh dunia penuh dengan orang2 seperti Uyayanah b. Hisn dan al-Aqra b. Habis, tapi aku harus memperlakukan mereka dengan murah hati agar mereka memeluk Islam, dan aku telah percaya akan iman Islam Ju’ayl b. Suraqah.” [289]

Semua jarahan Hunayn dibagi-bagikan diantara kaum Quraish dan Bedouin. Kaum Ansar tidak dapat apa2! Mereka sangat tidak senang dan perasaan tak suka mereka terdengar Muhammad. Kaum Ansar khawatir bahwa sekarang Muhammad lebih memilih orang2 sukunya, Quraish. Muhammad lalu mengumpulkan orang2 Ansar dan berkata kepada mereka bahwa orang2 lain mendapatkan barang jarahan, tapi orang2 Ansar memiliki Muhammad, dan ini lebih berharga daripada barang jarahan. Lalu Muhammad meneteskan airmata (buaya – Adadeh) bagi mereka dan berjanji bahwa dia adalah bagian kaum Ansar. Mendengar itu, kaum Ansar merasa puas. Lihat Hadis Sahih Muslim, book 4, Hadith number 2303 untuk penjelasan lebih lanjut.

Setelah bertemu dengan orang2 Ansar, Muhammad meninggalkan Jirana untuk melakukan Umroh. Dia memerintahkan sisa jarahan disimpan di Majanna, suatu tempat yang aman. Setelah menjalankan Umroh, dia kembali ke Medina dan meninggalkan Muadh b. Jabal di Mekah untuk mengajar tentang Islam kepada kaum Muslim baru. Muhammad mengangkat Attab b. Asid, seorang Muslim baru, sebagai gubernur Mekah dengan bayaran 1 Dirham per hari. Sisa jarahan lainnya dibawa ke Medina. Muhammad tiba di Medina di bulan April, 630. [290]
289 Tabari, vol. ix, p.34
290 Tabari, vol ix. p.38

Dari jarahan Jirana, setiap Jihadis mendapat 4 unta dan 40 domba. Setiap prajurit pengendara kuda mendapat tambahan lebih bagi kudanya. Prajurit berkuda menerima 12 unta dan 120 domba. Kalau dihitung dalam nilai uang US$ saat ini, maka mudah dimengerti mengapa para Jihadis itu begitu giat untuk ikut Muhammad.

Setelah Muhammad kembali ke Medina, dia menunjuk beberapa penagih pajak untuk mengumpulkan pajak Jizya, kalau perlu dengan paksa, dari suku2 yang menolak masuk Islam.


Teror Delapan Puluh
Serangan Atas B. Tamim oleh Uyana b. Hisn—July, 630M


Ketika tagihan pajak paksa Jizya terhadap para kafir jadi semakin berat, beberapa suku berontak melawan Muhammad. B. Tamim tidak mau membayar Jizya dan mengajak beberapa suku untuk melawan penagih pajak Muslim. Maka Muhammad mengirim Uyana b. Hisn dengan 50 pasukan berkuda untuk menghukum B. Tamim dan menarik Jizya dari mereka. Uyana menyerang B. Tamim ketika mereka sedang menggembalakan unta2 mereka. Kebanyakan orang2 B. Tamim melarikan diri ketakutan. Uyana mengambil unta2 dan ternak2 lain, menangkap 11 pria, 21 wanita, dan 30 anak2 sebagai barang jarahan ke Medina. Muhammad memenjarakan semua orang ini. Ketika masyarakat B. Tamim mendengar tentang nasib saudara2 mereka, mereka mengirim 10 orang utusan menghadap Muhammad dan meminta agar tawanan dilepaskan. Orang ini datang ke Medina dan berteriak keras2 memanggil Muhammad yang sedang beristirahat di rumahnya. Allah tidak suka akan tindakan mereka yang tak sopan ini dan cepat2 mengirimkan Q 49:4, menegur sikap kasar orang2 Arab Bedouin dan melarang orang berteriak dengan suara lebih keras dari suara Muhammad. Dengan jengkel Muhammad bicara singkat dengan mereka dan lalu dia sembahyang. Allah juga menurunkan Q 49:6 memperingatkan Muhammad untuk menelaah kenyataan sebelum memutuskan sesuatu. Lalu Muhammad melakukan negosiasi panjang dengan utusan B. Tamim. Pertandingan puisi dilaksanakan untuk menetukan agama siapa yang lebih baik: Islam atau Pagan. Tentu saja Islam yang menang pertandingan, dan utusan B. Tamim memeluk Islam. Muhammad lalu melepaskan para tawanan pria, wanita, dan anak2. Setelah mereka masuk Islam, Muhammad memuji mereka dan lalu Aisha membebaskan seorang budak dari B. Tamim. Ini Hadisnya.
Sahih Bukhari, Volume 3, Book 46, Number 719:
Dikisahkan oleh Abu Huraira:
Aku mengasihi masyarakat suku Bani Tamim setelah kudengar tiga hal yang Rasul Allah sebut tentang mereka. Aku mendengar dia berkata, “Orang2 ini (dari suku Bani Tamim) akan berdiri teguh melawan Ad-Dajjal.” Ketika Sadaqat (memberi uang sumbangan) dari suku itu datang, Rasul Allah berkata, “Ini adalah Sadaqat dari kawan2 kita.” Aisha memiliki seorang budak wanita dari suku itu, dan sang Nabi berkata pada Aisha, “Merdekakan dia karena dia adalah keturunan Ismael (sang Nabi).”



Teror Delapan Puluh Satu
Melakukan Teror Terhadap B. al-Mustaliq untuk dapat Jizya—July, 630M


Seperti yang tersirat dalam hukum Islam tentang perlakuan terhadap orang2 non-Muslim, penagih pajak datang ke masyarakat B. al-Mustaliq untuk minta Jizya. Orang2 itu mengelilingi penagih pajak. Untuk menghindari kekerasan, penagih pajak melarikan diri ke Medina. Muhammad lalu mengancam orang2 B. al-Mustaliq dengan teror dan balas dendam. Orang2 B. al-Mustaliq yang ketakutan lalu menerima penagih pajak dengan hormat dan membayar Jizya padanya.


Teror Delapan Puluh Dua
Serangan Mendadak atas B. Khatham di Talabah oleh Qutbah ibn Amir ibn Hadidah—August, 630M


Muhammad mengirim Qutbah ibn Amir dan 20 tentara untuk melakukan serangan mendadak terhadap B. Khatamah yang tinggal di Tabalah, dekat Turbah. Alasan penyerangan adalah semata-mata untuk menjarah. Para tentara Muslim membunuh seseorang yang pura2 tampak bodoh. Lalu mereka menyerang masyarakat B. Khatham pada saat mereka tidur. Tentara Muslim membunuh siapapun yang mereka temui dan merampok sejumlah besar unta2, kambing2 dan para wanita sebagai barang jarahan.

Bersambung ke Bagian 19
Last edited by Adadeh on Sun Feb 19, 2006 7:46 am, edited 1 time in total.
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Postby Adadeh » Sun Feb 19, 2006 7:39 am

Bagian Sembilan Belas
‘Pada umumnya, orang yang punya kekuasaan tidak bertindak benar’ -- Kingley Amis (1922-1995) [291]

Teror Delapan Puluh Tiga
Penyerangan Atas B. Kilab di al-Zuji oleh al-Dahak ibn Sufyan al-Kilabi—August, 630M


Muhammad mengirim al-Dahak ibn Sufyan ke al-Zuji untuk mengajak orang2 B. Kilab memeluk Islam. Ketika mereka menolak, tentara2 Muslim menyerang mereka dan memaksa mereka berlarian pergi ketakutan. Diantara para Muslim terdapat seorang Jihadis sejati bernama al-Asyad. Dia bertemu dengan ayahnya yang bernama Salamah yang sedang mengendarai kuda. Al-Asyad meminta ayahnya masuk Islam. Tapi ayahnya malah menegurnya karena memeluk Islam. Al-Asyad jadi marah dan dia memotong kuda ayahnya. Ketika ayahnya terjatuh, dia lalu menangkapnya sampai para Muslim yang lain tiba di tempat itu dan membunuhnya. Untuk menyembunyikan kejadian pembunuhan yang barbarik dan memalukan ini, sejarawan Muslim seperti Ibn S’ad dengan jelas menulis bahwa al-Asyad tidak membunuh ayahnya dengan tangannya sendiri. [292]


Teror Delapan Puluh Empat
Pemaksaan Agama terhadap Penyair Ka’b—August, 630M


Ka’b ibn Zuhayr, seorang penyair Mekah biasa menyusun puisi satir yang menyerang Muhammad (Ingat? Para penyair pada jaman itu adalah seperti jurnalis di jaman sekarang). Ketika Muhammad menaklukkan Mekah, dia memaksa saudara laki Ka’b yakni Bojayr (yang juga seorang penyair) untuk masuk Islam. Setelah jadi Muslim, Bojayr jadi tidak suka akan saudaranya dan lalu pergi ke Medina. Lalu dia menulis surat pada Ka’b bahwa sang Nabi membunuhi orang2 yang telah menghinanya atau mengejeknya, dan setiap penyair yang dulu melakukan hal itu sekarang lari meninggalkan Mekah dan karena itu sebaiknya Ka’b datang ke Medina, memeluk Islam atau menghadapi ancaman kematian. Muhammad memang sangat merasa terganggu dengan tulisan puisi Ka’b. Karena ketakutan, Ka’b mencari tempat pelarian di mana2 tapi tidak berhasil. Setelah usahanya gagal, dia akhirnya datang menghadap Muhammad dan minta maaf. Setelah dia masuk Islam, Muhammad memaafkannya.


Teror Delapan Puluh Lima
Penyerangan Atas Abysinia di Pantai Jeddah oleh Alaqamah b. Mujazziz—September, 630M


Sekelompok orang2 Abysinia (Ethiopia) tiba di kota pantai Jeddah. Kaum Muslim takut kalau mereka adalah bajak laut sehingga mereka lari meninggalkan kota. Ketika Muhammad mengethaui hal ini, dia mengiri Alaqamah b. Mujazziz mengepalai 300 tentara Muslim. Alaqamah mengejar orang2 Abysinia (atau al-Habasha) dan memaksa mereka mundur ke sebuah pulau. Ketika air pasang, orang2 Abysinia itu melarikan diri.
291 Radio Times, 1992
292 Ibn Sa’d, vol. ii p.201


Teror Delapan Puluh Enam
Pembalasan Pembunuhan di Dhu Qarad oleh Alaqamah b. Mujazziz—September, 630M


Setelah berhasil dalam tugas mengusir orang2 Abysinia di tepi pantai Jedah oleh Alaqamah b. Mujazziz, Muhammad mengirimnya untuk membalas pembunuhan anak laki Abu Dhar Ghifari (Teror 40, Bagian 11) di Dhu Qarad. Alqama dan prajuritnya kembali tanpa pertarungan.


Teror Delapan Tujuh
Penghancuran Berhala Yakut Milik B. Tayii idol Yakut di al-Fuls oleh Ali b. Talib—September, 630M


Muhammad mengirim Ali bersama 200 pasukan berkuda untuk merampok tempat ibadah masyarakat B. Tayii. Meskipun banyak masyarakat B. Tayii yang bergama politheis (pagan), ketua mereka yang bernama Adi b. Tayii, anak filantropis Arab legendaris bernama Hatim Tayii, beragama Kristen. Sebelumnya dia bergabung dalam benteng masyarakat Thaqif di Nakhla yang hampir semuanya pagan. Ini jelas menunjukkan hal yang bertentangan dengan yang ditulis oleh sejarawan Muslim bahwa di jaman Jahiliya. (sebelum Muhammad) tidak dikenal toleransi agama di Jazirah Arabia. Ketika Muhammad menyerang Thaqif, Adi b. Hatim Tayii melarikan diri dan tinggal bersama masyarakatnya di al-Fuls. Ali melakukan serangan tiba2 di pagi hari di kuil al-Fuls di mana berhala Yakut berada. Yakut digambarkan sebagai dewa yang berbentuk seekor kuda yang melambangkan kegesitan. [293] Tentara Muslim menghancurkan patung berhala ini, membakar kuil al-Fuls sampai habis, menjarah tempat tinggal masyarakat B. Tayii dan mengambil banyak barang rampasan, termasuk 3 pedang termashyur di bawah reruntuhan berhala Yakut. Mereka juga menawan sejumlah pria, wanita dan anak2. Ketua B. Tayii, Adi b. Hatim Tayii, melarikan diri ke Syria untuk bergabung dengan sekutu2 Kristen.

Diantara para tawanan terdapat saudara wanita Adi b. Hatim. Ali membawanya beserta beberapa tawanan lain menghadap Muhammad. Mereka disekap di dalam sebuah mesjid. Saudara wanita Adi b. Hatim in sudah berusia sangat lanjut dan dia memohon ampun dari Muhammad dan memintanya untuk mencari saudara lakinya Adi. Karena permohonannya yang terus-menerus, akhirnya Muhammad membebaskannya dan membantunya untuk mencari Adi. Ali menyediakan seekor unta baginya untuk mencar Adi di Syria. Sewaktu bertemu, dia meminta Adi untuk memeluk Islam karena Muhammad telah bermurah hati padanya. Adi menyetujui anjuran saudara wanitanya dan dia datang menghadap Muhammad. Muhammad menguliahi dia tentang Islam. Seperti yang telah ditulis sebelumnya, Adi b. Hatim adalah penganut Kristen. Dia juga sering mengambil ¼ bagian dari barang jarahan. Muhammad menuduhnya melanggar ajaran Kristen karena melakukan hal itu (bagian jarahan Muhammad adalah 1/5).
293 Yusuf Ali, The Holy Qur’an, Appendix xiii, p.1619

Ketika Muhammad menanyakan mengapa Adi merasa ragu memeluk Islam, Adi menjawab bahwa saat itu hanya sedikit sekali orang yang memeluk Islam. Lalu Muhammad menjanjikannya banyak harta jika dia pindah agama. Dia juga menjanjikan akan menaklukkan Babylon. Mendengar janji banyak harta, Adi cepat2 pindah agama dan masuk Islam. Muhammad lalu menunjuknya lagi untuk jadi ketua suku B. Tayii.

Pada saat ini, Muhammad meramalkan bahwa lambang akhir dunia adalah seekor wanita mengendarai unta tanpa perlindungan.


Teror Delapan Puluh Delapan
Penyerangan Atas al-Jinab dan B. Udrah di Bali oleh Ukkash b. Mihsan—October, 630M


Muhammad mengirim sekelompok tentara yang kuat, dipimpin oleh Ukkash b. Mihsan ke Bali untuk menundukkan suku Udrah dan al-Jinab. Tidak ada tulisan sejarah yang menerangkan kegiatan teror ini lebih detail.


Teror Delapan Puluh Sembilan
Membunuh Orang Pagan merupakan Tindakan Terpuji — October, 630M


Sewaktu berbagai suku di Jazirah Arabia menyadari kebuasan tentara Muhammad, mereka mengambil keputusan untuk masuk Islam. Alasan lain karena mereka dapat tambahan harta karenanya. Banyak para ketua suku yang menghadap Muhammad dan menawarkan persekutuan dengan imbalan pembagian barang jarahan dan pajak paksa Islam yakni Jizya dan Zakat. Beberapa raja2 Himyar (para pemimpin Arabia Selatan: Yemen, Hadhramaut, Oman, Bahrain, etc.) melakukan hal ini. Raja2 ini adalah pengikut Kaisar Persia. Pada saat itu Kekaisaran Persia sedang melemah dan para raja haus harta ini dengan cepat berpihak kepada Muhammad dengan maksud untuk mendapat harta lebih banyak sambil mempertahankan kedudukan mereka. Mereka mengirim surat2 kepada Muhammad yang menyatakan mereka masuk Islam dan ingin mendapat bagian barang jarahan dan uang yang masuk dari pajak paksa.

Muhammad menyatakan rasa sukanya karena raja2 Himyar ini masuk Islam. Dia memuji mereka karena mereka membunuhi orang2 pagan dan memerintahkan mereka untuk taat kepada Allah dan RasulNya, bayar Zakat, beri Khums (1/5 jarahan) kepada Muhammad, hak spesial bagi Muhammad untuk memilih barang yang disukainya dari jarahan (Safi) sebagai tambahan Khums.

Muhammad kemudian menjabarkan lebih lanjut mengenai Zakat. Jika seorang Yahudi atau Kristen memeluk Islam, maka hak orang itu akan sama dengan orang Muslim lainnya. Orang Yahudi dan Kristen tidak perlu dipaksa masuk Islam asalkan mereka bayar Jizya. Jika mereka tidak mau bayar Jizya, maka mereka menjadi musuh Allah dan Muhammad sehingga harus dibunuh.

Lalu Muhammad memerintahkan raja2 Himyar untuk menyerahkan Zakat dan sumbangan dana lain kepada penagih pajak Muslim sampai Muhammad puas dengan uang yang diterima. Dana Alm dipungut bukan untuk Muhammad dan keluarganya, tapi untuk kepentingan para Muslim yang tak mampu. Muhammad juga menulis surat terima kasih kepada raja2 Himyar yang membunuhi orang2 pagan. Begini isi suratnya:
“Malik B. Murrah al-Rahawa telah melaporkan padaku bahwa engkau adalah yang pertama dari masyarakat Himyar yang memeluk Islam dan engkau telah membunuh orang2 pagan. Karenanya bergembiralah atas nasib baikmu. Rasul Allah adalah ketuamu pada saat kau kaya dan miskin.”[294]


Teror Sembilan Puluh
Penyerangan Atas Tabuk oleh Muhammad—October, 630M -April, 631M


Sekembalinya dari pengepungan Taif, Muhammad tinggal di Medina selama beberapa bulan sambil terus melakukan kegiatan teror terhadap beberapa suku2 Arab yang tinggal di sekitar Medina. Perampokan2nya sudah ditulis di bagian terdahulu. Lalu dari kabar burung Muhammad menerima berita bahwa bala tentara Byzantium bersiap-siap di Tabuk untuk menyerang Medina. Pikir Muhammad, tentunya ini adalah serangan balasan atas serangan Muslim di Mu’tah. Terdengar pula kabar bahwa Kaisar Romawi telah membayar gaji prajuritnya setahun penuh di muka untuk mendapatkan loyalitas prajuritnya. Muhammad seketika memerintahkan mobilisasi umum untuk serangan militer terhadap tentara Byzantium.

Saat itu sedang terjadi kemarau panjang dan cuaca sangat panas. Banyak para Muslim yang enggan pergi bergabung untuk melakukan Jihad. Mereka juga lelah atas perang terus-menerus. Mereka ingin menikmati hidup damai dengan barang jarahan yang baru mereka terima. Banyak Muslim yang datang kepada Muhammad dengan berbagai alasan agar tidak usah ikut perang. Muhammad memberi ijin untuk tidak ikut perang Jihad bagi 82 Muslim. Kalau biasanya dia merahasiakan tujuan Jihad, sekarang Muhammad terang2an mengumumkan untuk memerangi Byzantium di Tabuk. Meskipun enggan terus-menerus melakukan Jihad, tapi 30.000 Muslim akhirnya bergabung dalam perjalanan untuk perang ini. Ini merupakan jumlah satuan tentara Muslim terbesar di Arabia. Dari 30.000 orang terdapat 10.000 pasukan berkuda. Masalah utama yang dihadapi adalah panasnya cuaca dan sedikitnya persediaan air yang mereka bawa.

Dari tulisan sejarah bisa dilihat motivasi para Jihadis sebenarnya adalah untuk menjarah harta benda lawan. Selain suka akan harta jarahan, mereka pun suka akan tawanan wanita. Hal ini tampak di kisah ini:
Seorang Jihadi bernama Jadd b. Qays merasa enggan ikut Jihad ketika Muhammad datang kepadanya. Dia terkenal sebagai pria yang doyan wanita. Dia menjawab, “O Rasul Allah, mohon ijinkan aku tidak ikut. Demi Tuhan, kawan2ku tidak ada yang lebih suka akan wanita daripada diriku. Aku takut jika aku melihat para wanita Banu Asfar (wanita2 Byzantium), aku tidak akan dapat mengontrol diriku.” Muhammad berpaling pergi sambil berkata padanya, “Aku mengijinkanmu tidak ikut pergi.” Allah menurunkan Q 9:49 untuk Jadd, yang isinya menegur mereka yang memilih untuk tinggal di rumah daripada ikut perang. [295] Allah juga menurunkan Q 9:42-48 yang memperingatkan mereka yang ragu2 untuk ikut Jihad.
294 Tabari, vol. ix, p.76
295 Tabari, vol ix, p.48

Seorang yang munafik membujuk orang2 untuk tidak ikut Jihad karena panasnya terik matahari dan juga menyebarkan kabar buruk tentang Muhammad. Untuk memperingatkan para munafik ini, Allah mengeluarkan Q 9:81-82, bahwa panas neraka akan jauh lebih hebat lagi. Banyak para munafik yang berkumpul di rumah Suwaylim, orang Yahudi yang baru saja masuk Islam dan enggan bergabung dengan Muhammad untuk Jihad. Muhammad memerintah Talha b. Ubaydullah dan beberapa orang untuk membakar rumah Suwaylim pada saat orang2 berada di rumahnya. Talha melakukan hal itu. Kebanyakan orang2 berhasil menyelamatkan diri, tapi satu orang patah kakinya ketika melompat dari atap rumah. [296]

Muhammad mencari dana bantuan dari orang2 sekitar dan banyak dari mereka yang dengan murah hati membantu secara finansial bagi rencana militer ini. Menantunya Uthma b. Affan menyumbang 1.000 Dinar, dan ini merupakan sumbangan terbesar. Beberapa Jihadis terpaksa ditolak untuk ikut perang karena jatah makanan dan perlengkapan perang ternyata kurang. Beberapa Jihadis hanya diberi satu ekor unta dan beberapa buah kurma untuk bergabung dalam Jihad.

Akhirnya Muhammad dan tentaranya pergi ke Tabuk dengan segala kekuatan. Tabuk terletak 250 mil dari Medina, di daerah perbatasan Kekaisaran Byzantium. Muhammad mendirikan kemahnya di Thaniyat al-Wada. Musuh bebuyutan Muhammad, Abdullah ibn Ubayy, juga ikut pergi dalam Jihad ini dan mendirikan tenda yang terpisah dari perkemahan Muhammad. Lalu ketika Muhammad berangkat lagi ke Tabuk, Abdullah ibn Ubayy tinggal di tempat dengan beberapa Muslim yang ragu2 dan munafik. Karenanya Allah menurunkan Q 9:48 tentang kesia-siaan akal bulus para munafik. Abdullah ibn Ubayy di kemudian hari mati tak lama setelah Muhammad kembali dari Tabuk.

Muhammad juga meninggalkan Ali b. Abi Talib di Medina untuk menjaga keluarganya sendiri. Beberapa Muslim munafik membuat Ali marah karena menyebarkan berita bahwa Ali hanyalah beban bagi Muhammad. Dengan jengkel, Ali pergi membawa pedangnya untuk bergabung dengan Muhammad dalam perang. Dia berhasil menyusul Muhammad di al-Jurf. Dia lalu mengutarakan pada Muhammad apa yang didengarnya dari orang2 tentang dirinya. Muhammad mengatakan padanya bahwa para munafik itu bohong dan Ali sebaiknya kembali kepada keluarganya. Muhammad meyakinkan dirinya bahwa Ali baginya adalah seperti Harun bagi Musa. Setelah puas mendengar penjelasan Muhammad, Ali kembali kepada keluarganya dan Muhammad melanjutkan perjalanan ke Tabuk.

Pada saat Muhammad berada di al-Hijr, orang2 menimba air dari sumur untuk minum. Setelah meninggalkan al-Hijr, Muhammad melarang orang2nya untuk minum dan bersih2 dengan air dari daerah orang yang tak mengenal Allah. Jika mereka menggunakan air itu untuk membuat makanan, maka makanan itu harus diberikan kepada unta2 mereka. Dia juga melarang setiap pengikutnya ke luar malam tanpa ditemani orang lain. Seorang Jihadis melanggar aturan ini. Dia berangkat di malam hari seorang diri dan waktu kembali dia tercekik. Seorang Jihadis lain ke luar di malam hari untuk mencari untanya, tapi lalu dia terbawa badai pasir yang hebat. Ketika Muhammad berdoa bagi orang yang tercekik, maka orang itu sembuh. Orang yang dibawa badai akhirnya entah bagaimana tiba kembali ke Medina. Ketika orang2 ngomel karena tidak ada air, Muhammad berdoa kepada Allah dan lalu Allah dengan cepat mengirim awan gelap dan hujan turun dengan lebat.
296 Ibn Ishak, pp.782-783

Muhammad terus melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, untanya tersasar dan para pengikutnya pergi untuk mencari unta ini. Seorang munafik berkata bahwa Muhammad yang adalah seorang nabi ternyata tidak tahu di mana untanya berada. Karena mendengar hinaan tentang status kenabiannya, Muhammad lalu menebak di mana untanya berada. Para pencari pergi ke arah itu dan menemukan unta tersebut.

Sejumlah orang munafik yang bergabung dengan perjalan perang ke Tabuk menyatakan keraguan mereka untuk bisa menang perang melawan tentara Byzantium dan perkataan mereka memberi pengaruh kepada tentara Muslim lain yang mendengarnya. Ketika Muhammad menegur mereka, mereka menjawab bahwa mereka hanya iseng mengatakan hal itu. Tentang hal ini, Allah menurunkan Q 9:65 tentang perkataan munafik yang tidak bertanggung jawab.


Teror Sembilan Puluh Satu
Pemaksaan Memeluk Agama dan Jizya Atas Orang2 Kristen dan Yahudi —December, 631M


Ketika tentara Muslim berada dekat Tabuk, ternyata mereka tidak menjumpai tentara Byzantium sama sekali. Seluruh usaha dan perjalan perang yang berat ternyata tidak berguna sama sekali sehingga tentara Muslim jadi sangat kecewa karena mereka tentunya tidak bisa menerima jarahan perang yang besar. Untuk memuaskan keserakahan para Jihadisnya akan jarahan perang, Muhamma lalu merencanakan untuk menyerang suku2 di daerah sekitar dan memeras uang dari mereka. Jadi ketika dia mencapai Tabuk, dia mengancam para pemimpin daerah itu. Dia mengirim surat kepada Yuhanna b. Ru’bah (John), pangeran Kristen di Ayla dan meminta Yuhanna untuk masuk Islam, kalau tidak mau diserang. Yuhanna dengan cepat tunduk dan melakukan perintah Muhammad memeluk Islam. Muhammad memaksanya bayar pajak Jizya sebanyak 300 Dinar (US$15.000) per tahun (yakni 1 Dinar per kepala karena terdapat 300 orang penduduk di situ). Dalam peristiwa ini, orang2 tua dibunuh dan anak2 dijadikan tawanan perang. Muhammad juga memerintahkan Yuhanna untuk membayar uang tanda hormat kepada kawan2 dekat Muhammad seperti Zayd, Khalid, Maslama, dll.

Perlakuan yang sama juga diterapkan kepada masyarakat Yahudi di Makna, Adhruh dan Jarba (benteng tua di jalan yang dibuat orang Romawi dari Busra ke Laut Merah). Mereka dipaksa masuk Islam. Mereka harus bayar pajak dan dengan ini Muhammad menjanjikan perlindungan dan bantuan bagi sesama Muslim. Muhammad menentukan pajak sebesar ¼ dari apapun yang mereka hasilkan. Beberapa tindakan teror lain akan diungkapkan di bagian berikut.

Muhammad berkelana di daerah perbatasan Byzantium selama 10 malam, mengajak semua masyarakat yang dia jumpai saat itu untuk memilih masuk Islam atau diperangi. Lalu dia kembali ke Medina.

Bagian2 akhir dari Sura 9 dinyatakan pada saat ini. Beberapa ayat yang paling keras yakni ayat Pedang (Q 9:5) dinyatakan setelah Muhammad kembali dari Tabuk. Ketika dia tiba di Medina, dia menegur mereka yang memilih untuk tetap tinggal di Medina tanpa mendapat ijin darinya. Allah menyetujui teguran Muhammad di Q 9:39-51. Yang paling keras ditegur adalah para Bedouin yang tidak mau ikut Jihad (Q 9:97).

Beberapa penulis biografi [297] menyatakan bahwa sekembalinya dari Tabuk, beberapa tentara Muslim munafik berusaha membunuh Muhammad dengan melemparkannya dari jurang. Akan tetapi usaha mereka tidak berhasil karena Allah memasukkan rasa takut dalam hati mereka. Ketika usaha pembunuhan ini gagal, Allah menyatakan Q 9:73-74 yang menyuruh Muhammad bersikap keras terhadap para kafir dan munafik.
297 Mubarakpuri, pp.504-505

Bersambung ke Bagian Dua Puluh.

Adadeh
Translator
Posts: 6361
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Next

Return to Resource Centre Serba-serbi Jihad

Who is online

Users browsing this forum: No registered users and 0 guests